Belasan Tahun Langganan Banjir, Risma Tak Pernah Datang
Banjir setinggi hampir dua meter yang menerjang wilayah Dukuh Kupang Barat pada Sabtu 1 Februari 2020 menyisakan kisah lain. Warga menyebut tak pernah ada upaya mengatasi banjir dari Pemkot Surabaya hingga belasan tahun terakhir. Kampung itu, belasan tahun jadi langganan air bah. Satu nyawa meregang pada banjir tahun 2013 lalu. Banyak rumah dan barang elektronik yang mengalami kerusakan akibat banjir.
Widodo, laki-laki berusia 25 tahun mengingat jika Pemkot Surabaya tak pernah datang, untuk membenahi saluran air, atau membantu warga di kampungnya. Menurutnya tak ada bantuan finansial kepada warga yang rumahnya, barang elektronik, hingga sepeda motornyanya, rusak karena banjir tinggi. Sedangkan banjir langganan datang, hingga setinggi dada orang dewasa.
“Saya itu sejak kecil di sini. Sama sekali nggak ada proyek pembenahan saluran air, atau apa gitu yang berdampak ke kami. Jadi hampir setiap tahun ya banjir,” kata Widodo kepada Ngopibareng, Sabtu 1 Februari 2020 di rumahnya.
Pengurus Karang Taruna di kampung tersebut mengaku, sudah berulang kali menginformasikan masalah banjir kepada Pemkot Surabaya yang diwakili oleh kelurahan hingga kecamatan.
“Kami sudah informasikan ke sana (pemkot). Tapi sampai sekarang belum ada tindakan, sejak saya kecil sampai saya masuk karang taruna. Banjir tetap datang tiap musim hujan. Bisa apa kami selain menyelamatkan barang dan menanggul rumah agar tak masuk ke dalam,” katanya.
Seperti daerah lain yang tertimpa musibah, ia juga ingin Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini yang terkenal sering turun ke jalan saat banjir, datang dan menengok kampungnya.
Ia ingin Risma yang dikenal dekat dengan rakyat datang menyentuh warga di Dukuh Kupang. Sehingga warga bisa merasakan bahwa pemerintah hadir untuk membantu mereka.
“Inginnya kami itu ya, pas banjir itu ibu (Risma) datang lah lihat kondisi sini. Meski banjir bakal surut, kalau banjir-banjir gitu terus tanpa ada bantuan atau tindakan ya kan kasihan warga,” katanya.
Sementara itu, Ketua RT 04 RW 07 Kelurahan Dukuh Kupang Sujono mengatakan, ia sudah berusaha maksimal untuk memberitahukan ke Pemkot Surabaya, tentang banjir di daerahnya.
“Saya setiap kali tiap ada rapat berkala di kelurahan, saya bilang mohon kesediaan pemerintah bagaimana lah mengatasi banjir ini. Atau paling tidak mengurangi banjir ini lah,” kata Sujono.
Ia takut, jika kampungnya dibiarkan terus diterjang banjir, akan merugikan warga dan membahayakan anak-anak dan orang tua. Jika suatu saat banjir datang dan arus lebih deras, maka bisa membahayakan warga sekitar.
“Ya kan kalau terus deras dan tinggi begini, membahayakan sekali untuk kami. Kerugian semakin banyak. Anak-anak dan orang tua juga bahaya kalau ada banjir ini,” katanya.
Menurutnya, selama ia menjadi RT di wilayah tersebut, tak pernah ada bantuan dari Pemkot Surabaya, sejak tahun 2013 hingga saat ini. Warga yang rumahnya rusak harus mengeluarkan uang pribadi untuk membenahi. Begitu pula warga yang motornya mogok karena tenggelam.
“Jadi kalau ada turun tangan dari pemkot untuk memberi kami bantuan, jelas kami berterima kasih sekali. Namun sejauh ini tidak pernah ada bantuan apapun itu,” katanya.
Ia berharap, Risma bisa datang ke wilayahnya. Ia terkadang iri dengan wilayah lain, utamanya di tengah kota, jika banjir menyapu daerah tersebut, secara cepat Risma langsung unjuk gigi untuk turun menyelesaikan banjir. Namun di Dukuh Kupang, tidak pernah terlihat jejak Risma.
“Bu Risma tidak pernah kesini. Dari dulu Ibu nggak pernah datang. Kalau wilayah lain kan ibu cepat turun ya, langsung turun tangan, di kami enggak,” katanya.