Belajarlah dari Orang Lain dan Tanda Orang yang Merugi
Ada teman yang berkarakter keras, dialah sebetulnya yang mengajarkan kepada kita untuk berani dan bersikap tegas.
Ada teman yang lembut, dialah yang mengajarkan kepada kita rasa cinta dan kasih sayang terhadap sesama manusia.
Ada teman yang cuek dan masa bodoh, dialah sebetulnya yang membuat kita berpikir bagaimana agar kita bersikap perhatian, simpatik, empatik, terhadap orang lain.
Ada teman yang tidak bisa dipercaya dan kata-katanya sulit dipegang kebenarannya, sebetulnya dialah yang membuat kita berpikir dan merasa betapa tidak enaknya dikhianati, maka belajarlah untuk menjadi orang yang jujur, amanah, dan dapat dipercaya.
Ada teman yang jahat, selalu merugikan orang lain, dan hanya memanfaatkan kebaikan orang lain, sebenarnya dia adalah orang yang membuat kita berpikir bagaimana bisa berbuat banyak kebaikan namun tetap waspada.
Itulah beraneka ragam karakter manusia yang ada di sekitar kita, Allah Ta'ala memperkenalkan mereka kepada kita agar kita lebih bijak menyikapi kehidupan dan bisa mengambil hikmah dari berbagai karakter orang tersebut dengan saling : Asah, asih, asuh, saling melengkapi, dan saling menyempurnakan.
ORANG YANG PALING MERUGI
قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالأخْسَرِينَ أَعْمَالا
" Katakanlah : Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya ? "
( Al-Kahfi : 103 )
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا
" Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya. "*/
(Al-Kahfi : 104 )
Kepada Siapa Ayat Ini Ditujukan ?
Yang rajah ( kuat ) dalam menjelaskan maksud ayat ini memiliki makna secara umum. Mencakup setiap orang yang mengamalkan amalan yang salah dalam keadaan dia menyangka bahwa dialah yang paling baik amalnya. Pendapat ini dikuatkan oleh Ibnu Jarir Ath-Thabari dalam tafsirnya dan demikian pula Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Hal ini sangat sesuai dengan salah satu tafsir yang masyhur :
“ Yang dijadikan patokan adalah keumuman lafalz, bukan kekhususan sebab ( turunnya suatu ayat ). ”
Sehingga ayat ini pun bersifat umum terhadap setiap orang yang menyembah Allah tidak diatas jalan yang diridhoi oleh Allah, lalu dia menyangka bahwa dialah yang benar dan amalan yang diterima padahal dialah yang keliru dan amalannya pun tertolak.
( Tafsir Ibnu Katsir, 3 / 108 )
Semoga Allah SWT menerima taubat kita, menerima ibadah kita, mengampuni semua dosa kita, mengabulkan semua do'a kita. Aamiin....!!!
Semoga bermanfaat untuk Kita.