Belgia Tuntut PBB Selidiki Israel yang Membantai 60 Warga Palestina
Belgia menuntut penyelidikan PBB atas kekerasan di Gaza dan memanggil duta besar Israel ke Kementerian Luar Negeri setelah dia menggambarkan seluruh korban Palestina sebagai “teroris.”
Perdana Menteri Charles Michel menyerukan penyelidikan atas kekerasan yang menewaskan 60 warga Palestina di perbatasan dengan Israel saat Amerika Serikat memindahkan kedutaan besarnya ke Yerusalem.
“Kekerasan yang dilakukan di Jalur Gaza kemarin tidak dapat diterima. Kami menyerukan penyelidikan internasional yang dipimpin PBB,” kata Michel dalam pernyataan bersama dengan Menteri Luar Negeri Didier Reynders.
Pernyataan keras itu mengatakan tindakan keras tentara Israel sama saja dengan “penggunaan kekuatan yang tidak proporsional” terhadap warga sipil, menambahkan: “Menembakkan peluru tajam ke para pengunjuk rasa sangat memalukan.”
Presiden dan menteri luar negeri Belgia tersebut juga mengkritik Amerika Serikat, memperingatkan bahwa “keputusan sepihak Presiden Trump untuk mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan kedutaan besar AS ke sana membuat kita semakin sulit mencapai perdamaian.”
Secara terpisah Kementerian Luar Negeri Belgia mengatakan kepada AFP bahwa pihaknya memanggil Duta Besar Israel Simona Frankel untuk menjelaskan pernyataannya.
Frankel mengatakan kepada perusahaan penyiaran Belgia RTBF: “Saya sangat menyesali jatuhnya korban jiwa, apa pun kewarganegaraan mereka, bahkan jika mereka teroris.”
“Mereka semua (teroris),” imbuh Frankel ketika diminta untuk mengklarifikasi. “Lihatlah orang-orang yang membawa bayi ke pagar. Mereka ini bukan demonstran damai.”
Sementara Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melontarkan kritik pedas terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, mengatakan dia memimpin sebuah “negara apartheid” dan bersalah atas kematian warga Palestina.
“Netanyahu adalah PM di sebuah negara apartheid yang menduduki lahan rakyat tidak berdaya selama lebih dari 60 tahun dalam pelanggaran terhadap resolusi PBB,” tulis Erdogan di Twitter, setelah Netanyahu mengecam kritik untuknya atas pembunuhan oleh pasukan Israel terhadap puluhan warga Palestina di perbatasan Gaza pada Senin lalu.
“Dia bertanggung jawab atas kematian warga Palestina dan tidak bisa menutupi kejahatannya dengan menyerang Turki,” tambah Erdogan.
Sedangkan Iran mengatakan bahwa para pejabat Israel harus diadili sebagai penjahat perang atas "pembantaian brutal" terhadap demonstran di perbatasan Gaza pada hari sebelumnya.
"Pembunuhan anak-anak, perempuan dan warga Palestina yang tak berdaya serta pendudukan tanah Palestina telah menjadi strategi utama Zionis selama 70 tahun pendudukan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Ghasemi di situs web kementerian itu.
Dia meminta komunitas internasional untuk mengambil "tindakan segera" dan mengadili para pemimpin Israel sebagai "penjahat perang di pengadilan internasional."
Sedikitnya 60 warga Palestina tewas dan ribuan lainnya terluka oleh pasukan Israel pada Senin ketika mereka melakukan unjuk rasa di sepanjang perbatasan Gaza terhadap pembukaan kedutaan baru Amerika Serika (AS) di Yerusalem.
Presiden Hassan Rouhani mengkritik langkah pemindahan kedutaan itu bersama dengan keputusan pada pekan lalu oleh AS untuk keluar dari kesepakatan nuklir dengan Iran.
"Sejarah akan menilai bahwa kedua keputusan ini oleh pemerintah Amerika sangat salah," katanya kepada wartawan, menurut IRIB. (afp/hs/nh/ma)