BBM Naik, Organda Probolinggo Ajukan Kenaikan Tarif Angkot
Terkait kenaikan bahan bakar minyak (BBM) beberapa hari lalu, para pengusaha dan sopir angkutan kota (angkot) di Kota Probolinggo mengajukan kenaikan tarif penumpang. Selain BBM, pengajuan kenaikan tarif angkot juga dipicu naiknya harga suku cadang (spare part) kendaraan.
“Pengajuan tarif penumpang angkot ini merupakan hasil rapat dengan para sopir dan pemilik angkot. Sudah kami sampaikan kepada Dinas Perhubungan,” ujar Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Probolinggo, Tommy Wahyu Prakoso, Rabu, 7 September 2022.
Tommy mengaku, sudah bertemu dengan Kepala Dishub Kota Probolinggo, Agus Effendi di kantor dishub setempat, Rabu siang. Intinya, Organda mengusulkan kenaikan tarif angkot yang sebelumnya Rp5.000 menjadi Rp7.000 untuk umum. Sedangkan tarif angkot untuk pelajar yang sebelumnya Rp3.000 naik menjadi Rp4.000.
Dikatakan tarif angkot selama ini mengacu pada Peraturan Walikota (Perwali) Probolinggo Nomor 5 Tahun 2015. Karena itu wajar ketika ada kenaikan BBM jenis pertalite dari Rp7.650 menjadi Rp10.000 per liter harus dibarengi kenaikan tarif angkot.
“Tidak hanya BBM pertalite yang naik, spare part kendaraan juga naik, sehingga wajar kalau tarif angkot dinaikkan menjadi Rp7.000,” kata Tommy. Khusus tarif pelajar meski usulan tarifnya Rp4.000, pelajar bisa membayar Rp3.000.
Meski Pemkot Probolinggo belum memberlakukan tarif angkot yang baru, para sopir sudah menerapkan tarif baru (dinaikkan) sejak BBM pertalite naik, beberapa hari lalu. “Kami berharap, Perwali Nomor 5 Tahun 2015 segera direvisi sehingga ada legalitas dari pemkot,” ujar mantan anggota DPRD Kota Probolinggo itu.
Terkait usulan kenaikan tarif angkot, Kepala Dishub, Agus Effendi mengatakan, segera menindaklanjuti usulan Organda. “Akan kami bahas melalui rapat internal, hasilnya akan kami sampaikan kepada walikota,” katanya.
Selain dihadapkan kenaikan BBM dan suku cadang kendaraan, angkot di Probolinggo juga harus bersaing dengan moda transportasi lain seperti, ojek pangkalan, ojek online (ojol), becak motor (bentor), dan lain-lain.
“Tetapi saya masih memilih naik angkot, murah meriah. Barulah kalau bepergian bukan melalui trayek angkot, saya pesan ojol,” ujar Zakka, warga Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo.
Advertisement