Begini Strategi Banyuwangi Tangani Covid-19
Banyuwangi memiliki strategi khusus dalam penanganan covid-19. Pemkab Banyuwangi memilah pasien terkonfirmasi positif Covid-19 menjadi dua kelompok, yakni pasien yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid dan pasien yang tanpa gejala atau biasa disebut orang tanpa gejala (OTG).
Strategi ini dilakukan untuk memperkecil potensi penularan sekaligus mencegah timbulnya klaster baru Covid-19.
Sekretaris Daerah Banyuwangi, Mujiono, menyatakan untuk pasien dengan komorbid akan ditangani dan diisolasi di Rumah Sakit (RS) rujukan. Di Banyuwangi, kata Dia, ada enam RS rujukan. Kapasitas rumah sakit rujukan ini masih cukup untuk menangani pasien yang memiliki gejala klinis ataupun yang memiliki komorbid.
"Insya Allah masih tertangani," jelas Mujiono, Kamis, 8 Oktober 2020.
Mujiono menambahkan, untuk pasien Covid-19 yang OTG akan dilakukan karantina secara terpusat di Gedung Diklat Pemkab Banyuwangi yang berada di Desa Tamansari, Kecamatan Licin.
Dia menambahkan, selama ini pasien OTG melakukan isolasi mandiri di rumahnya. dari hasil evaluasi, ternyata isolasi mandiri di rumah ini kurang efektif. Menurutnya, banyak faktor yang menjadi indikator evaluasi pelaksanaan isolasi mandiri di rumah. Baginya, untuk melakukan isolasi mandiri di rumah harus didukung sarana dan prasarana.
"Kan syaratnya harus kamar sendiri, kamar mandi sendiri. Tenyata tidak demikian, ada yang keluar, bahkan kamar mandinya jadi satu dengan anggota keluarga lainnya," jelasnya.
Kondisi ini, menurutnya, akan menimbulkan klaster keluarga. Sehingga untuk memutus mata rantai penularan ini, diambil kebijakan untuk pasien OTG diisolasi secara terpusat di Gedung Diklat, Licin.
"Harapannya untuk memutus mata rantai supaya tidak menyebar," tegasnya.
Dia menjelaskan, di tempat isolasi terpusat ini, akan dicukupi semua kebutuhan pasien setiap harinya. Makan tiga kali sesuai dengan standar kesehatan, dikontrol kesehatannya mulai tensi, oksigen, hingga kondisi paru-parunya. Dengan isolasi terpusat ini akan lebih aman.
"Inilah langkah-langkah kita agar tidak terjadi penyebaran. Terutama (mencegah) timbulnya klaster perkantoran, keluarga dan pilkada," tegasnya.
Menurutnya, kapasitas ruangan di Gedung Diklat jika dioptimalkan bisa mencapai lebih dari 100 kamar. Kapasitas ini menurutnya sudah mencukupi untuk menampung pasien OTG yang akan menjalani isolasi.
"Kalau gak cukup kita punya dormitory atlet, bisa kita gunakan. Kalau gak cukup lagi kita carikan yang lain," pungkasnya.
#satgascovid19
#ingatpesanibu
#ingatpesanibupakaimasker
#ingatpesanibujagajarak
#ingatpesanibucucitangan
#pakaimasker
#jagarak
#jagajarakhindarikerumunan
#cucitangan
#cucitangandengansabun
Advertisement