Bencana Alam, Azab bagi si Maksiat? Gus Baha: Jangan Sok Sucilah!
Bencana alam setiap kali terjadi di Indonesia. Menjadi perhatian khusus masyarakat, bencana alam berupa erupsi gunung berapi maupun tsunami, kerap terjadi pada bulan Desember - Januari.
Benarkah bencana alam merupakan Azab dari Allah. Azab bagi pelaku maksiat?
KH Ahmad Bahauddin Nursalim (Gus Baha) justru melarang umat Islam untuk menghakami korban bencana alam dengan menyebut sebagai Azab dari Allah.
"Ya, kita harus menghindari merasa paling suci. Jangan merasa sok suci.
Bila bencana menerjang di sebuah daerah, ada yang menyatakan sebagai Azab dari Allah karena penghuni daerah itu banyak melakukan maksiat. Bencana alam dinilai sebagai azab bagi warga di daerah tersebut," tutur Gus Baha.
Gus Baha secara tegas melarang setiap Muslim menghakimi bencana alam dengan sebutan Azab dari Allah SWT karena hal ini sama halnya sok suci.
"Kita ngomong potensinya saja, kamu tidak usah sok suci dengan kata bima kafartum," kata Gus Baha, dalam ceramah di YouTube Santri RJ. "Itu urusan Tuhan," ujarnya.
Gus Baha mencontohkan bencana tsunami yang terjadi di Aceh beberapa tahun lalu.
Ternyata Al-Quran sudah menjelaskan bahwa Allah akan membuat orang tenggelam di darat.
Kasus Tsunami Aceh
Sebagaimana tsunami Aceh menenggelamkan banyak orang dan harta benda yang letaknya ada di daratan.
"Kamu menuduh orang Aceh kafir, justru kamu sendiri yang kafir," kata Gus Baha.
"Maka ini perlu ada kesadaran ahli sunnah, kalau Allah berfirman ya kita diam saja," lanjutnya.
Gus Baha menyebut soal Azab adalah kewenangan Allah SWT. "Tidak perlu begitu. Azab itu pokoknya Allah kuasa mengazab siapa saja," jelasnya.
Gus Baha mencontohkan ada daerah yang lebih dosa dan banyak maksiatnya, sehingga menentukan bencana alam sebagai azab bukanlah kapasitas seseorang.
"Misalnya Aceh ada tsunami, ya sudah tsunaminya saja, kamu tidak perlu meneruskan bima kafartum, itu wilayahnya Allah," kata Gus Baha. "Makanya Rasulullah kalau ditanya ada azab itu nggak pernah meneruskan," kata dia.
"Ya sudah ada azab, tapi kalau mansus ya mansus. Mansus misalnya kaummnya Luth itu mansus karena azab," terang Gus Baha. "Tapi kalau orang Islam kan nggak mesti azab, bisa saja hukuman yang menjadikan malah masuk surga," tutur putra Kiai Nursalim Narukan, Rembang ini.