Tak Punya Tulang Dada, Bayi Kembar Siam Dipasang Plat
Salah satu anggota tim dokter yang terlibat dalam operasi pemisahan kembar siam Akila Dewi Syabila dan Azila Dewi Sabrina menyebut jika salah satu bayi harus dipasang plat. Alasannya, karena salah satu bayi tak mempunyai tulang dada.
Dokter Heroe Soebroto, SpBTKV, anggota tim dokter yang terlibat dalam operasi pemisahan bayi kembar siam menjelaskan, bagaimana kondisi jantung kedua bayi tersebut. Kata dia, tim dokter harus melepas dinding dada yang bayi melekat satu sama lain. Bagian yang melekat ini cukup panjang antara dada sampai perut.
"Perlu kehati-hatian dalam hal ini karena bukan hanya dibelah jadi dua, tapi jantungnya juga harus bisa tumbuh normal nantinya," ungkap dr. Heroe Soebroto usai proses pemisahan kedua bayi kembar siam tersebut.
Kata Heroe, sebelum menjalankan operasi, tim dokter sudah mempelajari bentuk jantung kedua bayi kembar siam ini. Tim dokter mempelajari dari hasil CT scan. Dari hasil CT scan itu, tim dokter kemudian membuat rencana-rencana apa saja yang akan dilakukan dalam proses operasi pemisahan jantung.
"Dalam hasil CT scan, ternyata hanya Akila yang memiliki tulang dada. Struktur anatomi tulang dada lebih condong pada tubuh Akila. Yang Azila tidak punya. Sehingga kami harus membuka selaput jantung untuk diberikan pada Azila agar dapat menutup sempurna," tutur dokter spesialis bedah toraks ini.
Untuk menutup rongga dada Azila, menurut Heroe, memang harus memerlukan teknik khusus. Karena, tidak boleh menutup rongga dadanya dengan jaringan lunak tapi, harus dengan sesuatu yang bisa menyatukan antara kiri dan kanan.
"Sehingga dada jadi mengambang dan harus dibuat satu kesatuan sehingga proses bernapas bisa seimbang. Atas dari ini saya dan tim memiliki ide untuk memasang plat secara melengkung di rongga dadanya untuk menggantikan tulang dadanya dan alhamdulillah hasilnya bagus," paparnya.
Pemasangan plat ini, ujar Heroe, dilakukan dengan cara dianyam dan pemasangannya pun cukup memakan waktu. Pemakaian plat semacam ini sebenarnya juga tidak banyak disebutkan di literatur.
Menurutnya, pemasangan plat ini tetap memiliki kelemahan. Plat yang ia pasang tidak bisa bertumbuh sedangkan nantinya Azila akan terus bertumbuh. Begitu pula dengan jantungnya.
"Maka dari itu saya sampaikan sekarang, saat nanti ia dewasa sekitar usia 12 atau 15 tahun sebaiknya dilakukan rekontruksi pemasangan plat yang baru agar pernapasannya tidak terganggu," jelasnya.
Kalau tidak diganti atau direkontruksi tidak masalah sebenarnya, ucap Heroe. Namun dengan catatan anak tersebut tidak terganggu pernafasannya.
"Tapi lebih baik dilalukan rekontruksi, seperti yang saya bilang tadi platnya tidak bisa bertumbuh mengikuti pertumbuhan jantung," sarannya.
Mendengar hal ini, Yayasrin, ayah Azila sempat kaget. Ia pun menanyakan kondisi putrinya itu pada dokter Heroe. "Apakah tulang anak saya itu tidak bisa tumbuh sampai dewasa dok? Apakah harus bergantung dengan plat terus," tanyanya
Sambil menenangkan, Heroe pun menjawab bahwa pertumbuhan Akila dan Azila akan terus dipantau oleh Tim Pusat Pelayanan Kembar Siam Terpadu RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
"Kami lakukan yang terbaik Bapak. Meskipun saat dewasa nanti perlu dilakukan rekontruksi kembali, RSUD Dr. Soetomo akan terus membantu," jawab Heroe.
Dengan jawaban ini, sedikit rasa lega tergambar dari wajah Yayasrin yang dengan setia menunggu proses operasi kedua putrinya Akila dan Azila.