Begini Serunya 10 Film Jaman Dulu
Film Indonesian sejak tahun 90-an memiliki beberapa judul film yang bagus dan beberapa ada yang di remake ulang oleh sutradara sekarang. Salah satu film jaman dulu yang dibuat ulang yakni film Pengabdi Setan yang bergenre horor, dan hasil remake-nya telah banyak ditonton oleh ribuan penonton, tak heran jika film horor tersebut dibuat ulang karena film jaman dulunya juga tak kalah bagus.
Selain film Pengabdi Setan, ada pula film-film ikonik lain yang juga tak kalah bagus dari film-film sekarang seperti film Warkop DKI, film horor dari ratu horor Indonesia Suzanna, dan masih banyak lagi film-film jaman dahulu yang memiliki kualitas bagus. Tak perlu penasaran lagi, karena ulasan yang sudah dirangkum oleh Ngopibareng.id akan memberikan rekomendasinya, jadi disimak ya.
Rekomendasi Film Jadul
Berikut rekomendasi film jaman dulu yang membuat nostalgia dan kangen suasana 90-an.
1. Gadis Malam
Film gadis malam di sutradarai oleh Acyl Anwari pada tahun 1993 berduasi 97 menit yang ditulis oleh Sheila Anjani, dan berkisah mengenai kehadiran Heti (Ida Kusumah) telah membuat orangtua Prita (Kiki Fatmala) bercerai. Prita ikut pamannya, Ardi (Piet Pagau). Paman bejad ini berusaha memperkosa Prita, namun gagal. Tapi, kegadisan Prita tetap hilang direnggut Joko (Ivan Perdana), anak Ardi, sepupu Prita. Gadis malang ini kemudian hanya bergantung pada pacarnya, Indra (Eddy Chaniago). Ibunya tak setuju Prita kawin dengan Indra karena pemuda itu masih nganggur.
Ia mengajak Prita kerja di klab malam. Di sini, Prita bertemu Burhan (Gino Makasutji), lelaki hidung belang yang baik hati. Lalu, Prita jadi peliharaan Burhan dan bersamaan dengan itu, Prita pacaran pula dengan Donny. Pak Burhan ternyata suami Heti, yang marah besar begitu tahu hubungan suaminya dengan Prita. Saat itulah, Donny, yang ternyata anak Burhan dan Heti, muncul membawa Prita dan membuat kedua orangtuanya melongo, ia tak perduli pada masa lalu gadis itu.
-Produser: Hasrat Djoeir
-Sutradara: Ackyl Anwari
Pemain: Eddy Chaniago, Kiki Fatmala, Ida Kusumah, Ivan Perdana, Piet Pagau, Gino Makasutji.
- Tahun: 1993
2. Kuldesak
Kuldesak adalah film ansambel drama komedi hitam Indonesia yang dirilis pada tahun 1998. Segmen-segmen dalam film ini disutradarai antara lain oleh Riri Riza, Nan Achnas, Mira Lesmana, dan Rizal Mantovani, yang merupakan debut awal mereka di karier sutradara.
Kuldesak berfokus pada 4 penduduk muda Jakarta pada 1990-an. Mereka semua punya mimpi, tetapi kadang-kadang hidup memaksa mereka untuk membuat pilihan-pilihan radikal. Aksan (Wong Aksan) bermimpi untuk membuat sebuah film. Semua yang dia butuhkan adalah uang, namun ayahnya yang kaya tidak ingin anaknya menjadi seorang pembuat film. Aksan, yang tidak memiliki cukup dorongan untuk membuat impiannya menjadi kenyataan, memutuskan untuk mencuri dari ayahnya. Andre (Ryan Hidayat) adalah musisi tidak bahagia yang merasa teridentifikasi dengan idola rock Kurt Cobain, vokalis dan gitaris dari band Nirvana asal Amerika Serikat yang terkenal di dunia oleh bunuh dirinya. Dia mencari kenyamanan dari seorang peramal keliling. Dina (Oppie Andaresta) adalah seorang penjual tiket di bioskop yang terobsesi dengan pembawa acara TV yang populer. Dia tidak dapat lagi membedakan impian dari kenyataan. Lina (Bianca Adinegoro) bekerja untuk sebuah biro iklan di mana dia ditekan oleh bosnya untuk bekerja lembur. Suatu malam, dia diperkosa. Alih-alih melaporkan kejadian tersebut kepada polisi, dia memutuskan untuk mengambil hukum di tangannya sendiri.
