Benarkah Persija Juara Settingan?
Sukses Persija tampil sebagai juara Liga 1 2018 mendapat sorotan dari banyak pihak, terutama netizen. Tak sedikit yang menuding, gelar juara yang didapatkan Persija kali ini adalah settingan.
Fakta bahwa Persija adalah tim dengan jumlah kemenangan terbanyak (17 kemenangan) pun mereka kesampingkan. Begitu juga dengan nasib Persija yang harus berpindah kandang karena larangan menggunakan Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK).
Tercatat, Persija harus menggunakan empat stadion di luar Jakarta hampir semusim ini. Mulai Stadion Wibawa Mukti Tangerang, Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi, Stadion Sultan Agung Bantul, dan Stadion Manahan Solo. Namun semua itu tak mengurangi tudingan bahwa Persija tetap menjadi anak emas PSSI.
Para hater menilai, keberhasilan Persija tak lepas dari campur tangan federasi, terutama bagaimana Komisi Disiplin PSSI menjatuhkan sanksi yang sangat berat kepada Persib Bandung menyusul insiden pengeroyokan oknum suporter Persib yang menewaskan suporter Persija, The Jakmania (Haringga Sirla), beberapa jam sebelum duel Persib versus Persija di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung pada 23 September lalu.
Persib yang hingga pekan ke-23 dalam posisi memimpin klasemen sementara dengan mengantongi 44 poin kemudian mendapatkan sederet hukuman yang membuat tim berjulukan Maung Bandung itu tak hanya terusir dari kandangnya (disanksi laga kandang usiran di Kalimantan), mereka juga tidak mendapatkan dukungan dari bobotoh hingga akhir musim karena Persib juga dijatuhi sanksi laga tanpa penonton hingga Liga 1 2018 berakhir.
Tak cukup, kekuatan Persib juga menurun setelah empat pemain kunci Persib menerima sanksi sebagau buntut keributan yang terjadi di lapangan. Mereka adalah Jonatan Bauman (larangan tampil 2 laga), Ezechiel Ndouasel (5 laga), Bojan Malisic (4 laga) dan Ardi Idrus (teguran keras).
Meski empat pemain Persija juga mendapat hukuman larangan bermain usai laga itu, namun banyak yang menganggap empat pemain Persija yang disanksi tak sampai mengurangi kekuatan Persija lantaran kontribusi mereka tak sebesar ketiga legiun asing Persib yang menjadi kekuatan utama Maung Bandung hingga pekan ke-23.
Persija juga dianggap diuntungkan dengan kondisi Persib yang compang-camping dalam beberapa pertandingan di pekan-pekan krusial. Akibatnya, Persija yang hingga pekan ke-23 masih tertinggal delapan poin dari Persib perlahan-lahan berhasil merangkak naik.
Puncaknya terjadi di pekan ke-33, bertandang ke markas Bali United, di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Persija sukses mencuri tiga poin. Di saat yang sama, PSM Makassar tertahan 1-1 oleh Bhayangkara FC.
Dengan selisih satu poin dan hanya menyisakan satu pertandingan, Persija yang bertemu dengan Mitra Kukar di pekan terakhir di atas kertas bisa memenangkan pertandingan ini. Dan benar saja, Persija menang 2-1 di pertandingan yang berlangsung Minggu 9 Desember 2018.
Persija pun berpesta setelah peluit panjang dibunyikan wasit Prasetyo Hadi. Dengan kemenangan tipis 2-1, Persija mengakhiri kompetisi dengan torehan 62 poin, selisih satu poin dengan PSM yang berada di posisi runner-up.
Kepemilikan Saham Joko Driyono di Persija
Tudingan Persija juara settingan juga tak lepas dari keberadaan Joko Driyono di jajaran direksi Persija. Seperti diketahui, Joko merupakan Wakil Ketua Umum PSSI sekaligus pemilik 95 persen saham PT Jakarta Indonesia Hebat yang menguasai 80 persen saham Persija Jakarta.
Pria yang akrab disapa Jokdri ini mengungkapkan, kepemilikan sahamnya di Persija merupakan upaya untuk menyelamatkan salah satu klub sepak bola legendaris di Indonesia itu agar bisa bertahan. Sebelum ia masuk bersama Gede Widiade, Persija Jakarta tercatat memiliki utang sekitar Rp 90 miliar.
“PSSI punya kepentingan memproteksi ini,” kata Jokdri, sapaan di Hotel Sultan, beberapa waktu lalu.
Keberadaan Jokdri di balik layar Persija dinilai sebagai salah satu yang menguntungkan Persija meski tak pernah terbukti Jokdri melakukan intervensi terhadap keputusan atau kebijakan kompetisi.
Kaitannya dengan rivalitas dengan Persib. Jika Jokdri tercatat sebagai pengurus PSSI, di Persib ada Glenn Sugita. Glenn merupakan Komisaris Utama PT Liga Indonesia Baru, operator Liga 1. Ia juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Persib Bandung Bermartabat dengan kepemilikan saham mayoritas (70 Persen) di PT PBB melalui PT Suria Eka Persada.
Lantas, apakah benar kedua pemegang saham mayoritas kedua klub ini memiliki pengaruh terhadap jalannya kompetisi? Dengan fakta-fakta di atas, pembaca tentu bisa menilai sendiri apakah benar gelar juara Persija sudah di-setting, atau ada campur tangan PSSI melalui Jokdri.
Yang jelas, meski Glenn menempati posisi Komisaris Utama PT LIB, tangan Glenn tidak mampu menjangkau hingga ke PSSI, atau memengaruhi keputusan Komdis atas sanksi berat yang diterima klubnya saat itu. (Nas)