Benarkah Heated Tobacco Products Lebih Aman?
Pakar toksikologi Universitas Airlangga, Sho'im Hidayat, dr, M.Si berpendapat Indonesia bisa belajar dari Jepang terkait pengendalian tembakau.
Sebab di Jepang para perokok sudah banyak beralih pada produk-produk tembakau yang dipanaskan (heated tobacco products). Heated tobacco products diklaim lebih aman dari rokok konvensional. Benarkah hal ini?
Sho'im menjeaskan, dari penelitian yang sudah dihasilkan di America dan Jepang, memberikan beberapa kesimpulan. Di antaranya, karena tidak terjadi proses pembakaran kandungan TAR (residu tembakau) dalam heated tobacco products menjadi 90 persen lebih rendah dari rokok konvensional.
"Karena rumusnya TAR itu begini. Asap atau total partikel dikurangi air lalu dikurangi nikotin sama dengan partikel padat yang disebut TAR tadi. TAR ada karena proses pembakaran yang disebut asap. TAR sendiri adalah partikel padat," ujar dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga ini.
Karena rumus ini, Sho'im menuturkan, beberapa ilmuan dari Philips Morris memperdebatkan bahwa produk tembakau elektrik tidak bisa disebut mengandung TAR. Karena tidak ada partikel padat di dalamnya.
"Tapi ini masih harus dikaji lagi. Tentu saja, ini masih menjadi perdebatan untuk dikaji dan diteliti lagi. Ke depan saya ingin mengusulkan adanya penelitian serupa tentang rokok elektrik di Indonesia," ungkapnya, Selasa, 29 Oktober 2019.
Ia menambahkan, kandungan TAR dalam heated tobacco products memang lebih rendah dari pada rokok konvensional. Karena tidak terjadi proses pembakaran. Tapi, kandungan nikotin antara keduanya tetap sama.
Menurutnya, bahaya atau tidak rokok bagi tubuh manusia tentu tergantung dari dosis yang dikonsumsi.
"Pada prinsipnya semua benda (bahan kimia) itu berbahaya. Hanya dosislah yang membedakan bisa jadi obat atau jadi racun untuk tubuh itu sendiri," tutupnya.