-Produser: Riri Riza, Nan Achnas, Mira Lesmana, Rizal Mantovani
-Sutradara: Riri Riza, Nan Achnas, Mira Lesmana, Rizal Mantovani
Pemain: Oppie Andaresta, Bianca Adinegoro, Ryan Hidayat, Wong Aksan
- Tahun: 1998
3. Tjoet Nja' Dhien
Tjoet Nja' Dhien adalah film drama epos biografi sejarah Indonesia tahun 1988 yang disutradarai oleh Eros Djarot. Film ini memenangkan Piala Citra sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1988. Film ini dibintangi Christine Hakim sebagai Cut Nyak Dien, Piet Burnama sebagai Panglima Laot, Slamet Rahardjo (kakak Eros Djarot) sebagai Teuku Umar, dan juga didukung Rudy Wowor. Film ini sempat diajukan Indonesia kepada Academy Awards ke-62 tahun 1990 untuk penghargaan Film Berbahasa Asing Terbaik, tetapi tidak lolos dalam pencalonan nominasi. Walaupun begitu, film ini menjadi film Indonesia pertama yang ditayangkan di Festival Film Cannes (tahun 1989).
Film ini menceritakan tentang perjuangan gigih seorang wanita asal Aceh (lihat Cut Nyak Dien ) dan teman-teman seperjuangannya melawan tentara Kerajaan Belanda yang menduduki Aceh di kala masa penjajahan Belanda pada zaman Hindia Belanda. Perang antara rakyat Aceh dan tentara Kerajaan Belanda ini menjadi perang terpanjang dalam sejarah kolonial Hindia Belanda. Film ini tidak hanya menceritakan dilema-dilema yang dialami Tjoet Nja' Dhien sebagai seorang pemimpin, tetapi juga yang dialami oleh pihak tentara Kerajaan Belanda kala itu, dan bagaimana Tjoet Nja' Dhien yang terlalu bersikeras pada pendiriannya untuk berperang, akhirnya dikhianati oleh salah satu orang kepercayaannya dan teman setianya, Pang Laot yang merasa iba pada kondisi kesehatan Tjoet Nja' Dhien yang menderita rabun dan encok, ditambah penderitaan berkepanjangan yang dialami para pejuang Aceh dan keluarga mereka.
-Produser: Alwin, Abdullah, Alwin Arifin, Sugeng Djarot
-Sutradara: Eros Djarot
Pemain: Christine Hakim, Slamet Rahardjo, Pietrajaya Bumama
- Tahun: 1988
4. Catatan Si Boy
Catatan si Boy adalah film drama Indonesia yang dirilis pada tahun 1987 dan disutradarai oleh Nasri Cheppy. Film ini dibintangi antara lain oleh Onky Alexander, Didi Petet, dan Meriam Bellina. Film ini sempat diberi judul lain yaitu Kugadaikan Cintaku menurut lagu ciptaan Gombloh yang menjadi soundtrack film ini disebabkan karena karakter Mas Boy belum terlalu populer di daerah luar Jakarta pada saat itu.
Mengisahkan tentang alasan tidak suka pada Boy (Onky Alexander), ayah Nuke segera ingin mengirim anaknya ke London untuk menyelesaikan kuliah. Sekarang Boy jadi rebutan antara Vera (Meriam Bellina) yang anak diplomat, dan Ocha yang memang sudah lama menyayanginya. Apalagi sekarang saingan utamanya Nuke (Ayu Azhari) telah pergi jauh. Vera memang lebih agresif ketimbang Ocha. Boy pun mulai tertarik pada Vera. Tapi pergaulan mereka diketahui Jefri (Leroy Osmani) pacar Vera yang baru pulang dari Los Angeles. Karena cemburu itulah keduanya berkelahi. Boy jadi kesal sehingga dia sering main di pub. Kebetulan bertemu dengan Reny, wanita yang pernah ditolong dari penodongan. Tapi perkenalan itu tidak berlangsung lama karena Reny adalah pecandu narkotik. Ketika Boy sedang asyik memotret adiknya Ina (Btari Karlinda) dalam suatu pertandingan softball, Boy bertemu kembali dengan Nuke. Ternyata keduanya masih saling mencinta. Tapi sayang Ayah Nuke masih belum mau menerima Boy. Itulah sebabnya Nuke harus segera kembali ke London.
-Sutradara : Nasri Cheppy
Pemain : Onky Alexander, Didi Petet, Meriam Bellina.
- Tahun : 1987
5. Maju Kena Mundur Kena (Warkop DKI)
Maju Kena Mundur Kena adalah film drama komedi Indonesia yang diproduksi pada tahun 1983 dan disutradarai oleh Arizal serta dibintangi antara lain oleh Warkop DKI, Eva Arnaz, dan Lydia Kandou.
