Benarkah Janji Politik Termasuk Maksiat ? Ini Pesan Ulama
“Ustadz, saat ini musim hujan telah tiba. Seiring dengan itu, gegap gempita dalam demokrasi di Indonesia terjadi di sejumlah daerah. Saya ingin mengetahui dari tilikan agama, bagaimana hukum janji politik dan tanggung jawab kepada rakyat dari para politisi?”
Demikian ditanyakan Hajjah Marwanah, warga Banyu Urip Surabaya, pada ngopibareng.id.
KH Luthfi Bashori, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Malang, memberikan pesan-pesannya sebagai berikut:
Rasanya setiap dari kita ini ingin hidup seribu tahun, bahkan lebih dan lebih. Rasanya tidak ada seorangpun yang ingin segera didatangi malaikat Izrail. Jangankan kita, Nabi Dawud pun sempat memprotes saat malaikat Izrail datang untuk menyampaikan tugas mulianya.
Sudahkah kita mempersiapkan untuk itu semua? Atau tetap saja kita terus menikmati hidup dengan bergelimangan dosa? Atau bahkan kita semakin bangga dengan kemaksiatan yang silih berganti bergumul dalam kehidupan kita?
Otak kita : Sangat berpotensi untuk menambah isi gudang dosa akibat kemaksiatan, yaitu tatkala kita pergunakan untuk memikirkan hal-hal negatif yang bertentangan dengan syariat agama Islam.
Demi meraih jabatan kadang tak segan-segan kita bergabung dengan kaum penginkar syariat, ini termasuk maksiat otak. Demi seonggok jabatan maka fikiran kotor terlintas dalam otak untuk meraihnya dengan menghalalkan segala cara.
Mata kita : Sangat rawan untuk menyaksikan kemaksiatan di alam nyata maupun dalam acara pertelivisian nasional. Dosa itu datang tatkala kita melihat aurat orang lain, dan rasanya hampir tiap hari dosa macam ini kita lakukan. Bahkan rasanya kita sudah tidak peduli lagi atas batasan aurat yang wajib ditutupi agar tidak tersingkap di mata kita.
Batas aurat lelaki yang haram dilihat adalah antara pusar dan lutut, sedangkan untuk wanita adalah seluruh anggota tubuhnya.
Rasanya mata kita ini masih kerap melihat aurat-aurat yang kini semakin transparan saja di tengah kehidupan masyarakat yang komplek dan majmuk.
Mulut kita : Rawankah mulut kita mengindap penyakit maksiat ? Sungguh amat sangat rawan tentunya. Menggunjing kekurangan orang adalah maksiat, berkata kurang sopan termasuk maksiat, bicara bohong adalah maksiat. Ooh alangkah banyak rasanya kemaksiatan mulut ini yang telah kita perbuat selama ini.
Membohongi rakyat adalah maksiat, meremehkan syariat seperti mengatakan `hanya selembar kain` dalam mengistilahkan kewajiban berjilbab adalah maksiat.
Telinga kita : Betapa banyak godaan maksiat telinga yang kini melanda komunitas umat Islam di berbagai kalangan. Baik kalangan insan per-film-an semacam mendengar beberapa acara 'Kisah Seputar Selebriti' alias namimah modern dan pergunjingan masa kini, atau kalangan masyarakat penghuni tempat hiburan, pasar perniagaan, dan sebagainya.
Hati kita : Penyakit hati termasuk penyakit yang sangat sensitif dalam menyerang kita yang berdampak pada membengkaknya nominal dosa yang merasuki jiwa kita.
Bahkan bermacam-macam jenis penyakit hati silih berganti bergelayut dalam diri kita.
Iri, dengki, hasud, sombong, riak, ingin dipuji, merasa paling baik, merasa paling hebat, pamer, bangga dengan harta, tahta dan wanita, dan lain sebagainya kerap kali singgah dalam kehidupan kita.
Menolak kebenaran, menutup-nutupi kemunkaran, merestui kemaksiatan, mendiamkan kejahatan dan semacamnya, termasuk penyakit hati, yang dewasa ini marak sekali melanda kehidupan umat Islam. Semua itu adalah penyakit hati yang rawan mengindapi diri kita.
Tangan kita : Betapa banyak kemaksiatan yang sering diperbuat oleh tangan kita.
Memukul orang tanpa sebab yag jelas, menyembunyikan barang milik teman, memanfaatkan barang teman tanpa izin, mengambil hak orang lain, memalsu surat dan berkas, menyontek karya milik orang lain, memalsu tanda tangan, memalsu data, memalsu ijazah, dan masih banyak jenis kemaksiatan yang sering dilakukan oleh tangan.
Perut kita : Sudah berapa banyak makanan yang tidak jelas halal-haramnya telah masuk ke dalam perut kita ? Padahal Nabi SAW telah mendiskrepsikan makanan yang tidak jelas halal-haramnya sebagai makanan syubhat, seraya bersabda : `Barangsiapa yang mengkonsumsi makanan yang syubhat maka sungguh dia telah terjerumus di dalam keharaman`.
Kaki kita : Jika selama ini kita pergunakan kaki ini untuk menempuh jalan kemaksiatan, sudah selayaknya kita hentikan langkah itu. Karena langkah-langkah ke arah kemaksiatan itu semakin menambah dosa dan menambah beban kita kelak di akhirat nanti.
Langkah gontai di akhirat tak akan terelakkan, manakala kita tidak pandai menjaga kemana kaki ini sering pergi.
Jika perginya ke tempat-tempat yang dimurkai oleh Allah, maka pasti deraan siksa dari malaikat akan kerap menghampiri kaki kita, di sanalah langkah penuh gontai tercambuk-cambuk itu akan memulai kisah hidup kekal dibalut siksa dan kesedihan. Na`uudzu billah.
Seiring dengan berlalunya waktu, bertambahnya umur, desah nafas silih berganti, berkurangnya stamina hidup, otak semakin payah, mata mulai meredup, pendengaran sulit menangkap, persendian sering nyeri, kaki susah berdiri, yang semua itu selaras dengan firman Allah:
Wa man nu`ammirhu nunaqqishu fil khalq (Barangsiapa Kami panjangkan umurnya maka pasti Kami kurangi kesempurnaan tubuhnya).
Lantas menunggu apalagi selain bertaubat dan mendekatkan diri kepada Sang Ilahi. Wa ilallahil mashiir, hanya kepada Allahlah kita akan kembali.
Tatkala Izrail datang, semoga kita sudah siap menanti..! (adi)
Advertisement