Benarkah BIN Intervensi Muktamar Nahdlatul Ulama?
Oleh : Imron Rosyadi Hamid
Pernyataan Rais ‘Aam Syuriyah Nahdlatul Ulama KH. Miftachul Akhyar tentang adanya telepon dari seseorang yang mengatasnamakan Badan Intelijen Negara (BIN) bernama Imron Cotan. Orang tersebut meminta agar dirinya mengundur perhelatan Muktamar NU ."Saya ditelepon orang dari Amerika mengatasnamakan BIN, namanya Imran. Dia mantan duta besar (untuk) RRC saat itu ia sedang ada di Amerika. Saya ditelepon dari Jakarta minta supaya muktamar diundur karena yang menginginkan Muktamar 2021 punya niat jelek, saya kaget,"ujar dia.
Minggu ini juga bersliweran kabar bahwa ada oknum pejabat BIN telah mengumpulkan bawahannya untuk membantu salahsatu kandidat agar terpilih menjadi Ketua Umum Nahdlatul Ulama.
Benarkah demikian? Jika benar, apa tujuannya dan apakah dampaknya bagi Nahdlatul Ulama serta Indonesia ke depan? Siapa yang bermain untuk mengobok-obok Muktamar NU seperti yang terjadi dalam Muktamar NU Cipasung 1994?
"Hari Gini Ada Intervensi?"
Benarkah BIN mengintervensi Muktamar NU ke-34?
Pada tanggal 30 November 2021 saya mencoba menanyakan isu keterlibatan Badan Intelijen Negara (BIN) dalam Muktamar NU ke-34 ini secara langsung ke salah satu Deputi BIN dan mendapatkan jawaban bahwa tidak ada keterlibatan Lembaga BIN untuk mengintervensi Muktamar NU Lampung.
Penjelasan ini melegakan kita semua, mengingat trauma Warga NU terhadap intervensi Pemerintah di Muktamar NU sebagaimana yang pernah terjadi di Cipasung Tahun 1994 masih sangat kuat. Dalam Muktamar Cipasung Presiden Suharto melakukan intervensi secara kasar bahkan melibatkan personil militer. Pengalaman buruk semacam itu seharusnya tidak boleh terjadi apalagi di saat Nahdlatul Ulama akan memasuki satu abad usianya.
Presiden Joko Widodo dan Nahdlatul Ulama
Kemenangan Presiden Joko Widodo merupakan dalam dua perhelatan Pemlihan Presiden (2014 dan 2019) tidak lepas dari dukungan Warga Nahdlatul Ulama di beberapa propinsi basis Nahdlatul Ulama. Peran-peran Nahdlatul Ulama dalam menanggulangi ancaman radikalisme dan ekstrimisme di juga diakui berbagai kalangan tidak saja oleh kekuatan nasional tetapi juga global.
Jika ada intervensi Muktamar NU dan berakibat perpecahan di Nahdlatul Ulama maka berdampak pada menguatnya posisi kelompok ekstrem yang selama ini merasa terancam dengan keberadaan dan kekuatan Nahdlatul Ulama sebagai kekuatan Islam moderat terbesar di dunia. Semua pihak harus mencegah terjadinya perpecahan Nahdlatul Ulama, karena akan merugikan bangsa, negara dan dunia.
Jika ada pihak-pihak di internal NU yang mencoba mengundang pihak luar untuk mengintervensi muktamar dan mengobok-obok Nahdlatul Ulama apalagi hanya untuk kepentingan jabatan dan kepentingan jangka pendek Pemilu 2024, maka mereka sama saja ingin merusak warisan para muassis NU.
Dugaan ada pihak internal NU yang mengundang masuknya oknum lembaga telik sandi sebenarnya pernah muncul dalam perhelatan kepengurusan di sebuah PWNU tahun lalu tetapi terbukti tidak berjalan efektif.
Walhasil, sejarah membuktikan, ketangguhan dan resiliensi Warga NU dalam menghadapi intervensi penguasa baik di era penjajahan Belanda, Jepang, bahkan Orde Baru sudah teruji. Biarkan Muktamar NU Lampung berjalan dengan wajar dan tidak menabrak AD/ART.
Biarkan Warga NU memilih pemimpinnya sesuai dengan hati nurani mereka, sebagaimana pesan yang disampaikan salahsatu deputi BIN ke saya akhir bulan lalu, "semoga seperti air mengalir bersih tanpa intervensi dan pilihan terbaik warga NU akan jatuh ke tokoh pilihan sesuai nurani".
Ayo kita jaga NU jangan sampai pecah!
Wallahu a’lam bisshawab.
KH DR Imron Rosyadi Hamid
Rais Syuriyah PCINU Tiongkok 2017-2021