Belasan Polisi Penyintas Covid-19 Ikuti Donor Darah Konvalesen
Sejak dibuka pada 25 Januari 2021 lalu, tidak mudah bagi unit apheresis RSUD dr. Mohamad Saleh, Kota Probolinggo untuk mendapatkan donor darah konvalesen. Kali ini puluhan polisi dari Polres Probolinggo Kota (Polresta) mendaftarkan diri untuk mengikuti donor plasma darahnya di RSUD milik Pemkot Probolinggo, Kamis, 11 Februari 2021.
Dari belasan polisi yang mengikuti skrining, baru seorang yang memenuhi syarat untuk donor konvalesen. Soalnya mereka yang sembuh dari Covid-19 atau biasa disebut penyintas (survivor) Covid-19 tidak semuanya memenuhi syarat untuk donor konvalesen.
Salah seorang anggota Polresta yang bisa donor plasma konvalesen adalah Bripka Achmad Fauzan. "Alhamdulillah saya dinyatakan lolos untuk menjadi pendonor plasma konvalesen," katanya.
Kapolresta Probolinggo, AKBP RM. Jauhari menjelaskan, awalnya belasan polisi yang sudah sembuh dari Covid-19 sejak dua bulan terakhir mendaftarkan diri sebagai calon donor konvalesen. “Sebelum melakukan donor darah konvalesen, para polisi ini sudah mengikuti skrining dan dinyatakan memenuhi syarat,” katanya.
Sementara Kepala Laboratorium Patologi Klinik RSUD, dr. Boby Mulyadi SpPK mengaku, berterima kasih atas kesediaan anggota Polresta mengikuti donor konvalesen.
"Mudah-mudahan plasma donor konvalesen ini membantu penanganan pasien covid lainnya yang ada di Kota Probolinggo,” kata dokter spesialis patologi klinis itu.
Unit donor konvalesen di Jatim hanya dilayani tiga rumah sakit yakni, di Kota Probolinggo, Surabaya, dan Malang. “Pendonor konvalesen tidak usah jauh-jauh ke Malang atau Surabaya, cukup datang ke RSUD dr. Mohamad Saleh, Kota Probolinggo,” kata Walikota Hadi Zainal Abidin.
Demi melayani donor darah konvalesen, RSUD milik Pemkot Probolinggo itu menyiapkan perangkat apheresis. Perangkat tersebut memproses salah satu komponen darah yakni, plasma kemudian mengembalikan komponen lainnya ke dalam tubuh pendonor.
Dokter Boby menjelaskan, 800 cc dihasilkan dalam sekali pengambilan plasma darah melalui perangkat apheresis. “Plasma darah kemudian kami simpan di semua lemari pendingin bersuhu minus 20 derajat sehingga bisa bertahan tiga hingga enam bulan,” ujarnya.
Bahkan dokter kelahiran Lumajang itu menambahkan, jika plasma darah disimpan pada suhu minus 40 hingga minus 80 bisa bertahan selama setahun. “Terkait donor darah konvalesen, kami juga menggandeng PMI,” katanya.
Sebenarnya, metode terapi plasma konvalesen sudah sangat lama digunakan. Termasuk ketika terjadi pandemi Flu Spanyol pada 1918 silam. Serta saat wabah flu babi, SARS, Ebola, dan MERS beberapa tahun lalu.
Mengutip laman resmi Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), terapi plasma konvalesen dilakukan dengan memberikan plasma atau bagian darah mengandung antibodi dari orang yang telah sembuh (survivor atau penyintas) kepada pasien yang sakit.
Menurut Direktur Lembaga Molekuler Eijkman, Prof. Dr. Amin Soebandrio, Ph.D., Sp.MK., plasma tersebut bisa mengeliminasi virus sehingga diharapkan infeksi bisa terputus.
Terapi plasma konvalesen juga diharap dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh pada orang-orang yang positif virus corona.
Advertisement