Belajar Wakaf Produktif dari Universitas Al-Azhar
Dalam sejarahnya, Universitas Al-Azhar dibangun dan banyak didukung oleh dana wakaf. Pada akhirnya, universitas itu mampu menghasilkan cendekia-cendekia muslim unggul di dunia sampai sempat membiayai Mesir. Inilah yang disebut oleh Gus Yusuf sebagai sebuah terobosan wakaf.
Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang tersohor, dalam sejarahnya dibangun menggunakan dana wakaf dari masyarakat.
Kampus yang berdiri pada 970 M itu mampu memberikan pendidikan gratis kepada banyak orang dari seluruh penjuru dunia, meliputi tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi.
Badan Wakaf Al-Azhar sampai kini masih aktif menyokong dan mengelola harta wakaf yang diperuntukkan bagi beasiswa, asrama mahasiswa, dan kegiatan-kegiatan lainnya sesuai visi pendidikan kampus tersebut. Pengelolaan Masjid al-Azhar sendiri sekarang berada di bawah Kementerian Wakaf Mesir.
Universitas ini juga yang membidani pemikiran banyak cendekia muslim Indonesia seperti KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur), KH Musthofa Bisri (Gus Mus), Prof Quraish Shihab, dan KH Abdullah Syukri Zarkasyi.
Tidak hanya pendidikan, wakaf Al-Azhar bahkan ikut membiayai Mesir kala itu. Hal tersebut diungkapkan oleh Muhammad Yusuf Misbah atau atau yang akrab disapa Gus Yusuf.
"Karena dulu kita ingat Mesir itu pernah didanai oleh lembaga pendidikan yang namanya Al-Azhar University sampai mendanai 10 tahun pada waktu itu berperang melawan Israel. Pertanyaannya kok bisa lembaga pendidikan mendanai negara? Ternyata dari gerakan wakaf," ceritanya di Pondok Pesantren Riyadlul Jannah Kelurahan Ledok, Pacet, Mojokerto, Jawa Timur pada beberapa waktu yang lalu.
Oleh karenanya, Gus Yusuf menganggap wakaf merupakan suatu terobosan. Dengan sifatnya yang produktif, wakaf dapat menggerakkan sistem ekonomi, pendidikan, hingga kesehatan masyarakat luas. Hanya saja masyarakat perlu dicerahkan lagi pemahamannya mengenai wakaf.
"Yang perlu kita luruskan sekarang ini dan perlu kita kampanyekan, bahwa wakaf itu tidak hanya sekadar di 3M: madrasah, masjid dan musala. Tetapi ada kekuatan ekonomi yang bisa digerakkan oleh wakaf produktif yang saat ini dimotori dan telah dilakukan oleh Global Wakaf – ACT. Alhamdulillah, ada pertanian yang didanai dari dana wakaf, ada rumah sakit, ada penggilingan gabah dan lain sebagainya. Ini suatu terobosan bisa mengatasi problem yang ada di umat," kata Gus Yusuf.
Seiring bangkitnya kesadaran tersebut, Gus Yusuf yakin peradaban bangsa juga akan ikut berkembang. Sebabnya, ia mengajak juga para dermawan untuk giat mewakafkan harta terbaik mereka demi membangun fasilitas-fasilitas yang bermanfaat buat umat.
"Seperti yang saya sampaikan bahwa wakaf itu adalah terobosan untuk kemandirian, untuk bangkitnya bangsa. Kalau kita ngomong bangsa berarti kita ngomong umat. Maka mari kita bersama-sama untuk bisa mewakafkan apa yang kita punya. Tidak harus banyak, bisa Rp2.000, bisa Rp3.000, dan lain sebagainya. Dan yang paling penting, kita amanahkan kepada lembaga-lembaga yang profesional untuk menangani dana wakaf ini, dan kita amanahkan kepada lembaga-lembaga wakaf yang bisa dipercaya," ajak Gus Yusuf.
Salah satu lembaga tersebut adalah Global Wakaf – ACT, yang baru saja menjalin kerja sama dengan Yayasan Penguatan Peran Pesantren Indonesia (YP3I) dan Gerakan Masyarakat Pesantren untuk Ketahanan Pangan Indonesia (Gema Petani) di mana Gus Yusuf bertugas sebagai Sekertaris Jenderal (Sekjen). Kerja sama ini rencananya akan membantu penggarapan lahan sekitar 1.500 petani di lahan seluas 500 hektare di Jawa Timur.
"Alhamdulillah kita sebagai tuan rumah, yakni Pondok Pesantren Riyadlul Jannah, sangat bersyukur menjadi bagian kerja sama ini. Kita berharap bahwa, kerja sama ini nanti bisa betul-betul dirasakan oleh umat. Khususnya di tengah-tengah krisis dikarenakan pandemi global saat ini. Mudah-mudahan kehadiran Global Wakaf – ACT dengan YP3I ini bisa membantu menangani dan memberi solusi kepada umat khususnya di bidang ketahanan pangan," katanya.
Nantinya, kerja sama ini tidak hanya akan mensejahterakan para petani, namun hasilnya juga akan mensejahetrakan masyarakat sekitar. Hal ini diungkapkan oleh Ahyudin, Ketua Dewan Pembina Aksi Cepat Tanggap sekaligus Presiden Global Islamic Philanthropy.
"Lalu kita punya program wakaf pangan, dari sawah ini nanti padi masuk ke Lumbung Beras Wakaf. Gabah akan digiling, yang hasilnya insyaallah akan didistribusikan kepada masyarakat, termasuk petani jika masih tidak sejahtera," ungkapnya ditemui di tempat yang sama.
Karena besarnya kekuatan wakaf ini, Ahyudin mengajak kepada masyarakat untuk semakin menggerakkan wakaf secara luas. "Mari gerakan wakaf. Bebaskan kemiskinan umat. Mari kita perjuangkan kedaulatan pangan umat. Insyaallah, umat berdaulat dengan pangan, maka insyaallah umat mandiri, punya harga diri, tidak bisa didikte dan bebas dari kemiskinan," kata Ahyudin