Molor Lagi, Operasional RS Darurat Covid Harus Lalui Birokrasi
Pembangunan RS darurat berbasis tenda yang didirikan oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Republik Indonesia yang dipinjamkan kepada Jawa Timur kembali tak sesuai rencanya. Seharusnya, rumah sakit itu selesai pada, Selasa 12 Mei 2020 kemarin. Namun tiga tenda itu hingga saat ini masih dalam tahap persiapan dan belum bisa berfungsi.
Dari pantauan Ngopibareng.id, Rabu 13 Mei 2020 petang, proses pembangunan sudah 90 persen. Para pekerja kini fokus menyelesaikan pemasangan pendingin ruangan, memasang alas lantai yang berbahan plastik dan memasang lampu di tenda ketiga. Sedangkan dua tenda lainnya sudah selesai hanya tinggal memasukkan tempat tidur pasien.
Koordinator Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jatim, dokter Joni Wahyuhadi mengatakan, terus melakukan komunikasi dengan Kementerian Kesehatan terkait pembangunan RS darurat dan sudah mendapat pemantauan langsung.
Hanya saja, ketika semua sudah tuntas RS darurat ini belum bisa digunakan langsung. Sebab harus melalui proses administrasi serah terima pinjam pakai dari Gugus Tugas Pusat.
“Tenda sudah didirikan kemudian sudah dibersihkan, tinggal serah terima dari Kemenkes akan dipinjamkan ke Pemprov Jatim, baru setelah itu kami lakukan pembersihan,” ungkap Joni.
Karena sifatnya pinjaman, Joni menyampaikan, ada jangka waktu peminjaman yang diberikan, yakni selama tiga bulan dimulai sejak RS darurat dioperasikan.
Terkait fasilitas, Direktur RSU dr. Soetomo itu menyampaikan, sangat minim yakni hanya ada tempat tidur, pendingin ruangan, dan high care unit (HCU), tanpada ICU dan ventilator. “Nanti ini akan dikonekan antara RS darurat dengan RSU dr. Soetomo dan RSUA (Rumah Sakit Universitas Airlangga). Misalkan di Soetomo pasien covid sudah membaik akan dipindah ke sana (RS darurat), termasuk RSUA,” paparnya.
Untuk daya tampung, ia menyampaikan dari tiga tenda di RS darurat ini dapat menampung sekitar 70 pasien covid. Ia pun memastikan tidak ada batasan apapun di RS darurat itu, sehingga warga dari luar Surabaya bisa menempati bed yang ada.