Belajar pada Muhammadiyah, Ini Minat Persatuan Gereja Kristen Asia Pasifik
Jogjakarta: Program Studi S2 Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD) memiliki perhatian khusus terhadap kajian pendidikan tanggap bencana. Hal itu menjadikan Islamic Center Kampus 4 UAD sebagai tuan rumah dalam kegiatan konferensi internasional yang bertajuk “Teologi Bencana Kemanusiaan”.
Kasiyarno, Rektor UAD menjelaskan, alasan lain UAD ditunjuk sebagai tuan rumah konferensi. Karena, perguruan tinggi Muhammadiyah ini memiliki Fakultas Agama Islam, dan juga pertimbangan lainnya karena UAD memiliki ruang Islamic Center yang cukup memadai.
Tidak hanya itu, Kesuksesan Muhammadiyah ikut menangani korban bencana kemanusiaan ternyata menarik perhatian Asia Pasific Baptis Federation (APBF). “Organisasi yang menaungi gereja-gereja Kristen se-Asia Pasifik tersebut belajar lebih mendalam terkait kesuksesan Muhammadiyah dalam menangani korban kemanusiaan seperti di Myanmar, Gaza, dan lain sebagainya,” tuturnya, dikutip ngopibareng.id, Selasa (26/09/2017).
Budi Setiawan, Ketua Lembaga Penangggulangan Bencana Muhammadiyah (LPB) atau Muhammadiyah Disaster Managemen Center (MDMC) mengatakan, konferensi internasional penanganan bencana kemanusiaan digagas oleh Asia Pasific Baptis Federation (APBF), digelar Ahad (24/9/2017).
Kemudian, APBF menggandeng Muhammadiyah sebagai salah satu organisasi yang paling sering aktif dalam menangani korban bencana kemanusiaan di dunia. “Kami pun menyambut APBF. Semoga kerjasama ini bermanfaat bagi umat manusia,” kata Budi.
Ditambahkan Viktor Rembeth Ketua Disaster Resource Partnership Indonesia mengungkapkan, pihaknya ingin berguru kepada Muhammadiyah tentang tata cara menangani korban kemanusiaan. “Sebab Muhammadiyah banyak terlibat dalam menangani korban bencana kemanusiaan seperti di Rohingya, Myanmar,” ujar Viktor.
Agama mana pun, lanjut Viktor tentu selalu mengajarkan kebaikan dan kemanusiaan termasuk Kristen. Namun, terkadang ada kesalahpahaman antar pemeluk agama dan ada oknum umat agama tertentu yang tidak menjalankan agamanya dengan baik.
Ia berharap, pertemuan antara gereja Kristen dengan Muhammadiyah bisa saling bertukar pikiran sekaligus dalam mewujudkan kerukunan antar umat beragama. “Kami ingin meniru langkah Muhammadiyah dalam menangani korban bencana kemanusiaan. Tidak hanya di Indonesia tapi diseluruh negara di dunia,” terang Pengurus Pusat Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) ini.
Hadir sebagai keynote speaker yaitu Ross Clifford dari Morling College Australia. Kemudian narasumber antara lain Director Peace Centre, Myanmar Institute of Theology, Maung Maung Yin; Majelis Tarjih & Tajdid PP Muhammadiyah Hamzah; Lembaga Penangggulangan Bencana Muhammadiyah, Rahmawati Husein; serta dosen S2 PAI-UAD, Yoyo. (adi)