Belajar dari Komunitas Motor, Teguh Ingin Buat Jambore Road Bike
Jauh sebelum pandemi menyerang dunia, Teguh Widodo sudah bersepeda. Dia bukan “orang kemarin sore” di dunia sepeda.
“Banyak teman-teman saya yang ternyata juga cyclist. Membuat saya ingin mencoba olahraga yang asyik ini. Pada waktu itu,” jelas Teguh.
Tepatnya di tahun 2016, Teguh mulai serius bersepeda. Jalur yang dipilihnya adalah road cycling (sepeda balap). Pria 44 tahun ini mengikutkan diri ke berbagai komunitas sepeda di Surabaya maupun Malang.
“Hampir semua komunitas di Surabaya saya ikuti. Saya beli jersey-nya sebagai syarat keanggotaan mereka. Termasuk komunitas terbesar di Malang, RatjoenCC-pun,” tutur pengusaha besi baja ringan ini.
Dari situ, Teguh memiliki mimpi dan misi mulia. Berbekal “ilmu” berkomunitas sepeda motor. Memang, beberapa tahun terakhir sebelum aktif bersepeda, Teguh adalah bendahara komunitas Satria Club Indonesia (SCI).
Komunitas sepeda motor Suzuki ini memang berafiliasi langsung dengan Suzuki Motor Indonesia (SMI) sebagai pabrikan motor Suzuki Indonesia. Dan SCI-pun tersebar di seluruh Indonesia.
“Komunitas motor itu sangat guyub. Mereka disatukan oleh satu merek. Lantas mereka kompak menjalankan agenda-agenda klub. Bisa agenda mingguan di kota masing-masing. Ada juga agenda tahunan yakni jambore. Ajang berkumpulnya satu merek motor itu dari komunitas di seluruh Indonesia ke satu titik,” jelasnya.
Bermula dari situ, Teguh memiliki mimpi menyatukan semua komunitas sepeda di seluruh Indonesia. “Saya ingin membuat jambore road bike. Ajang bersilaturahmi seluruh road cyclist. Berkenalan lalu bisa berlanjut saling gowes berkunjung atau hubungan pertemanan lainnya,” tutur pria yang kerap disapa Sekjen oleh sesame cyclist ini.
Oleh karena itu, sejak 2016 dia bersama beberapa teman membentuk Indonesia Cycling Club Sport (ICCS). Teguh sangat rajin dan telaten. Satu demi satu kontak dari komunitas sepeda seluruh Indonesia dia kumpulkan.
Berbekal nomor handphone itu, dia membuat Whatsapp group (WAG) dan seluruh kontak itu dimasukkan ke WAG sesuai kategori. Teguh bertujuan seluruh cyclist ini bisa saling mengenal satu sama lain. Dan ICCS sebagai jembatannya.
“Jadi apabila ada komunitas dari kota A ingin gowes menuju kota B. Maka mereka berkomunikasi di WAG ICCS. Sehingga cyclist dari kota B akan menyambut komunitas A di kotanya. Begitu seterusnya,” jelas ayah empat anak ini.
Semua ini dilakukan Teguh dengan murni misi sosial. Tidak ada misi menggalang bisnis. “Memang ICCS memiliki jersey yang setiap tahun dirilis. Tetapi itu hanya sekedar pemersatu cyclist seluruh Indonesia. Bukan ke bisnis,” ujar pria pengguna sepeda Wilier ini.
Hingga saat ini sudah ada 1.898 cyclist tergabung dalam delapan kelompok WAG ICCS. “Ada WAG berisi para ketua komunitas dan perwakilannya. Ada WAG berisi atlet dan mantan atlet. Ada WAG berisi penghobi,” jelasnya. Dan ini berkembang terus hingga tak terhingga.
“Saya masih ingin membuat jambore road bike. Bersama beberapa teman, saya sudah mengonsep sesuatu yang baru tentang jambore road bike ini. Saat ini masih dimatangkan lagi, nanti bila sudah fix maka kami akan mengumumkan di WAG ICCS,” tutup suami dari Wulan ini.
Advertisement