Beda Pandangan, Ksatria Muda Airlangga Dorong Pemilu Damai
Puluhan mahasiswa dan alumni yang tergabung dalam Ksatria Muda Airlangga mendorong agar perjalanan demokrasi menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 ini dapat berjalan aman dan lancar.
Hal itu disuarakan oleh puluhan mahasiswa dan alumni saat menggelar deklarasi di halaman depan Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (Unair), Jalan Airlangga, Surabaya, Senin 5 Februari 2024.
Dalam kesempatan itu terdapat lima poin dalam deklarasi, antara lain:
Mandukung pernyataan Rektor Unair Prof Nasiih untuk menjadi Pemilu bermartabat tanpa politik uang
Menjaga kondisi perpolitikan yang semakin dekat pada hari pemilihan tanggal 14 Februari 2024. Kami para Ksatria Muda Airlangga memandang perlu para civitas akademika di Unair untuk menjaga netralitas dan kondusivitas demi nama baik kampus tercinta Unair
Mendorong keberlanjutan kepemimpinan nasional melalui suara terbanyak melalui Pemilu. Suara rakyat adalah suara Tuhan
Perbedaan pandangan dan pilihan setiap warga dijamin oleh UUD 194, dan hal biasa dalam setiap kontestasi Pemilu setiap lima tahunan
Apresiasi kepada seluruh pemerintah yang telah memimpin bangsa Indonesia sesuai dengan tujuan kemerdekaan dan memastikan keberlanjutan kepemimpinan dengan baik.
Salah satu koordinator aksi, Asadur Rahman Muhammad mengatakan, dari aksi ini diharapkan perjalanan Pemilu 2024 ini berlangsung damai tidak ada perpecahan meskipun berbeda pilihan.
“Fenomena ini terjadi karena banyaknya universitas di Indonesia dipolitisasi dan bergulir untuk kepentingan salah satu paslon. Unair netral sesuai dengan napas perjuangan dan mandat dari Pak Rektor Prof Nasih,” ungkap pria yang akrab disapa Gus Asad itu.
Menurutnya, di negara hukum apabila merasa ada kejanggalan atau kecurangan dalam Pemilu dapat langsung dilaporkan tidak dengan cara-cara memecah belah.
“2024 informasi terbuka dan ini negara hukum kalau ada pelanggaran silakan dilaporkan kalau ada pelanggaran silakan diproses,” ujarnya.
Karena itu, ia menegaskan, bahwa gerakan tersebut bukan gerakan tandingan dari Unair Memanggil ataupun gerakan universitas lain yang memiliki pandangan masing-masing. Hanya saja, ia menilai, ada pengiringan untuk kepentingan salah satu paslon.
“Ini Unair kami tidak mudah dipecah belah,” tegas Wakil Ketua Kadin Malang itu.
Terkait poin keberlanjutan kepemimpinan, Gus Asad mengaku, gerakan tersebut tidak berpihak kepada salah satu paslon. Namun, merupakan kewajiban siapa pun agar melanjutkan yang baik dan meninggalkan yang buruk.