Begini Kalau Kopi Sudah Terlarut dalam Ranah Bahasa
Siram atau kucur. Mana yang benar ketika dua kata ini berseliweran dalam aktivitas menyeduh kopi. Ada yang tahu? Anda tahu? Atau ikut othak-athik gathuk mempermak bahasa dalam kopi yuk...
Siram atau kucur. Kalau diberi imbuhan (i) maka akan jadi kata kerja. Menjadi, sirami dan kucuri. Kata ini akan menjadi lebih sempurna (lagi) kalau dibubuhi dengan awalan (di). Maka dua kata itu akan jadi kata kerja tulen. Kata kerja beneran. Menjadi, disirami dan dikucuri.
Sirami, disirami, lebih dekat atau lebih bisa ditafsirkan ke arah obyek tanaman.Tanaman itu bisa berupa bunga, bunga-bungan, dan sebagainya. Atau bisa juga tanaman yang ditanam di areal perkebunan atau persawahan dengan mengikuti satuan jumlah dan luas.
Eitt... satu lagi, kata siram juga tepat dipakai saat berada dalam wc atau kamar mandi. Apa yang disiram kalau di wc dan kamar mandi? Silakan tafsir sendiri ya, yang jelas bukan terkait dengan seduh menyeduh kopi (hehehehe).
Mari kita sedikit bicara makna kata meluas dan menyempit dalam Bahasa Indonesia. Kata siram, kategorinya adalah makna kata meluas. Namun, belakangan, siram sering juga dipakai untuk konten makanan. Ada mie siram. Adatahu telor siram kecap. Ada ayam goreng tepung saos siram, eit kalau yang ini tiram kali ya.
Atau, berkait dengan tensi darah tinggi: (maaf, ini contoh dalam bahasa Jawa namun sering masuk dalam ranah dialog Bahasa Indonesia kalau sedang marah besar), contoh, raimu ojo sokor nyocot, tak siram banyu kobokan kapok koen. Bisa juga ranah guyon ala Cak Basman di atas panggung ludruk dengan penonton sangat majemuk: Mangapo tak siram banyu gulo, dan seterusnya.
Bahasa Jawa dan Bahasa Indonesia untuk kata siram saling melengkapi dan saling serap (serapan). Entah mana yang dulu yang menyerap, sepertinya Bahasa Jawa yang menyerap kata siram. Sebab, siram, dalam Bahasa Jawa adalah kapyuk. Jika naik darah sering bilang gini: matamu melek o, tak kapyuk banyu lombok nek gak melek.
Sementara itu kata kucur. Penambahan (i) akan menjadi kucuri. Sempurnanya adalah dikucuri. Dalam ranah kekinian dunia kopi, kucur hingga dikucuri adalah bagian dari aktivitas menyeduh kopi. Yaitu air panas dengan suhu antara 70 derajat hingga 95 derajat untuk pembahasan serbuk kopi yang dihasilkan dari biji kopi yang digiling.
Satu kata ini, makna katanya cukup stagnan. Tidak agresif dan progresif seperti kata pada siram. Tidak pernah ada kalau pas darah tinggi kumat dan marah besar bilang begini (gaya ludruk di atas panggung): kakehan cocot koen iki, hayoh mreneo nek wani tak kucuri uyuh jaran modar lambemu. Tidak begitu dan tidak pernah ada kan? Pasti munculnya adalah kata siram. Jadinya begini: Kakehan cocot koen iki, hayoh mreneo nek wani, tak siram uyuh jaran modar lambemu.
Nah, kata kucur, berlaku dalam ilustrasi pada gambar ditulisan ini. Juga berlaku pada gambar di bawah tulisan. Bukan kata siram ya, sebab kalau siram gambarnya harus pakai timba atau ember. Sedang adegan yang ini adalah menggunakan ketel yang mirip leher angsa.
Gambar ini sedikit bercerita soal salah satu proses finishing membuat driper kopi dari bahan bambu berjenis bambu apus. Driper untuk kopi dari bambu itu sering juga disebut kukusan. Kukusan biasanya identik dengan menanak nasi (cara lama, cara tradisional). Kukusan juga menemukan makna meluasnya. Bahkan diluar itu kukusan menemukan diversivikasi bentuk dan penggunaan. Kukusan bisa menjadi alat driper kopi.
Pengetahuan umumnya, alat driper kopi yang ada di Indonesia 100 persen nyaris berasal dari impor. Paling populer, dikenal alat V60, Kalita, Flat Bottom, Clever Drip, dan beberapa merk pabrikan lainnya. Di negeri ini, ada kukusan. Sementara kukusan menyerupai bentuk alat-alat itu. Apakah bahan bambu bisa dipakai untuk driper kopi? Ternyata bisa. Menurut beberapa sumber kopi, hasilnya adalah 11- 12 dengan driper buatan pabrik.
Nah, kembali ke laptop Thukul Arwana: proses akhir agar kukusan tradisional yang sudah didiversifikasi bentuk bisa siap pakai untuk menyeduh kopi adalah, dikucuri pelahan dengan air panas menyala. Kalau memungkinkan, bahkan bisa lebih sempurna di bawah vitamin E sinar matahari pagi.
Tujuannya sederhana, sedikit untuk mendegradasi aroma bambu yang memungkinkan larut dalam seduhan kopi. Bambu mengandung zat silica. Sementara dikucuri air panas di bawah matahari pagi, silica tetap aman tersimpan dalam pori-pori bambu. Nah, silica dalam bambu mungkinkan bersinergi dengan seduhan kopi yang menurut beberapa literatur juga sangat berguna dalam untuk kulit dan urusan rambut.
Oke, begini kalau aroma kopi turut mengaduk-aduk kemampuan bahasa di sekitar kita. "Kucuri pelan-pelan saja ya... pasti driper bambu jadi sempurna ketika dipakai untuk menyeduh kopi". widikamidi
Advertisement