Benahi Infrastruktur Petani
Infrastruktur yang berkeadilan mengandaikan ketersentuhan semua lapis dalam masyarakat. Apalagi lapis terbesar penduduk yang ikut terlibat dalam sektor tersebut. Pertanian merupakan sektor yang masih menjadi tumpuan terbesar penghidupan warga Jawa Timur.
Pemikiran ini sejalan dengan yang telah ditekankan Presiden Joko Widodo. Dalam berbagai kesempatan, presiden menegaskan bahwa pembangunan pertanian tidak boleh dilihat sebelah mata. Sebab, pembangunan sektor ini merupakan pintu masuk untuk mengatasi kemiskinan. Menyejahterakan petani merupakan langkah untuk mengatasi kesenjangan antara kaya dan miskin.
Khusus untuk Jawa Timur, selain menyangkut banyaknya lapis penduduk yang terlibat dalam sektor ini, Jawa Timur sampai sekarang masih menjadi andalan ketahanan pangan nasional. Propinsi ini menjadi pemasok beras dan menjadi andalan bagi kebutuhan sehari-hari berbagai komoditi pertanian untuk daerah lain. Karena itu, menjadikan infrastruktur pertanian sebagai prioritas dalam membangun Jawa Timur merupakan sebuah keharusan.
Ada tiga infrastruktur prioritas yang perlu mendapat perhatian. Embung, jaringan irigasi dan bendungan. Sedangkan infrastruktur pendukung yang sangat penting adalah pusat penelitian dan pengembangan benih dan bibit. Penanganan terhadap infrastruktur pertanian tersebut adalah untuk meningkatkan produktifitas pertanian sekaligus untuk meningkatkan kesejahteraan petani.
Lantas bagaimana kondisi infrastruktur pertanian yang ada sekarang? Di Jatim, saat ini, ada 89 waduk, 417 embung, dan 27 telaga atau ranu. Jaringan irigasi yang ada baru bisa menjadikan indeks pertanaman kita 1,8. Ini artinya, dalam setahun petani hanya mampu menanam 1,8 kali atau tidak sampai dua kali panen.
Jumlah waduk, embung, telaga dan jaringan irigasi yang ada itu pun sudah tidak optimal. Saat ini, terjadi penurunan kapasitas tampung untuk waduk dan embung sebesar 50 persen. Penurunan ini akibat sedimentasi.
Kinerja jaringan irigasi tingkat primer, sekunder dan tertier juga terjadi penurunan. Hampir semua bendung irigasi yang berjumlah 470 mengalami kerusakan. Semua itu akibat umur bangunan dan kewenangan pengelolaan jaringan irigasi yang belum terpadu.
Persoalan infrastruktur pertanian tersebut antara lain yang membuat Indeks Pertanaman kita rendah. Kinerja jaringan irigasi yang kurang baik membuat pengairan aliran sawah menjadi tidak terjamin. Karena indeks pertanaman rendah, maka produktifitas pertanian kita juga menjadi rendah.
Pembangunan infrastruktur pertanian bertujuan meningkatkan indeks pertanaman sehingga petani bisa panen beberapa kali dalam setahun. Hanya dengan meningkatkan infrastruktur pertanian, khususnya jaringan irigasi ini, produktifitas lahan pertanian bisa ditingkatkan. Ketersediaan air melalui pembangunan irigasi pertanian menjadi sesuatu yang mendesak.
Masih lemahnya perhatian kita terhadap infrastruktur pertanian ini bukan semata karena ketersediaan anggaran. Tapi juga karena sistem manajemen yang belum terpadu. Pengelolaan air dan irigasi yang masih terbagi-bagi dalam kewenangan pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota adalah salah satu sumbernya.
Akibatnya perencanaan yang integratif dalam hal kebutuhan infrastruktur pertanian menjadi sulit terjadi. Kepentingan dan ketersediaan anggaran antara pemerintah pusat dan provinsi belum tentu klop. Demikian juga antara pemerintah provinsi dan kabupaten/kota.
Secara sektoral, urusan infrastruktur pertanian ini juga menjadi urusan berbagai kementerian dan dinas. Urusan produktifitas menjadi kewenangan kementerian dan dinas pertanian. Sedangkan infrastruktur pertanian menjadi kewenangan kementerian dan dinas pekerjaan umum. Satu bidang garap dengan multi kewenangan.
Keadaan itu membuat penanganan masalah pertanian menjadi kurang efektif. Sudah saatnya kita menganut prinsip: one river one manajemen. Juga one work domain with one manajemen. Jika prinsip ini yang diambil maka dibutuhkan restrukturisasi birokrasi di bidang pertanian.
Singkat kata, dibutuhkan pengarusutamaan kebijakan dalam hal infrastruktur pertanian untuk mendongkrak peoduktifitas petani kita. Caranya? Melalui revitalisasi dan rehabilitasi embung, waduk dan telaga yang ada. Memperbaiki dan membangun jaringan irigasi baru sesuai dengan cluster pertanian secara terencana.
Perkembangan infrastruktur jalan mengharuskan kita merencanakan ulang tata guna lahan di bidang pertanian. Mendorong terjadinya cluster produk pertanian dalam setiap daerah khusus tampaknya menjadi kebutuhan yang tak terhindarkan. Dengan demikian, akan memudahkan jalur pengadaan dan permintaan (suply and demand) produk-produk pertanian.
Pembangunan infrastruktur pertanian harus juga diimbangi dengan pembangunan infrastruktur pendukung seperti pusat penelitian pertanian dan pusat pembenihan serta pembibitan. Dengan demikian, komoditas pertanian yang dikembangkan di Jawa Timur sesuai dengan struktur tanah dan alam. Pemerintah wajib untuk menyediakan pusat penelitian dan pengembangan berbagai jenis pertanian sehingga lahan yang ada menjadi lebih efektif dan efisien.
Replaning cluster pertanian, revitalisasi dan rehabilitasi infrastruktur jaringan irigasi pertanian, serta memprioritaskan pembangunan infrastruktur baru pertanian merupakan langkah kerja yang bisa membawa kepada perubahan kehidupan petani.
Melalui langkah kerja tersebut diharapkan bisa mengangkat harkat dan derajat petani kita sehingga dapat mengurangi kesenjangan ekonomi dan tingkat kemiskinan yang ada. *)
Advertisement