Belajar dari Petani Blora Kembangkan Pertanian Organik
Program pertanian organik digulirkan Pertamina EP Field Cepu Zona 11, di Desa Sidorejo Kecamatan Kedungtuban Kabupaten Blora Jawa Tengah. Program ini dirasa telah membawa dampak positif bagi para petani.
Lokasi Desa Sidorejo berjarak sekitar 47 kilometer arah tenggara Kota Blora. Desa ini salah satu dari 17 desa di Kecamatan Kedungtuban yang tengah mengembangkan pertanian organik.
Selama ini Desa Sidorejo dan sekitarnya dikenal sebagai daerah pertanian tadah hujan, yang musim tanamnya berkembang saat hujan datang. Sementara jika musim kemarau mendera, praktis lahan garap pertanian jadi terbatas. Kondisi itu sudah bertahun-tahun lamanya—meski belakangan ini petaninya mulai memanfaatkan sumur bor untuk mengaliri tanaman padi.
Meski demikian apa yang dilakukan petani kerap tidak optimal akan hasil tanaman padinya. Proses menggarap sawah, dilakukan petani secara konvensional. Mereka kerap mengalami gagal panen dengan berbagai penyebab. Mulai dari serangan hama, seperti tikus, penggerek, wereng, juga masalah langka dan mahalnya harga pupuk yang terjadi beberapa tahun ini.
Setelah adanya program pertanian organik yang digulirkan Pertamina EP Field Cepu Zona 11, petani di Desa Sidorejo merasakan manfaatnya. Bukan hanya hasil panen yang berlipat ganda, tetapi bisa lepas dari ketergantungan dari pupuk kimia dan pestisida sintetis berpindah ke organik.
Pertanian organik ini memastikan komoditi pertanian yang dimanfaatkan pada seluruh rangkaian tahapannya menggunakan sumberdaya lokal setempat. Yaitu dengan menghilangkan cara-cara konvensional yang menggunakan pupuk kimia dan racun pestisida. Selanjutnya digantikan dengan pertanian ramah lingkungan.
Tanaman Organik dan Peningkatan Hasil Panen
Seorang petani di Desa Sidorejo, Supardi, mengaku langsung terlibat sejak adanya program pertanian organik. Dirinya merasakan langsung hasil belajar pertanian organik dengan mitra yang digandeng oleh Pertamina EP Field Cepu, selama hampir dua tahun belakangan ini.
Lahan yang dia olah secara organik, seluas 0,3 hektare. Dari awal mengikuti program pertanian organik hingga sekarang ini, hasil panen padi miliknya berlipat ganda. Setidaknya jika dibandingkan sebelumnya yang mengalami gagal panen selama tiga kali musim tanam. Bukan hanya dari masalah hama, tapi juga pada masalah pupuk, pada pertanian konvensional.
Supardi mencontohkan, dengan pertanian organik yang dia lakukan pada lahan 0.3 hektare (sekitar 3030 meter persegi), awal hanya menghasilkan 5 karung gabah kering. Namun pada tanam kedua, mampu menghasilkan 12 karung. Selanjutnya pada panen ke tiga menghasilkan 24 karung. Setiap karung berisi 50 kg. “Jadi, meningkat, beberapa kali lipat,” ujarnya pada ngopibareng.id, Sabtu 28 Oktober 2023.
Namun, lanjutnya, kemungkinan untuk panen ke empat ini, ada penurunan. “Karena kemarau panjang dan tidak ada hujan. Hanya mengandalkan sumur bor," katanya.
Sedangkan keseluruhan tanaman organik di Desa Sidorejo, untuk musim panen pertama sebanyak 18 ton dan panen kedua mampu memproduksi gabah kering panen sebanyak 28 ton. Dan dilanjutkan pada musim panen ketiga menghasilkan 31 ton gabah kering panen.
Selain peningkatan hasil panen yang signifikan, penggunaan pupuk organik juga membantu mengembalikan kondisi tanah mereka. Misalnya kondisi tanah sekarang ini sudah beda lagi. Tanah kembali subur dan kondisinya jauh lebih baik.
Untuk proses menanam tanaman organik, menurut Supardi. bibit tanaman harus dipersiapkan dengan cermat. Misalnya bibit yang sudah berumur 10 hari dengan tingginya mencapai 10 centi meter (cm), serta ditanam dengan kedalaman 1 cm. “Metode ini membantu pertumbuhan tanaman menjadi lebih sehat dan produktif,” ujarnya memaparkan.
Muiz, petani lain di Desa Sidorejo, menambahkan, tanaman dengan cara organik ternyata juga tidak disukai hama tikus. Ketika tanaman padi yang diperlakukan secara konvensioal, habis diserang hama tikus, tanaman padi miliknya aman. "Yang lain habis diserang tikus. Punya saya masih tetap utuh," katanya bercerita.
