Perawatan Hydrocephalus Bayi Pandhu hingga Usia 17 Tahun
Bayi Pandhu Firmansyah ditinggalkan ayahnya sejak lahir. Alasannya, kondisi sang bayi tak sempurna atau facial cleft tessier hydrocephalus myelomeningocele. Kepalanya membesar serta keadaan bibir, hidung, dan matanya tak beraturan. Kini, bayi Pandhu mendapatkan harapan baru.
Dina Oktavia, ibunda Pandhu Firmansyah, saat ditemui di rumah susun (rusun) Gunungsari Surabaya mengatakan, Pandhu secepatnya memang akan menjalani rekontruksi wajah dari RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Untuk menanggani kondisi bayi Pandhu, RSUD Dr. Soetomo membentuk tim khusus yang terdiri dari 11 dokter. Masing-masing dokter memiliki sub spesialis tertentu seperti bedah plastik, bedah syaraf, spesialis anak, anestesi, tumbuh kembang, hingga spesialis nutrisi yang akan bahu membahu menangani bayi Pandhu.
"Kami (RSUD Dr. Soetomo) berusaha maksimal mungkin untuk membantu sesuai yang dikehendaki dan disposisi oleh Pemprov. Dalam perawatan ini tidak bisa sekaligus dilakukan harus step by step (bertahap),” ungkap Direktur RSUD Dr Soetomo, Dr Joni Wahyudi, Senin, 9 Desember 2019.
Joni juga menuturkan bahwa biaya pengobatan bayi Pandhu seluruhnya ditanggung oleh BPJS. Bila ada kekurangan pun akan di bantu oleh Pemrov Jawa Timur.
Saat ini, bayi Pandhu sedang melakukan perawatan hydrocephalus pertama dengan mengeluarkan cairan dari kepalanya dengan menggunakan selang untuk mengurangi tekanan pada otaknya.
Lanjut Joni, jika sudah stabil maka rekontruksi (bedah plastik) di bagian sumbing wajah yang harus dipersempit. Ini dikerjakan satu bulan sampai dua bulan ke depan.
"Nantinya menanganan bayi Pandhu akan dilakukan sampai usia 17 tahun. Sejumlah rekontruksi wajah juga terus dilakukan. Untuk ke depannya akan dilakukan rekonstruksi lapisan soft tissue wajahnya dan berbagai rekonstruksi lainnya hingga jaringan wajahnya berhenti tumbuh," beber Joni.
Sementara itu, salah satu tim dokter yang menanggani Pandhu, Dr Magda Hutagalung Holidaya Sp BP-RE (K) mengatakan bahwa, proses rekonstruksi setidaknya dilakukan hingga 7 kali operasi.
"Yakni pertama operasi soft tissue untuk mengecilkan celah sumbing di wajah, operasi langit langit mulut sebelum umur 1 tahun, operasi celah gusi, operasi perbaikan bentuk wajah atau touch up pada usia 9 tahun, dan pada usia 17 tahun akan dilakukan operas pembentukan rahang dan kemudian rekonstruksi hidung," jelas Magda Hutagalung.
Saat ini, bayi Pandhu baru dilakukan tapping soft tissu, untuk memperkecil celah sumbingnya yang mungkin akan dilakukan dalam waktu 1-2 bulan ini.
Selain itu, tim rekonstruksi bayi Pandhu ini juga memastikan bahwa selama perawatan panjang kondisi tumbuh kembang dan nutrisi juga menjadi perhatian utama selain serangkaian operasi yang akan dijalani bayi Pandhu.
Seperti diberitakan ngopibareng.id sebelumnya, bayi Pandhu mulai mendapatkan sorotan publik ketika kisah ibunya Dina Oktavia ditinggalkan suami dan tinggal di rumah penuh tikus, viral di media sosial.
Advertisement