Bencana Alam, PP Muhammadiyah Ajak Semangat Hadapi Musibah
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir mengajak seluruh komponen bangsa untuk terus menumbuhkan kepedulian dengan semangat berbagi. Hal itu untuk masyarakat penyintas baik di Larantuka dan di tempat-tempat lainnya.
“Insyaallah bangsa ini bisa menghadapi berbagai musibah baik yang alam maupun yang non alam dengan kunci satu, semangat kita bertuhan harus semakin ditingkatkan. Yang kedua, semangat kebersamaan,” kata Haedar, dalam keterangan Rabu 15 Desember 2021.
“Jadi dengan semangat kebersamaan insyaallah kita bisa menjaga ini semua. Maka jangan juga terus kita ini saling salah-menyalahkan satu sama lain. Musibah masih harus kita hadapi. Tapi juga kita punya modal untuk maju. Maka kuncinya adalah bangsa Indonesia tetap religius, tapi bersatu menghadapi masalah dan memajukan bangsa,” tutur Haedar
Seperti diketahui, gempa dengan magnitudo 7,5 Skala Richter terjadi di barat laut Larantuka, Nusa Tenggara Timur, siang ini, Selasa 14 Desember 2021 pukul 11.20 WITA.
Meskipun sempat diwaspadai terjadi tsunami di wilayah Maluku, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setelah memantau perkembangan air laut selama dua jam akhirnya menyatakan peringatan tsunami telah berakhir.
Mendengar kejadian ini, Haedar Nashir yang sedang berada di Purwokerto menyampaikan belasungkawa.
“Maka sebagaimana kami sampaikan untuk Lumajang, Pimpinan Pusat Muhammadiyah dari kampus UMP ini menyampaikan duka atas musibah gempa bumi di Larantuka dan mudah-mudahan masyarakat Larantuka bisa menghadapinya dengan baik dan seksama,” ujarnya.
Aksi Mahasiswa Peduli
Mahasiswa Muhammadiyah dari berbagai daerah bersama mahasiswa pecinta alam kampus lainnya bergabung untuk membantu korban Semeru.
Mapala Satria (MAPSA) Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) mengirim empat relawan ke Lumajang, Rabu. Mereka dikirim untuk membantu warga yang menjadi korban erupsi Semeru yang terjadi beberapa waktu lalu. Empat relawan MAPSA adalah Dimas Bagus, Akhmad Husni Alam, Amar Mubarok, dan seorang putri yakni Safira.
Di Lumajang mereka bergabung di posko SAR Mapala Muhamamdiyah Indonesia (SARMMI). Posko ini berada di Dusun Umbulsari. Desa Sumber Mujur. Candipuro, Lumajang.
Safira menjelaskan, MAPSA mengirim relawan sebagai implementasi Tri dharma Perguruan Tinggi. Dua dari Tri Dharma Perguruan Tinggi adalah pendidikan dan pengajaran, serta pengabdian pada masyarakat.
“Karena itulah, selain totalitas membantu korban erupsi Semeru, tim MAPSA menjadikan pula lokasi bencana sebagai media pembelajaran,” kata Safira.
Fase Tanggap Darurat
Maksud pembelajaran terang Safira, adalah belajar menangani bencana pada fase tanggap darurat, meningkatkan skill respon cepat sesuai standard, serta untuk mempertebal karakter peduli anggota Mapsa terhadap korban bencana.
Di posko SARMMI, selain tim Mapsa, bergabung pula tim relawan dari Stacia Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Mapala Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Kemudian Saptpala Jakarta, Himatala Binawan Jakarta, Mahapala Universitas Mercu Buana Yogyakarta dan Relawan Santri Ponpes Al Mukmin Solo.
Bersama mereka, tim MAPSA menyelenggarakan operasi rescue untuk mencari korban jiwa yang belum ditemukan.Lalu mendistribusikan bantuan kebutuhan dasar pengungsi. Membantu korban gempa di desa Curah Kobokan mengevakuasi harta bendanya. Melakukan assessment untuk pemutakhiran data. Melaksanakan psikososial untuk kelompok rentan.
“Kami operasi rescue di wilayah desa Curah Kobokan. Rescue area yang kami pilih adalah ladang yang merupakan tempat korban berada saat erupsi Semeru terjadi. Rescue di ladang datar, kami lakukan dengan formasi berbanjar. Lalu melingkari rescue area. Namun korban belum berhasil ditemukan,” jelasnya.
Terhadap totalitas dan skill relawan MAPSA, Ketua Posko Kemanusiaan SARMMI, Zeni Nurhidayah Rizkia mengaku memberi apresiasi tinggi.
Relawan MAPSA terang Zeni, bekerja totalitas, bersikap terbuka, serta semua personil memiliki skill individu yang bermanfaat bagi kinerja tim relawan lain.
“Tim Mapsa dapat kita jadikan sebagai acuan bila ingin tahu cara mengimpelentasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi di lokasi bencana,” kata Zeni.
Advertisement