Hanya Beda Gaya, Kopi Susu Ini Harganya Jauh lebih Mahal
Kopi Susu. Itu artinya ada dua obyek yang berbeda, kemudian dicoba dipadukan. Kopi cukup identik dengan pahit. Karena pahit maka warnanya acapkali terlihat hitam.
Susu lebih beragam ketimbang kopi. Susu itu identik dengan manis. Identik juga dengan segar. Malah ada bahasa yang terlihat lebih keren untuk menyebutnya: fresh milk.
Identik segar, bukan segar karena baru keluar dari kulkas. Atau susu yang sudah teraduk dengan es. Melainkan, susu yang berasal dari sapi perah murni. Belum tercampur dengan bahan lain.
Sementara susu identik dengan manis karena iklan yang masif didengungkan sejak lama. Maka terbentuklah karakter, bahkan opini, bahwa ada susu yang berasa manis.
Kental Manis pun disebut susu. Belakangan baru ketahuan, bahwa yang ini adalah bohong. Bahkan tak ada susunya sama sekali.
Berikutnya, pemerintah melalui BPOM melarang penyebutan kental manis itu adalah susu. Apakah sudah berjalan semestinya? Terlihatnya sudah! Namun reklame yang sudah kadung mengakar tentu sulit menggeser lidah.
Lepas dari penjelasan soal susu. Seduhan kopi bila dipadukan dengan susu, jenis fresh milk maupun kental manis, menjadi sebuah sajian yang nikmatnya bukan main. Menu paling diminta banyak orang bila berada di tempat ngopi.
Kopi yang semula identik dengan rasa pahit, seketika bisa malih rupa. Pahitnya memudar. Atau bahkan jadi tidak pahit sama sekali. Kopi menjadi citarasa yang berbeda.
Demikian juga perkara susunya. Fresh susunya menjadi hilang karena bercampur pahitnya kopi. Kopi yang sudah bersusu itu malih rupa menjadi citarasa gurih. Gurihnya kadang sampai mirip remah roti yang biasa untuk ndulang bayi. Ajaibnya, ada yang sampai bisa serasa manis diujung sensori lidah.
Pun demikian kopi yang dicampur dengan kental manis. Pada ukuran tertentu, gelas atau cangkir dengan volume tertentu pula, muanisnya kental manis bila dihirup sendirian memudar ketika sudah berkubang kopi. Manis yang lekat itu memudar.
Cirasanya menjadi cukup rumit bila didefinisikan. Orang sering menyebutnya menjadi pahit-pahit creame. Seperti biskuit juga, hanya yang bukan untuk ndulang bayi. Lebih ke serasa biskuit yang gosong dan kebanyak coklat.
Kalau keduanya sudah berada di atas meja, tersaji dan siap diminum, bedanya menjadi seperti bumi dan langit. Seperti lor dan kidul, alias utara dan selatan. Apa juga termasuk bertolak belakang juga? Rasanya tidak! Sebab keduanya tetap sama, kopi susu. Hanya beda gaya dan tampilan.
Skill keren ikut menentukan harga seduhan kopi. Gaya ngopi latte art tentu sebuah perjalanan panjang tersendiri untuk citarasa kopi.
Gaya bergambar adalah kopi susu gaya Italia. Bahan kopinya adalah ekstrak kopi dalam ukuran tertentu. Kemudian dituang fresh milk yang sudah dipanaskan dengan uap air dengan susu tertentu. Sehingga memunculkam mikro foam. Alias unthuk susu.
Inilah yang dipakai barista untuk menggambar sesuatu di atas ekstrak kopi. Butuh skill, perlu pengalaman, sangat diperlukan jam terbang. Semakin asyik gambarnya, makin rumit pula harga kopinya. Harga yang umum, harga bawah biasanya 18 ribu rupiah. Sementara harga atas bisa mencapai 55 ribu rupiah.
Cukup mahal bukan? Betul sekali! Sebab bahan baku yang harus didapatkan juga sudah harga up. Plus skill keren. Menjadi keren dengan latte art tentu sudah menjadi perjalanan panjang tersendiri.
Sementara itu, sebutan kopi susu untuk sebuah racikan antara kopi dan kental manis, rasanya lebih familiar dengan harga. Karena memang gayanya yang beda. Untuk yang ini skill tinggi tidak begitu diperlulan. Hanya butuh kecermatan dan seperti apa maunya pelanggan.
Tak ada yang mahal dengan gaya kopi susu ini. Bahan baku yang diperlukan juga lebih bersahabat. Harga bawah bisa hanya dengan 6 ribu rupiah. Harga atasnya 12 ribu rupiah. Tetapi kalau menggunakan alat tertentu misalnya, vietnam driper, harga up-nya bisa menembus angka, 20 ribu rupiah.
Sudah menentukan pilihan? Pilih mana, bawah atau atas. Fresh atau kental manis. Jawabnya? Terserah isi dompet kali ya... (widikamidi)