Belarusia Bergolak, 7.000 Warga Ditahan Selama Aksi Protes
Belarusia bergolak. Hal itu terkait perayaan demokrasi. Rakyat menolak keputusan resmi hasil pemilihan yang memberikan kemenangan telak kepada Presiden Alexander Lukashenko dalam pemilihan ulang.
Hampir 7.000 orang telah ditahan sejak empat hari pertama protes di Belarusia. Demikian menurut Pelapor Khusus PBB untuk Situasi Hak Asasi Manusia di Belarusia Anais Marin pada hari Jumat 14 Agustus 2020.
"Menurut data yang saya miliki, menurut data yang diberikan oleh organisasi hak asasi manusia Belarusia, sampai kemarin, dalam empat hari protes, lebih dari 6.000 orang telah ditahan. Pagi hari, ada laporan 6.700 orang ditahan, tetapi pada malam hari, jumlah ini mungkin meningkat," katanya.
Marin mencatat, "beberapa orang yang ditahan telah dibebaskan."
"Namun, sebelum pemungutan suara, selama protes yang diadakan sejak April, lebih dari 1.500 orang ditahan, menurut informasi kami, dengan proses pidana terhadap setidaknya 26 dari mereka. Beberapa organisasi hak asasi manusia menyebut mereka tahanan politik," kata pelapor PBB, seperti dikutip dari TASS, Sabtu 15 Agustus 2020.
Sebelumnya, Kementerian Dalam Negeri Belarusia mengumumkan lebih dari 6.000 orang ditahan selama protes yang berlangsung di Belarusia sejak 9 Agustus.
Belarusia mengadakan pemilihan presiden pada 9 Agustus. Menurut hasil akhir yang diberikan oleh Komisi Pemilihan Umum Pusat Belarusia pada 14 Agustus, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko memperoleh 80,1% suara. Svetlana Tikhanovskaya, yang dianggap sebagai lawan utamanya, berada di urutan kedua dengan 10,12%.
Setelah hasil jajak pendapat diumumkan pada malam tanggal 9 Agustus, protes meletus di pusat kota Minsk dan daerah lain di negara itu, yang menyebabkan bentrokan antara pengunjuk rasa dan penegak hukum. Protes berlanjut selama beberapa hari berikutnya. Akibatnya beberapa ribu orang ditahan, puluhan aparat kepolisian dan pengunjuk rasa terluka.
Advertisement