Beli Sepeda di Shanghai, Digowes Pulang ke Inggris!
Kegilaan yang dilakukan Josh Reid (23) asal Newcastle, Inggris ini membuat banyak orang tercengang. Bayangkan, Josh membeli sebuah sepeda Giant Revolt berbahan karbon di pabriknya di Shanghai, Tiongkok. Lantas dia langsung menggowesnya sejauh 9.300 miles (sekitar 15 ribu km) pulang ke Newcastle, Inggris.
“Saya melewati 15 negara selama empat bulan. Melewati Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Uzbekistan dan Eropa. Perjalanan ini melewati jalur ‘atap dunia’ dan saya disambut oleh setiap orang di negara yang dilewati,” bangga Josh.
Perjalanan Josh ini dilakukan sejak 23 Juli 2019. Dia akan tidur di hotel apabila dipaksa oleh polisi setempat. Karena tidak mau dianggap sebagai gelandangan.
Tetapi Josh lebih senang tidur di tenda di sebelah jalan raya di dalam sleeping bag. “Saya sengaja tidak membawa tenda karena berat. Dan saya tidak mau membebani sepeda. Saya ingin cepat pulang,” tutur Josh yang mengaku gowes sejauh 320 km per hari (200 miles per hari).
Tidak seperti cyclist lain, Josh gowes dari timur ke barat dan melewati jalur sutera yang banyak dilalui truk-truk besar. Ketika jauh dari perkotaan besar, tidak banyak jalan yang bisa dipilih.
“Lepas dari Tiongkok, saya memasuki Kazakhstan dan menuju kota terbesar yakni Almaty. Di sinilah saya merasakan pijat yang paling enak,” tutur Josh.
Josh tidak mau melewati padang gurun yang membelah Kazakhstan. Dia memilih melewati Pamir Highway. Jalan paling tinggi dan paling “keras” di dunia. Di beberapa bagiannya mencapai ketinggian 15 ribu feet atau 4.500 meter di atas permukaan laut.
“Jalan ini meskipun disebut tol tapi mayoritas adalah gravel dan inilah yang disebut sebagai atap dunia. Jalan ini membawa saya ke Kyrgyzstan dan Tajikistan. Saya gowes sejauh 250 miles sepanjang perbatasan Afghanistan,” bilangnya.
Saat saya berada di desa Tajik, Josh bertanya dimana ada hotel sehingga bisa menginap. Ternyata orang itu mengundangnya untuk tidur di rumahnya dan memberinya makan.
Ternyata hal ini sangat lazim dilakukan oleh masyarakat Asia Tengah. “Saya sering diundang untuk tidur di tempat ibadah bahkan di rumah-rumah warga sekitar. Sangat mengharukan,” tuturnya.
Josh membeli sebuah kamera drone merek DJI di sebuah toko di Shanghai. Dan dia baru sadar bahwa di beberapa negara seperti Uzbekistan, drone itu dilarang. Bahkan pemiliknya bisa dipenjara selama tiga tahun. Takut akan hal itu, Josh punya cara jitu.
Drone dibongkar menjadi bagian kecil-kecil dan disimpan terpisah-pisah di tas yang nempel di sepedanya.
Josh tidak mau melewati jalur darat via Iran. Jadi dia menyeberang laut Kaspia. Tidak ada kapal penumpang yang melewati jalur ini. Jadi Josh berkemah di sekitar pelabuhan Aqtau di Kazakhstan, lantas menumpang kapal barang yang sedang berlabuh.
Ketika sudah menyeberang dan sampai ke Azerbaijan, Josh kembali menggowes Giant Revoltnya. Dua hari kemudian mencapai negara Georgia. Cuaca sudah mulai memasuki musim gugur. Berarti tak lama lagi musim dingin.
Rute paling cepat dan mudah adalah menyeberangi Turki menuju Istanbul. Setelah naik ferry melewati Bosphorus, Asia sudah di belakang Josh. Dari Budapest, Josh mengikuti tanda penunjuk arah rute Eurovelo cycleway menuju Danube. “Pegunungan Austria ada di sebelah kiri saya. Gowes melewati Luxembourg dan Jerman melewati jalur sepeda,” bilangnya.
Setiba di Netherlands, Josh mampir ke kantor Giant divisi Eropa. Di sana, dirinya disambut sangat meriah. Musim dingin kian dekat, Josh gowes dari Amsterdam hingga pelabuhan Ijmuiden. Lantas naik DFDS ferry menuju Newcastle dan sampailah dia di rumah tanggal 29 November 2019. Setelah empat bulan gowes dari Shanghai, Tiongkok! (yudy hananta)
Apa saja yang dibawa oleh Josh?
tas merek Arkel dari Kanada
sleeping bag merek Robens
handphone Iphone XS, Go Pro Hero 7, DJI Spark drone
jersey sepeda dari Backyard Bike Shop
garmin InReach GPS