Film komedi milik Warkop DKI ini menceritakan tentang Dono dan Indro adalah teman satu kos dan anak buah Kasino di bengkel. Kasino melarang Dono dan Indro untuk tidak tertarik oleh wanita. Padahal secara diam diam, Kasino selalu merindukan seorang gadis yang fotonya ia temukan di sebuah majalah. Tanpa sengaja, ketika Dono sedang jaga malam, ia harus memperbaiki mobil Marina (Eva Arnaz).
Hal tersebut membuat Kasino marah marah, karena Marina belum membayar ongkosnya. Di luar dugaan, ternyata Marina pindah kos ke tempat Dono dan kawan kawan. Kasino terperanjat, karena ternyata Marina adalah gadis yang ia rindukan selama ini. Kasino selalu berusaha mendekati Marina, tetapi justru Dono yang mendapat untung. Karena Marina yang ditemui kakek neneknya untuk dikawinkan mengaku sudah menikah dengan Dono.
-Produser: Dhamoo dan Raam Punjabi
-Sutradara: Arizal
Pemain: Dono, Kasino, Indro, Eva Arnaz, Lidya Kandou.
- Tahun: 1983
6. Perempuan Dalam Pasungan
Perempuan Dalam Pasungan (internasional: Shackled Woman) adalah sebuah film drama Indonesia yang dirilis pada tahun 1980 dan disutradarai oleh Ismail Soebardjo. Film ini dibintangi antara lain oleh Nungki Kusumastuti, Frans Tumbuan, dan Rini S. Bono. Film ini memenangkan penghargaan Piala Citra sebagai Film Terbaik dalam Festival Film Indonesia 1981. Film ini juga memenangkan beberapa Piala Citra lainnya untuk beberapa kategori yang lain dalam tahun yang sama.
Film Perempuan Dalam Pasungan bercerita tentang Film ini mengisahkan tentang Fitria (Nungki Kusumastuti), simbol dari perempuan Indonesia yang rupawan, halus tutur kata, rendah hati, sederhana dan khususnya sangat fleksibel dalam semua hal. Dia selalu menuruti apa perkataaan orang tua dan suaminya (Frans Tumbuan). Dari sinilah semua masalah timbul dan tertuang dalam film ini.
-Produser: Hendrick Gozali
-Sutradara: Ismail Soebardjo
Pemain: Nungki Kusumastuti, Frans Tumbuan, D. Djajakusuma
- Tahun: 1976
7. Pengabdi Setan
Pengabdi Setan (Internasional: Satan's Slave) adalah sebuah film horor tahun 1982 dari Indonesia yang disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra. Film ini sangat terkenal pada masanya bahkan sampai di dunia internasional, dirilis dalam berbagai format seperti VHS dan kemudian DVD di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang. Film ini pada masanya dikenal sebagai salah satu dari beberapa film horor awal yang menggantikan tema horor yang diwarnai kepercayaan Kristen atau Buddha dengan kepercayaan Islam. Film ini memiliki kemiripan alur cerita dengan film AS tahun 1979 berjudul Phantasm yang disutradarai Don Coscarelli.
Berkisah tentang keluarga kaya yang jauh dari agama. Suatu ketika, mereka mengalami kejadian buruk nan menyeramkan sejak sang ibu meninggal. Arwah sang ibu pun kembali dan berbicara dengan Tomi, putranya. Sejak saat itu Tomi mendatangi dukun dan mulai menggunakan ilmu hitam. Kejadian aneh pun sering terjadi, apalagi sejak mereka menggunakan pengurus rumah tangga bernama Darminah.
-Produser: Sabirin Kasdani, dan Subagio S.
-Sutradara : Sisworo Gautama Putra
Pemain : Ruth Pelupessy, W.D Mochtar, Fachrul Rozy, Simon Cader
- Tahun : 1982
8. Malam Satu Suro
Malam Satu Suro adalah film horor romantis Indonesia tahun 1988 yang disutradarai oleh Sisworo Gautama Putra dan dibintangi oleh Suzanna dan Fendy Pradana. Film ini dikenal dengan alur ceritanya yang unik karena tidak mengetengahkan sang hantu sundel bolong sebagai tokoh antagonis seperti umumnya di perfilman nusantara kala itu, tetapi sebagai tokoh utama / protagonis. Film ini didistribusikan oleh Soraya Intercine Films.
Di awal film, di tengah sebuah hutan, arwah seorang wanita yang gentayangan berwujud sundel bolong dibangkitkan dari kuburannya oleh Ki Rengga, seorang dukun Jawa sakti untuk dijadikan anak angkatnya. Dukun Jawa itu berkata: "Suketi, manuta nduk, kowé arep takdadikké anak angkatku." ("Suketi, menurutlah nak, engkau akan kujadikan anak angkatku").
