Benarkah Umat Islam Sahabat Kanjeng Nabi? Ini Penjelasannya
Di bulan Maulid, umat Islam di pelbagai daerah, bahkan di pelosok-pelosok, selalu mengagungkan nama Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam (SAW). Dengan bacaan shalawat.
Dalam kaitan ini, “saya berpikir, enak ya para Sahabat Rasulullah yang hidup sezaman dengan beliau. Bagaimana nasib umat Islam yang tidak sezaman dengan Rasulullah tapi tetap mengagungkan junjungannya itu? Ustadz, mohon penjelasannya ya!”
Demikian ditanyakan Rahman Arifin, warga Jalan Semarang Surabaya, pada ngopibareng.id.
Untuk menanggapi masalah ini, berikut penjelasan disampaikan Ustadz Ma’ruf Khozin, tim Aswaja NU Center Jawa Timur, untuk ngopibareng.id.
Ikhwan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
Rasulullah shalallahu alaihi wasallam (SAW) tidak memiliki saudara sekandung. Namun Rasulullah SAW menjadikan di antara umat Islam ini sebagai Ikhwan beliau.
Dalam sebuah hadits Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda:
" ﻭﺩﺩﺕ ﺃﻧﻲ ﻟﻘﻴﺖ ﺇﺧﻮاﻧﻲ، ﻓﻘﺎﻝ ﺃﺻﺤﺎﺑﻪ: ﺃﻭﻟﻴﺲ ﻧﺤﻦ ﺇﺧﻮاﻧﻚ؟ ﻗﺎﻝ: ﺃﻧﺘﻢ ﺃﺻﺤﺎﺑﻲ ﻭﻟﻜﻦ ﺇﺧﻮاﻧﻲ اﻟﺬﻳﻦ ﺁﻣﻨﻮا ﺑﻲ ﻭﻟﻢ ﻳﺮﻭﻧﻲ ".
"Aku ingin berjumpa dengan Ikhwan (saudara-saudara) saya". Sahabat bertanya: "Bukankah kami Ikhwan mu?" Nabi menjawab: "Kalian adalah para sahabatku. Ikhwanku adalah orang-orang yang beriman kepadaku dan tidak pernah melihatku" (HR Ahmad)
Riwayat yang lain:
" ﻭﺇﺧﻮاﻧﻲ ﻗﻮﻡ ﻣﻦ ﺃﻣﺘﻲ ﻟﻢ ﻳﺮﻭﻧﻲ، ﻳﺆﻣﻨﻮﻥ ﺑﻲ ﻭﻳﺼﺪﻗﻮﻧﻨﻲ ".
"Ikhwanku adalah kaum dari umatku yang tidak pernah melihatku, (namun) mereka beriman kepadaku dan membenarkanku" (HR Al-Baihaqi dalam Syuabul Iman)
Riwayat lainnya dengan redaksi:
ﺇﺧﻮاﻧﻲ اﻟﺬﻳﻦ ﻟﻢ ﻳﺮﻭﻧﻲ ﻭﺁﻣﻨﻮا ﺑﻲ ﻭﺻﺪﻗﻮﻧﻲ ﻭﺃﺣﺒﻮﻧﻲ ﺣﺘﻰ ﺃﻧﻲ ﺃﺣﺐ ﺇﻟﻰ ﺃﺣﺪﻫﻢ ﻣﻦ ﻭاﻟﺪﻩ ﻭﻭﻟﺪﻩ
"Ikhwanku adalah orang-orang yang tidak melihatku, (namun) beriman kepadaku, membenarkanku (sebagai Nabi) dan mencintaiku. Hingga di antara mereka menjadikan aku orang yang lebih dicintai dari pada ayahnya dan anaknya" (HR Abu Nuaim dalam Fadlail Shahabat)
Riwayat terakhir ini ada perawi bernama Nafi' Abu Hurmuz. Ia dinilai sebagai perawi Matruk. Namun hadits ini sebagai pelengkap saja karena hadits yang di atas dinilai sahih oleh para ulama. (adi)