Bencana Beruntun, Gus Mus: Kita Diperingatkan oleh Allah
Bencana alam yang terjadi di Indonesia secara beruntun jangan dimaknai hanya karena faktor alam semata. Sebagai orang yang berimanan harus memaknainya bahwa kejadian ini adalah peringatan dari Allah. Pesan ini disampaikan Ulama dan Budayawan KH Mustofa Bisri (Gus Mus), saat dihubungi Ngopibareng.id usai salat Subuh pada Minggu, 17 Januari 2021.
Dalam sepekan ini, bencana diawali dengan jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJY-182, dengan korban meninggal 62 orang penumpang. Kemudian bencana longsor di Sumedang Jawa Barat yang memakan korban jiwa 28 orang.
Dua peristiwa itu belum selesai penanganannya, Mamuju dan Majene, Sulawesi Barat (Sulbar) sudah diguncang gempa yang menewaskan 46 orang meninggal dunia. Selanjutnya banjir melanda Kalimantan Selatan.
Gunung Merapi di Magelang, Jawa Tengah, dan gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, erupsi dengan menyemburkan awan panas dan mengeluarkan cairan lava dan hujan abu, pada Minggu 17 Januari 2021 dini hari.
Tanah longsor juga terjadi di Manado, Sulawesi Utara, dan sebuah Pondok Pesantren di Cianjur, Jawa Barat, ambruk saat para santri sedang melaksanakan salat berjamaah. Bencana Alam beruntun ini melengkapi pandemi Covid-19 yang telah berlangsung lebih dari 10 bulan dengan korban jiwa lebih dari 25.000 orang.
Menurut Gus Mus, bermacam-macam orang menyikapi atau melihat becana alam beruntun tersebut. Jika dipandang hanya dari sudut ilmu pengetahuan, tragedi tanah longsor dan banjir diduga akibat kerusakan alam.
Selain itu, lanjut Gus Mus, penggundulan hutan dan patahanya lempengan di dasar laut menyebabkan terjadinya gempa dan tsunami. "Yang sama-sama kita dengar beritanya di televisi, koran, radio, media online dan celotehan di media sosial kan seperti itu," sambung Gus Mus.
Tetapi, pimpinan Pondok Pesantren Raudout Tolibin Rembang Jawa Tengah itu melihat bencana yang sambung menyambung ini sebagai peringatan dari Allah. "Kalau sampeyan (Anda) bertanya kepada saya, jawaban saya, kita ini sedang diperingatkan atau "dijewer" oleh Allah," ujarnya.
"Kita harus sadar dan intropeksi atau melakukan perenungan mungkin kita lepas kendali, banyak melakukan kesalahan, menjahui Tuhan merasa paling pintar, tidak peduli lagi terhadap sesama dan bertindak sewenang-wenang pada orang yang lemah," sambung Gus Mus.
Advertisement