Bekal Ilmu Fikih dari Ma'had Aly Ploso, Kisah Kiai Ma'ruf Khozin
Pengantar Redaksi: Ma'had Aly Ploso, seiring dengan peringatan Satu Abad pondok pesantren yang didirikan KH Djazuli Utsman ini, semakin menunjukkan eksistensinta di tengah perubahan zaman.
KH M Ma'ruf Khozin, Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, termasuk di antara alumni Pesantren Al-Falah Ploso tersebut.
Berikut catatan khusus Kiai Ma'ruf Khozin, yang Pengasuh Pesantren Raudlatul Ulum Suramadu terkait aktivitas khusus di Ploso, Mojo, Kediri tersebut:
Mudir Ma'had Aly Ploso meminta saya dan Lora Muhammad Ismael Al Kholilie menyampaikan kuliah umum di depan 1150 maha santri PP Al Falah Ploso, Kediri. Saya sekedar makmum atas dawuh-dawuh guru saya.
Ma'had Ali Ploso ini dulunya disebut Musyawirin, jenjang spesialisasi ilmu fikih. Alhamdulillah saya menjadi bagian santri di dalamnya. Sejak tahun 2019 disahkan oleh Negara dan setara S1 di bidang fikih, takhasus perbandingan Mazhab.
Saya tidak pernah ada niatan mengajari teman-teman saya, sebab dari sanalah saya mendapat ilmu. Saya sekedar bercerita perjalanan selama menempuh jenjang Musyawirin ini, 2000-2002, hingga ilmu tersebut saya rasakan manfaatnya saat berada di Komisi Fatwa MUI Jatim (yang identik dengan problematika kekinian) dan Aswaja Center PWNU Jatim (ruang lingkupnya adalah argumentasi hujjah).
Di jenjang itulah masa saya bergelut dengan kitab yang berderet di Maktabah (perpustakaan). Berjam-jam tiap malam bersama teman seangkatan membuka kitab secara manual, sebab saat itu belum mengenal aplikasi kitab. Betah mutalaah karena ditemani kopi.
Setiap malam Selasa saya sering ikut Majelis Musyawarah Umum, membahas masalah fikih, baik sekedar rutinitas atau bahan rumusan untuk Bahtsul Masail dari berbagai pesantren.
Ikhtiar zahir sudah saya jalani. Sementara kemudahan berikutnya yang saya dapatkan dan saya rasakan adalah keberkahan dari ilmu guru-guru saya. Memangnya ada keberkahan dari para guru? Saya yakin sekali. Berikut saya kutipkan doa keberkahan dari para ulama yang diabadikan oleh para ahli hadis:
1. Al-Hafidz Ibnu Hajar
ﺃﺷﺎﺭ ﺇﻟﻴﻪ ﺑﻦ ﺃﺑﻲ ﺟﻤﺮﺓ ﻧﻔﻊ اﻟﻠﻪ ﺑﺒﺮﻛﺘﻪ
Hal ini diisyaratkan oleh Ibnu Abi Jamrah, semoga Allah memberi manfaat dengan BERKAHNYA (Fathul Bari Syarah Sahih Al-Bukhari, 2/406)
ﻭﻣﺎ ﺃﺣﺴﻦ ﻗﻮﻝ اﻟﺠﻨﻴﺪ ﻧﻔﻊ اﻟﻠﻪ ﺑﺒﺮﻛﺘﻪ
Betapa indahnya perkataan Al-Junaid semoga Allah memberi manfaat dengan BERKAHNYA (Fathul Bari Syarah Sahih Al-Bukhari, 18/329)
2. Syaikh Abdul Haq Al Adzim, pensyarah Sunan Abi Dawud
ﺷﻴﺦ اﻹﺳﻼﻡ ﻭاﻟﻤﺴﻠﻤﻴﻦ اﻟﻤﺤﺪﺙ اﻟﻤﺘﻘﻦ اﻟﻤﺘﺒﺤﺮ اﻟﻔﻄﻦ اﻟﻘﺎﺿﻲ ﺣﺴﻴﻦ ﺑﻦ ﻣﺤﻤﺪ اﻷﻧﺼﺎﺭﻱ اﻟﺨﺰﺭﺟﻲ اﻟﺴﻌﺪﻱ اﻟﻴﻤﺎﻧﻲ ﺃﺩاﻡ اﻟﻠﻪ ﺑﺮﻛﺎﺗﻪ ﻋﻠﻴﻨﺎ
Syaikhul Islam dan umat Islam, kokoh ilmunya, mendalam dan cerdas, Qadhi Husain. Semoga Allah mengabadikan KEBERKAHANNYA kepada kami (Aun Al-Ma'bud, 11/266)
3. Syaikh Mulla Al-Qari
ﻭﻫﺬا اﻟﻄﺮﻳﻖ ﻫﻮ ﻣﺨﺘﺎﺭ ﻓﺮﻳﻖ اﻟﻨﻘﺸﺒﻨﺪﻳﺔ، ﻭاﻟﺴﺎﺩﺓ اﻟﺸﺎﺫﻟﻴﺔ، ﻭاﻟﺴﺎﺩﺓ اﻟﺒﻜﺮﻳﺔ ﺣﻴﺚ ﻟﻢ ﻳﺘﻘﻴﺪﻭا ﺑﻠﺒﺎﺱ ﺧﺎﺹ ﻣﻦ ﺻﻮﻑ ﺃﻭ ﻏﻴﺮﻩ ﻛﺴﺎﺋﺮ اﻟﺼﻮﻓﻴﺔ، ﻧﻔﻌﻨﺎ اﻟﻠﻪ ﺑﺒﺮﻛﺎﺗﻬﻢ ﻭﺣﺴﻦ ﻣﻘﺎﺻﺪﻫﻢ ﻓﻲ ﻧﻴﺘﻬﻢ
Metode ini adalah pilihan golongan Naqsyabandiyah, pemuka Syafziliyah dan Bakriyah, ketika mereka tidak menentukan pakaian khusus seperti bulu domba atau lainnya. Semoga Allah memberi manfaat bagi kita dengan BERKAH mereka dan kebaikan tujuan dalam niat mereka (13/117)
Di Empat Tempat
Setidaknya ada 4 tempat saya tidak berani menengadahkan kepala, karena selalu ingat keaslian diri saya sejak dahulu.
1. Tempat kelahiran di rumah, di Malang.
2. Di Pondok Ploso (1994), saat saya berawal sebagai orang bodoh yang tidak bisa mengaji.
3. Di kantor NU Surabaya (2005), sejak pertama diajak berkhidmah menjadi tukang tata meja dan menyuguhkan kopi bagi para kiai untuk Bahtsul Masail.
4. Rumah mertua di Surabaya, karena saya sadar berangkat ke rumah mertua tidak seperti kebanyakan orang menikah diantar mobil dan membawa banyak perabotan rumah. Saya saat itu berangkat "seorang diri" dan hanya membawa sarung beserta isinya.
Advertisement