Belajar Pembangunan Kota, Pemkot Ajak Wartawan ke Singapura (1)
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya mengajak sejumlah awak media lokal dan nasional mengunjungi Singapura untuk belajar mengenai pembangunan kota yang dilakukan oleh Pemerintah Negara Singapura.
Setidaknya ada 20 awak media yang berangkat mengunjungi Negeri Singa tersebut. Berangkat dari Terminal 2 Bandara Juanda pada Jumat 20 Desember 2019 pukul 05.00 WIB menaiki pesawat China Southren Airlines. Para jurnalis berada di Singapura hingga tanggal 21 Desember 2019.
Setelah sampai di Singapura pada pukul 10.30 waktu Singapura, dengan menggunakan bus privat, para wartawan langsung diajak untuk mengunjungi dan belajar ke Public Utilities Board (PUB) NEWater. Lembaga milik Pemerintah Singapura yang bergerak di bidang pengairan, sama seperti PDAM di Indonesia.
Sepanjang jalan menuju PUB NEWater, dijelaskan bagaimana Negara Singapura mengembangkan dirinya. Salah satu yang unik adalah express way atau jalan tol yang mengarah ke Bandara Changi. Jalan tol ini bisa digunakan untuk pendaratan darurat bagi pesawat jika terjadi sesuatu di Bandara Changi.
"Kalau dilihat ini, pembatas jalannya bukan pembatas yang tetap. Namun hanya pot-pot bunga saja. Ini Sepanjang 3-4 kilometer kalau tak salah. Jadi, kalau di Changi ada kagawatdaruratan, di sini bisa dibuat pendaratan pesawat," kata tour guide.
Pembangunan jalan menuju bandara seperti itu tak hanya diterapkan di Singapura saja. Ternyata, di Jerman, tepatnya di Provinsi Rhine-Ruhr juga dibangun hal serupa. Selain itu, India, Finlandia, Swedia, dan Australia juga membangun hal yang sama. Bagi mereka, membangun runway darurat merupakan kesiapan mereka menghadapi situasi darurat di negara tersebut.
Sedangakan di Indonesia, khususnya di Surabaya, akses menuju ke bandara malah menggunakan akses jalan tol, yang akan sulit digunakan untuk pendaratan darurat.
Air Limbah Bisa Diminum
Dalam kunjungan ke lembaga Sumber Daya Air Singapura tersebut, staf PUB NEWater menjelaskan bagaimana Singapura mengelola sumber air mereka. Seperti diketahui, sejak awal berdirinya Negara Singapura, mereka sama sekali tidak memiliki sumber daya air di negaranya. Semua air dipasok dari Indonesia dan Johor, Malaysia, serta dari Air Hujan yang disuling.
Setelah berpuluh-puluh tahun kesusahan dengan sumber daya air, pada tahun 1990-an, Pemerintah Singapura mulai mencanangkan penyulingan air laut untuk dijadikan sumber air bagi penduduk Singapura. Pada akhirnya di tahun 2005, program penyulingan air laut sudah berhasil dijalankan oleh Pemerintah Singapura.
"Kami kesusahan untuk sumber daya air. Tak mungkin kami melakukan impor terus menerus dari Malaysia. Untuk air hujan, kami sudah menampung di 17 resevoir di seluruh Singapura. Namun hal itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh kota. Akhinya kami melakukan penyulingan air laut. Demineralisasi adalah program kami. Setidaknya, hingga tahun 2010 itu bisa mencukupi kebutuhan penduduk," kata Stella, salah satu staf yang memandu kunjungan ke PUB NEWater.
Ia mengatakan, resevoir di Singapura bukan hanya berguna untuk menampung air hujan untuk pemakaian penduduk. Namun sebagai pengendali banjir di Singapura. Sehingga saat musim hujan tiba, Kota Singapura sama sekali tak terjadi banjir.
"Resevoir ini ada pipa-pipanya, sehingga debit air bisa kami kendalikan. Kalau terlalu full, bisa kami buang ke sungai Singapura. Sehingga suatu saat dari sungai itu bisa digunakan saat musim kemarau," katanya.
