Bencana Porak Porandakan Pariwisata Indonesia
World Travel and Tourism Council (WTTC) melaporkan bahwa Top-30 Travel and Tourism Countries Power Ranking, menunjukkan Indonesia berada pada nomor 9 sebagai negara dengan pertumbuhan pariwisata tercepat di dunia.
Dalam daftar yang dikeluarkan tersebut, China, Amerika Serikat, dan India menempati posisi tiga besar. Untuk kawasan Asia, Indonesia berada nomor 3 setelah China dan India.
Sedangkan untuk di kawasan Asia Tenggara, posisi Indonesia terbaik mengungguli Thailand yang berada di nomor 12, Filipina dan Malaysia di nomor 13, Singapura nomor 16 dan Vietnam nomor 21.
Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, pariwisata Indonesia memiliki banyak keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif yaitu sektor pariwisata merupakan penghasil devisa terbesar.
Pada tahun 2019, industri pariwisata diproyeksikan menyumbang devisa terbesar yaitu US 20 Miliar dolar. Pariwisata Indonesia juga ditargetkan menjadi yang terbaik di kawasan regional, bahkan melampaui ASEAN.
Country Branding Wonderful Indonesia menempati ranking 47 dunia, mengalahkan country branding Truly Asia Malaysia (ranking 96) dan country branding Amazing Thailand (ranking 83). Country branding Wonderful Indonesia mencerminkan positioning dan differentiating pariwisata Indonesia.
Pariwisata Indonesia memiliki banyak keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Jumlah wisatawan mancanegara ke Indonesia terus mengalami peningkatan sebesar 55% secara absolut, dari tahun 2014 sebesar 9 juta, menjadi 14 juta pada tahun 2017.
Namun di balik itu semua, industri pariwisata sangat rentan terhadap bencana, apabila tidak dikelola dengan baik, dampaknya akan mempengaruhi ekosistem pariwisata dan pencapaian target kinerja pariwisata.
Pariwisata seringkali diasosiasikan dengan kesenangan, dan wisatawan melihat keamanan dan kenyamanan sebagai satu hal yang esensial dalam berwisata. Bencana merupakan salah satu faktor yang sangat rentan mempengaruhi naik turunnya permintaan dalam industri pariwisata.
Beberapa bencana besar yang memporak porandakan sektor Pariwisata kita di antaranya:
- Erupsi Gunung Merapi tahun 2010,
Jumlah kunjungan wisatawan di beberapa obyek wisata di Yogyakarta dan Jawa Tengah menurun hingga 50 persen.
- Bencana kebakaran hutan dan lahan pada Agustus hingga September 2015.
13 bandara tidak bisa beroperasi karena jarak pandang pendek dan membahayakan penerbangan. Bandara harus tutup, berbagai event internasional ditunda, pariwisata betul-betul tertekan. Industri airline, hotel, restoran, tour and travel, objek wisata dan ekonomi yang didrive oleh sektor ini pun terganggu.
- Erupsi Gunung Agung Bali tahun 2017
Sebanyak 1 juta wisatawan berkurang dan kerugian mencapai Rp11 triliun di sektor pariwisata.
- Gempa Lombok yang beruntun pada tahun 2018
Sebanyak 100.000 wisatawan berkurang dan kerugian mencapai Rp1,4 triliun di sektor pariwisata.
- Tsunami Selat Sunda pada 22 Desember 2018
Sektor Pariwisata mengalami kerugian ratusan miliar. Bencana menyebabkan efek domino berupa pembatalan kunjungan wisatawan hingga 10 persen. Sebelum dilanda tsunami, tingkat hunian atau okupansi hotel dan penginapan di kawasan wisata Anyer, Carita, dan Tanjung Lesung mencapai 80–90 persen.
"Tentu ini menjadi menjadi pembelajaran bagi kita semua. Mitigasi, baik mitigasi struktural dan non struktural di kawasan pariwisata masih sangat minim. Mitigasi bencana harus ditempatkan menjadi salah satu prioritas dalam pembangunan sektor pariwisata," kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan tertulis pada ngopibareng.id, Kamis 17 Januari 2019.
Advertisement