Belajar Kreatif dari Perajin Tahu di Bojonegoro
Arif, 37 tahun, serius memotongi tahu yang masih berupa lembaran besar. Tahu diirisnya sebesar tiga jari. Potongan tahu mentah tersebut digoreng di wajan besar berdiameter 50 centimeter.
Bersama sembilan karyawan lainnya di pabrik tahu milik Wadji, Arif telah bekerja lebih dari tujuh tahun lamanya. Dia tahu proses pembuatan tahu. Mulai dari pemilihan kedelai mentah, lalu direndam beberapa jam, untuk kemudian dikupasi kulitnya.
Praktisnya, setelah tahu hancur berupa cairan panas, lalu diendapkan dan diperas ampasnya. Pekerjaan itu dilaluinya dari pagi hingga waktu ashar menjelang.
Ada sekitar 200 kilogram kedelai dari bahan baku tahu itu tiap hari digiling. Jika permintaan ramai, bisa naik menjadi 20 hingga 300 kilogram per harinya. Tapi sejak dua bulan terakhir, produksi tahu dikurangi. Musababnya, harga kedelai yang pelan-pelan naik.
Dari biasanya Rp9.500 per kilogramnya, lalu naik menjadi Rp10.000 hingga harga terakhir tembus di angka Rp11.000 per kilogramnya.
”Bos kami, Pak Wadji, sampai pusing,” tandas Arif yang ditemui Ngopibareng.id di tempat kerjanya di Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Kota, Bojonegoro, Sabtu 19 Februari 2022 lalu.
Keluhan sama juga diungkapkan Ibu Handayani, perajin tahu yang juga berasal dari Kelurahan Ledok Kulon, Bojonegoro. Perempuan paro baya ini mengakui dibuat puyeng dengan harga kedelai yang mencapai Rp11.000 per kilogramnya. Sebab, dengan harga kedelai sebesar itu, keuntungan yang didapatnya jadi menipis. “Kita harus ngakali ukuran tahunya,” tegasnya.
Caranya, misalnya ukuran tahu yang harusnya beberapa centimeter, kini dikurangi lebih kecil. Kemudian, tahu yang diolah untuk digoreng dibuat dengan pelbagai bentuk. Misalnya, jika tahu biasanya dibentuk kotak, maka ada juga dibuat bundar atau juga tahu suwir, mirip lilitan usus goreng. Dengan kreasi seperti itu, harga tahu goreng hasil produksinya tetap, atau tidak dinaikkan. Yaitu Rp3000 untuk sepuluh biji. ”Ini dalam rangka mendekatkan ke pembeli,” tandasnya.
Selain itu, lanjut Handayani, limbah tahu, berupa ampas hasil perasan tahu juga laku dijual. Biasanya ampas tahu digunakan untuk pakan ternak, sapi dan kambing. Ada juga yag digunakan untuk makanan ikan lele. ”Itu bonus tambahan kerja,” ungkapnya.
Setelah mengatasi mahalnya harga kedelai, para perajin tahun di Bojonegoro dihadapkan dengan harga minyak goreng yang sempat langka dan harga melambung, Dua pekan terakhir ini, berdampak pada beberapa pabrik tahu di Kelurahan Ledok Kulon, ada yang berhenti produksi. Atau juga sehari produksi dan sehari tidak. ”Karena ya itu, minyak sempat langka,” ujar Ketua Paguyuban Perajin Tahu Tempe Ledok Kulon, Bojonegoro, Sumarsono, pada Ngopibareng.id, Sabtu 19 Februari 2022 lalu.
Sumarsono, mengatakan, kondisi para perajin sekarang ini memprihatinkan. Terutama karena harga kedelai mahal, ditambah minyak goreng langka dan mahal.
Dengan naiknya dua bahan baku tahu itu, membuat biaya produksinya membengkak. Dia mencontohkan, untuk biaya produksi tahu dengan bahan satu kwintal kedelai, tenaga, minyak goreng, kayu bakar, juga plastik, sekitar Rp2,2 juta. Sedangkan hasilnya tak jauh dari biaya produksi itu.
”Jadi untungnya mepet,” imbuhnya. Dia menyebut, perajin tahu dan tempe di Ledok Kulon, hanya lebih cenderung bertahan di tengah krisis ini.
Menurut Sumarsono, naiknya harga kedelai, pengurus Paguyuban Perajin Tahu Tempe Ledok Kulon sudah berkirim surat ke Pemerintah Kabupaten Bojonegoro lewat Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Bojonegoro. Isinya, minta untuk membantu agar harga kedelai bisa turun atau maksimal di bawah Rp10.000. Tapi, hingga kini belum ada tanggapan.
Juru Bicara Pemerintah Kabupaten Bojonegoro, Tri Guno, menyatakan, telah berkoordinasi dengan pihak Dinas Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Bojonegoro, Sukemi. ”Katanya masih koordinasi soal harga kedelai ini,” ujarnya singkat.
Kini, perajin tahu dan tempe Kelurahan Ledok Kulon, Bojonegoro, tetap saja eksis. Berbagai deraan bukannya membuat mereka frustrasi, tetapi justru lebih kreatif dalam berkreasi.
Advertisement