Setelah berhasil menyuling air laut untuk dijadikan sumber daya air bagi penduduk Singapura, sejak tahun 2013 Pemerintah Singapura mulai melakukan pengelolaan air limbah rumah tangga, untuk dijadikan sumber daya air keempat bagi Singapura.
Sebuah pabrik penyulingan dan pengelolaan bagi air limbah dibangun oleh Pemerintah Singapura di bawah laut. Alasannya, terbatasnya lahan di Singapura membuat pemerintah tidak mau memanfaatkan lahan di pulau tersebut.
"Kami sudah terlalu terbatas lahan di pulau. Jadi kami bangun di bawah laut. Lebih dalam daripada stasiun MRT. Mungkin 200-300 meter di bawah permukaan tanah," kata Stella.
Air limbah rumah tangga tersebut diolah sedemikian rupa dengan teknologi ultraviolet dan membran yang disebut NEWater. Setelah beberapa tahap, air hasil pengolahan ini berhasil menjadi air murni, tanpa adanya mineral. Air ini lah yang akan digunakan Pemerintah Singapura, untuk keperluan industri di Singapura.
Setelah disalurkan ke industri yang ada di berbagai wilayah Singapura, sisa air murni tersebut masuk ke dalam tahap mineralisasi, untuk dijadikan sebagai air minum bagi warganya. Namun hingga kini, NEWater belum mendistribusikan ke toko-toko dengan pelbagi alasan. Sehingga air kemasan produksi NEWater itu saat ini hanya bisa didapatkan di kantor PUB NEWater.
Meski begitu, air mineral produksi NEWater tersebut telah lulus uji Organisasi Kesehatan Dunia alias WHO. Sehingga aman untuk dikonsumsi pengunjung yang datang ke NEWater.
"Untuk sumber daya air keempat ini, kami gunakan untuk keperluan industri. Karena kami ingin keperluan rumah tangga dan industri dipisahkan sumber airnya. Kami juga produksi air mineral dari pengelolaan limbah itu. Namun hanya bisa didapatkan di sini jika melakukan kunjungan. Kemungkinan beberapa saat mendatang, mulai kami masukkan ke toko-toko untuk diperjualbelikan," kata Stella.
Belajar Pembangunan Transportasi Darat Singapura
Setelah mendapat penjelasan dari Lembaga Sumber Daya Air Singapura, kunjungan dilanjutkan ke Land Transport Authority (LTA) Singapura. Lembaga di bawah naungan Kementerian Transportasi Singapura yang bergerak di bidang transportasi darat Singapura.
Di Kantor LTA tersebut, awak media dibawa untuk belajar dan mengerti bagaimana Singapura sejak tahun 1980-an, saat mereka mulai membangun transportasi umum darat. Mulai dari pengembangan bus, MRT, hingga LRT. Tak hanya itu, di kantor tersebut, awak media diterangkan bagaimana Singapura menyiapkan konsep sarana dan prasarana transportasi hingga 50 tahun kedepan.
"Maka dari itu, kalau lihat sekarang itu, di setiap sudut kota, ada pembangunan. Setiap tahun ada. Karena pembangunannya berkelanjutan. Sekarang, pemerintah sedang membangun fase-fase baru MRT dan LRT. Jalurnya dipanjangkan, dicabangkan, dan lainnya. Jadi selain bus, MRT akan bisa 'mengurung' wilayah Singapura" kata Jufri, yang menjadi tour guide dalam kunjungan ke Singapura.
Salah satu hal unik yang ada di kantor LTA adalah, adanya transportation gallery, di mana pengunjung bisa merasakan menjadi supir bus atau masinis MRT/LRT Singapura, dengan fasilitas Virtual Reality (VR), seperti fasilitas di Playstation 4.
Kunjungan tersebut merupakan kunjungan terakhir di hari pertama. Awak media langsung diantar ke hotel tempat menginap, yang berada di daerah Bugis. Tepatnya di hotel Oxford.(berlanjut)