Belajar dari Lonjakan Covid-19 di India, PBNU: Akibat Abai Prokes
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 PBNU dr Makky Zamzami mengingatkan, masyarakat Indonesia bisa belajar dari kasus melonjaknya kasus Covid-19 di India yang terjadi belakangan ini.
Masyarakat di India memang terkesan abai terhadap situasi pandemi Covid-19. Mereka bebas berkerumun dalam jumlah besar, bahkan tanpa melaksanakan protokol kesehatan, seperti memakai masker dan jaga jarak.
PBNU mengimbau masyarakat Indonesia agar dapat menjaga tren menurunnya angka kasus positif Covid-19 di Indonesia. Cara untuk mempertahankan tren itu dengan tetap waspada dan selalu mematuhi protokol kesehatan di setiap agenda, aktivitas, dan kegiatan apa pun.
“Kasus di India ini kan, sangat luar biasa, pecah rekor dunia. Kenaikan melebihi setengah juta lebih per hari, itu luar biasa sekali. Ini timbul bahkan setelah salah satu menterinya menyatakan bahwa India sudah terbebas dari Covid-19 dan setelah itu juga langsung pecah,” ujar dr Makky, dalam keterangan dikutip Sabtu 1 Mei 2021.
Sebelumnya, pada Februari 2021 lalu, Perdana Menteri India Narendra Modi dengan yakin mengatakan bahwa negara itu telah mampu menginspirasi dunia karena mampu berperang melawan Covid-19.
Kasus infeksi Covid-19 di India dikhawatirkan bisa naik menjadi 500.000 per hari sebelum mencapai puncak gelombang kedua. Seperti dilansir Kompas, sebanyak 2.263 kematian dan 332.730 kasus baru Covid-19 lainnya dilaporkan di India.
Namun, pengujian Covid-19 yang dilakukan secara terbatas meragukan total tersebut sesuai dengan fakta di lapangan. Kini, India tercatat sebagai satu dari tiga kasus Covid-19 terbesar di seluruh dunia.
“Kalau kita tracing, dari mana sih mulai tingginya (kasus di India)? Yaitu dari acara besar keagamaan, dari situlah muncul penyebaran yang sangat besar,” terang dr Makky, seperti dilansir NU-Online.
Secara prinsip, Makky menjelaskan bahwa Covid-19 hingga kini tetap ada dan nyata, bahkan masih akan menular. Barangkali, katanya, saat ini mutasi virus Covid-19 masih ada di gelombang kedua. Namun bisa jadi sedang menuju gelombang ketiga atau keempat.
“Karena kita ini belum secara menyeluruh punya kekebalan. Semakin banyaknya tertular, maka potensi mutasi virus tersebut akan sangat besar. Saat ini ada beberapa mutasi-mutasi yang ditemukan di India, karena memang sangat besar sekali penyebaran kasusnya, sehingga akan berkemungkinan muncul virus-virus baru,” terangnya.
Bahkan menurutnya, terdapat pemeriksaan Covid-19 yang tidak bisa terdeteksi oleh tes swab PCR. Sebab virusnya masuk dan mengendap di paru-paru, tidak di saluran pernafasan. Hal-hal tersebut akan menjadi banyak varian yang ditemukan.
Ia menegaskan, kasus di India itu harus dijadikan sebagai pembelajaran bagi warga Indonesia yang saat ini kasus positif Covid-19 sudah menurun dan harus tetap bisa dipertahankan agar tidak naik atau bahkan melonjak tinggi.
“Ditambah lagi (di Indonesia) ada program vaksinasi yang saat ini sedang dikerjakan oleh pemerintah. Caranya tetap bahwa kita tetap waspada dan tidak ada lagi tuh kumpul-kumpul tanpa ada protokol kesehatan,” katanya.
Dijelaskan, saat ini banyak potensi-potensi dari masyarakat yang bisa jadi dapat memincu penularan yang serupa dengan India. Salah satu kasus terbaru adalah kerumunan yang dilakukan Jakmania saat selebrasi merayakan prestasi Persija Jakarta yang berhasil memperoleh gelar juara di Piala Menpora 2021.
“Ditambah lagi saat ini klaster perkantoran di DKI Jakarta naik dua kali lipat. Nah ini juga menjadi kewaspadaan tersendiri untuk kita,” pungkas Bendahara Lembaga Kesehatan (LK) PBNU ini.