Kelebihan lain, secara ekonomi pertanian organik cukup menjanjikan, terutama untuk harga jual beras organik harga. Perbandingannya, kalau beras non-organik di kisaran Rp12.000. Sementara, beras organik bisa mencapai harga Rp17.000.
Pertanian Organik dan Ekosistem yang Sehat
Perwakilan mitra pendamping Pertamina EP Field Cepu Zona 11, Alik Sukaryat, pendampingan ini berawal dari kerapuhan alam pertanian dan kerapuhan pangan. Kedua hal ini, menurut dia menjadi masalah petani juga bagi ketahanan pangan.
Untuk mengatasi hal ini Kelompok Tani di Desa Sidorejo diajak belajar. Dalam hal ini berfokus pada pemulihan ekosistem alam secara alami dan pembelajaran tradisional. Petani diajak untuk memahami dan mengajarkan prinsip-prinsip ekologi, termasuk ekologi tanah, ekologi tanaman, dan ekologi serangga.
Dengan memahami hubungan kompleks antara semua elemen dalam ekosistem pertanian, petani dapat menciptakan ekosistem yang sehat dan seimbang. Karena untuk membuat ekosistem menjadi baik, petani harus belajar dari pengalaman, memahami kebutuhan tanaman dan menangani masalah dengan bijak. “Makanya kami melakukan pertemuan persiapan, pelatihan dan pendampingan," kata Alik.
Usaha dari para petani yang berjibaku dalam belajar pertanian organik, dibuktikan dengan dilakukannya panen raya, pada Kamis 26 Oktober 2023. Panen raya itu dilakukan di atas lahan seluas 5,6 hektare. Secara simbolis dilakuka di salah satu lahan milik petani di Desa Sidorejo, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora.
Bupati Blora Arief Rohman hadir di acara panen raya bersama jajaran dan General Manager 11 Muzwir Wiratama beserta Field Manager Pertamina EP Cepu Field Agung wibowo.
Menurut General Manager 11 Muzwir Wiratama, program pertanian organik di Desa Sidorejo ini, merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat replikasi dari keberhasilan program serupa di Desa Bajo, Kecamatan Kedungtuban, Kabupaten Blora.
Jelasnya, program ini bagian dari komitmen perusahaan dalam melaksanakan program Environmental, Social & Governance (ESG) dan mendukung capaian agenda internasional Sustainable Development Goals (SDGs).
Muzwir Wiratama berharap, program pertanian organik yang sudah berjalan mampu meningkatkan perekonomian masyarakat dan berkomitmen untuk terus mendukung program pertanian organik yang ada di Desa Sidorejo.
“Kita semua bisa melihat padi organik ini memberikan value added yang lebih besar untuk petani. Kita harapkan ekonomi masyarakat semakin baik. Pertamina selalu mendukung program pengembangan masyarakat untuk lebih baik,” tandasnya.
Ditambahkan Wiratama, sejauh ini penggunaan metode pertanian organik dinilai dapat membantu para petani. Yaitu mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia yang pasokannya terbatas dan harganya mahal. “Dengan demikian para petani dapat meminimalkan beban pengeluaran,” imbuhnya.
Mimpi Bupati Blora jadi Kabupaten Organik
Sementara itu, Bupati Blora Arief Rohman mengapresiasi dan mendukung penuh upaya pengembangan pertanian organik yang digulirkan oleh Pertamina EP Field Cepu Zona 11 ini. Pihaknya meminta para kepala desa memberikan contoh pada warganya mengembangkan pertanian organik. “Nanti akan kita dukung pengembangannya ke seluruh kecamatan,” ujarnya.
Bupati Blora bakal mengumpulkan seluruh penyuluh pertanian dari dinas terkait untuk bisa ikut fokus melakukan pendampingan pertanian organik secara masif. “Saya harap Kedungtuban bisa menjadi contoh, dan luas tanam bisa ditambah,” ujar bupati.
Menurutnya, hasil pertanian organik bagus dan menyehatkan. Dari segi harga jual juga lebih tinggi daripada hasil pertanian konvensional yang memiliki ketergantungan pada pupuk kimia.
Bupati Blora saat itu juga mengungkapkan mimpinya, wilayah yang dia pimpin menjadi Kabupaten Organik. Untuk itu dinas terkait diminta untuk terus melakukan inovasi-inovasi agar bisa terlaksana.
Dikatakan, dengan pertanian organik, selain bebas pupuk kimia hasilnya juga lebih banyak dengan rasa yang lebih enak. 'Karena dengan pertanian organik tidak akan tergantung pada pupuk kimia yang sering langka. “Karena petani bisa membuat pupuk sendiri dengan bahan alami yang ada di sekitar,” pungkasnya.