Benarkah Transfusi Darah Dapat Mengobati Anemia?
Saat terkena anemia atau darah rendah, beberapa orang memutuskan untuk melalukan transfusi darah guna memperbaiki kondisi tersebut.
Lalu apakah pengobatan anemia hanya dengan tranfusi darah? "Menentukan melakukan tranfusi darah oleh dokter harus dengan banyak pertimbangan, sebab transfusi darah tentu memiliki banyak risiko," kata dokter spesialis hematologi-onkologi, dr Een Hendarsih, spesialis hematologi-onkologi medik.
Een menambahkan, resiko transfusi darah bisa terjadi reaksi penolakan mulai dari yang ringan hingga berat.
"Kalau yang ringan seperti merasa gatal dan demam. Belum lagi risiko penularan penyakit seperti hepatitis B, hepatitis C, serta virus-virus lainnya," ujar Een sapaan akrabnya.
Menurutnya, pengobatan anemia yang baik ialah sesuai dengan penyebab kenapa anemia itu terjadi.
"Misalnya, kekurangan zat besi, ya pengobatannya dengan cara menambahkan zat besi. Kalau karena kekurangan asam folat, pengobatannya dengan cara memberikan asam folat. Ada juga tindakan steroid, transplantasi, kemoterapi, dan lain sebagainya," katanya.
Tapi sebaiknya, kata Een, sebelum terjangkit anemia ada baiknya melakukan pencegah dengan cara meningkatkan konsumsi gizi baik dari sumber nabati maupun hewani dan mengobati penyakit dasarnya seperti menanggulangi wasir atau mentsruasi dengan waktu lama yang dapat menyebabkan anemia. (pts)