Dia kemudian menancapkan paku keramat ke kepala Suketi (Suzanna), arwah penasaran tersebut, merapal mantra kuno berbahasa Jawa dan sundel bolong itu pun menjadi manusia kembali. Suatu hari dua orang pemuda dari Jakarta sedang berburu kelinci di hutan tersebut. Bardo Ardiyanto (Fendy Pradana), sang pemburu tersebut, bersama temannya Hari, nyaris membunuh buruannya, tetapi dihalangi oleh seorang wanita cantik, dia pun penasaran akan wanita tersebut dan akhirnya bertemu dengan Suketi.
Bardo dan Suketi langsung saling jatuh cinta dan Bardo berniat melamar Suketi. Awalnya lamarannya ditolak oleh Ki Rengga, ayah angkat Suketi, tetapi akhirnya disetujui setelah permohonan Bardo yang tulus dan dorongan Suketi ke orang tua angkatnya. Bardo mengikuti syarat Ki Rengga, bahwa pernikahan harus diadakan pada "Malam satu Suro" (Tanggal 1 Sura, tahun baru dalam penanggalan Jawa) di tengah Alas Roban ("Hutan Roban") tanpa dihadiri siapa pun kecuali sang dukun Jawa dan pasangan pengantin tersebut dalam sebuah adegan ritual mistik Jawa kuno yang diiringi tari-tarian peri.
-Produser: Raam Soraya
-Sutradara: Sisworo Gautama Putra
Pemain: Suzana, Fendy Pradhana, Johny Matakena
- Tahun: 1988
9. Ibunda
Ibunda adalah film drama Indonesia yang dirilis pada tahun 1986. Ibunda sempat memegang rekor untuk penghargaan terbanyak di ajang Festival Film Indonesia, dengan memenangkan 9 penghargaan dari 11 nominasi. Dan pada tahun 2018, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak memecahkan rekor ini setelah memenangkan 10 penghargaan dari 14 nominasi.
Film ini menceritakan sebuah kisah di kota Jakarta, ketika Ibu Rakhim (Tuti Indra Malaon) seorang janda priyayi, menghadapi dua masalah terpisah dalam keluarganya. Fitri (Ria Irawan) anak perempuan bungsunya, mempunyai pacar bernama Luke yang dibenci oleh Farida (Niniek L. Karim), kakak Fitri, dan suaminya yang kaya dari kalangan bangsawan Jawa, Gatot, karena Luke adalah seorang Papua bukan Orang Jawa. Pada saat yang bersamaan anak laki-lakinya, Fikar (Alex Komang), meninggalkan istri dan anak-anaknya untuk tinggal dengan seorang artis. Film ini berusaha menunjukkan sisi psikologi dari seorang ibu dan hubungan moral diantaranya dalam menyelesaikan masalah keluarganya. Juga mengingatkan kita akan pentingnya arti keluarga / ibu. Dukungan seorang Ibu terhadap anak-anaknya maupun pasangannya, dari status sosial hingga warna kulit, dikupas di film ini. Di akhir film ada sebuah bacaan, yaitu: "Ibu, buku yang habis kau baca, kini mulai ku baca, baru halaman pertama"
-Produser: PT Nusantara Film, PT Suptan Film
-Sutradara: Teguh Karya
Pemain: Tuti Indra Malaon, Alex Komang, Ayu Azhari
- Tahun: 1986
10. Naga Bonar
Naga Bonar adalah film komedi situasi tahun 1986 dari Indonesia yang mengambil latar peristiwa perang kemerdekaan Indonesia ketika sedang melawan kedatangan pasukan Kerajaan Belanda pasca kemerdekaan Indonesia di daerah Sumatra Utara.
Film komedi lawas ini menceritakan tokoh Naga Bonar (Deddy Mizwar) adalah seorang pencopet di Medan yang sering keluar-masuk penjara Jepang, ia bersahabat dengan seorang pemuda bernama Bujang (Afrizal Anoda). Sepulang dari penjara, Bang Pohan (Piet Pagau) mengatakan tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia yang sudah diproklamasikan di Jakarta, dan di Medan yang belum sempat dimerdekakan harus memerangi Belanda yang sudah memasuki wilayah Indonesia dengan maksud untuk berkuasa lagi.
Lewat narator radio, diceritakan penolong Naga Bonar ketika sakit, Dokter Zulbi yang merupakan teman Bang Pohan diperkirakan sebagai mata-mata Belanda yang ternyata itu hanya isu. Naga Bonarpun menjadi tentara garis depan dalam perlawanan terhadap Belanda. Setelah beberapa perlawanan yang sengit, Naga Bonar dititahkan dari markas untuk mundur karena perundingan dengan Belanda mau dilaksanakan.
-Sutradara: M.T. Risyaf
Pemain: Nurul Arifin, Deddy Mizwar, Wawan Wanisar, Piet Pagau
- Tahun: 1987
Advertisement