Belajar dari Belimbing Bojonegoro
Bojonegoro terus membangun kawasan-kawasan wisata baru. Salah satunya adalah Agrowisata Belimbing yang ada di Desa Ngringinrejo, Kecamatan Kalitidu, Kabupaten Bojonegoro.
Ngopibareng.id, pekan lalu sempat menikmati kawasan Agrowisata yang berada persis di tepi Bengawan Solo itu. Saat itu, waktu masih menunjukkan pukul 08.00 WIB, namun puluhan pengunjung sudah mulai berdatangan untuk menikmati petik langsung belimbing di perkebunan milik warga yang ada di kawasan itu.
Supangat, 59 tahun, salah satu pemilik kebun masih sibuk merapikan puluhan buah blimbing seukuran dua kali gelas air minum kemasan. Belimbing-belimbing jumbo itu dia petik sendiri dari salah satu petak kebun yang ada di kompleks Agrowisata itu.
Di area Agrowisata, Supangat adalah salah satu pedagang belimbing yang cukup dikenal karena selalu menjuarai kontes belimbing di desa itu.
Tahun 2015 misalnya, satu belimbing berukuran 9,8 ons jenis Bangkok miliknya menjadi pemenang kontes adu bobot dan adu cantik buah belimbing, sehingga Supangat berkesempatan menyuguhkan langsung belimbingnya kepada Bupati Bojonegoro.
Di kompleks Agrowisata itu, Supangat memiliki seperempat hektar lahan dengan jumlah pohon belimbing sebanyak 40 pohon. "Dalam sehari kalau pas hari minggu bisa laku hingga Rp1 juta," kata dia. Satu kilogram belimbing, petani di kawasan itu sepakat untuk menjualnya Rp12 ribu.
Kebun belimbing yang ada di Desa Ngringinrejo merupakan Agrowisata yang telah disahkan pada acara Anugerah Wisata Jawa Timur 2014 untuk menjadikan lokasi kebun belimbing menjadi obyek wisata lokal.
Muhammad Syafii, Kepala Desa Ngringinrejo mengatakan, Agrowisata Belimbing ini bermula ketika empat warga sekitar yaitu Mbah Zainuri, Mbah Suyoto (Alm), Mbah Abdul Gani dan Mbah Usman bersama Penyuluh Pertanian bernama Soeharto mencoba sebuah inisiatif baru agar kawasan di bantaran Bengawan Solo ini bisa produktif meskipun berada di daerah langganan banjir.
"Pada tahun 1984, mereka ini lantas mencoba menanam belimbing yang dibeli dari Desa Siwalan Tuban yang konon katanya tanaman tersebut tahan banjir dan hasil buahnya memiliki daya jual cukup mahal dan banyak diminati banyak orang," kata Syafii.
Memang sejak tanam hingga penen membutuhkan waktu hingga 4 tahun, namun kegigihan mereka akhirnya membuahkan panen yang melimpah hingga akhirnya warga sekitar juga tertarik untuk mengikuti jejak Mbah Zainuri ini.
Satu-persatu warga akhirnya ikut menanam. Saat ini, warga Ngringinrejo bahkan sudah berhimpun dalam sebuah wadah bernama kelompok tani Mekar Sari dan telah beranggotakan 104 orang dengan jumlah lahan belimbing hampir separuh dari luas lahan desa Ngringinrejo.
Kesuksesan warga Ngringinrejo ditangkap oleh Pemkab Bojonegoro. Kini pemkab terus mengkampanyekan kawasan Agrowisata Belimbing. Berbagai fasilitas di sekitar kawasan itu juga dibangun. Jalanan diperhalus dan gapura desa juga diperbaiki. Beberapa gazebo juga dibangun sehingga jumlah pengunjung di kawasan itu terus bertambah.
Warga sekitarpun kini bisa memanen keuntungan sehingga mereka tak lagi silau dengan hasil migas Bojonegoro. "Bagi kami, migas itukan pemerintah yang kelola, prinsipnya uang migas biarlah untuk perbaikan jalan dan tanggul sungai diperkuat, sehingga pengunjung Agrowisata Belimbing bisa terus meningkat," kata Priyo Sudarso, Ketua Kelompok Tani Mekar Sari.
Advertisement