Bayi 5 Hari di Surabaya Dibanting dan Digigit Ayah Kandung
Seorang bayi berinisial E yang berusia 5 hari di Surabaya harus mengalami nasib memilukan karena mendapatkan kekerasan dari ayah kandungnya. Bayi E sempat dibanting dan digigit pada bagian pipi oleh sang ayah.
Kejadian ini dilaporkan pada polisi dan Dinas Kesehatan dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak serta Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3A-PPKB) Surabaya.
Kepala DP3A-PPKB Kota Surabaya, Ida Widayati mengatakan bahwa laporan kekerasan yang dilakukan ayah kandung kepada bayinya itu diterima sejak Kamis, 18 April 2024 lalu.
"Suaminya sudah ditangkap (pelaku kekerasan) oleh pihak berwajib. Setelah dilakukan visum medis dan psikiatri, pelaku sudah ditangkap," kata Ida dihubungi, Minggu, 21 April 2024.
Saat ini, pihaknya juga telah melakukan pendampingan psikologis pada ibu korban agar syok dan trauma yang dialami sedikit bisa membaik.
"DP3A melakukan pendampingan kepada korban, didampingi psikolog profesional. Di Polda Jatim juga ada konselor yang dampingi. Ibunya juga didampingi agar tidak terlalu syok," katanya.
Ida menjelaskan, bayi E yang berusia sekitar 5 atau 6 hari itu mendapatkan beberapa kali kekerasan dari ayah kandungnya hingga mengalami luka memar. Kejadian tersebut bermula karena sang ayah mencurigai bayi E bukan anak kandungnya.
"Ditempelengi, lalu dibanting. Anaknya (bayi E) luka memar-memar. Ibunya dicurigai sejak hamil 7 bulan," imbuhnya.
Selain bayi E, lanjut Ida, sang ayah juga sering melakukan kekerasan kepada istri dan anak pertamanya atau kakak dari bayi E.
Menurut Ida, kuat dugaan sang ayah melakukan kekerasan kepada anak dan istrinya lantaran stres tidak bekerja dan dibawah pengaruh narkotika.
"Anak pertamanya juga (dipukuli), mungkin karena stres tidak kerja. Sering menyalahkan istrinya. 'Katanya gara-gara kamu aku tidak bisa beli rokok, dan punya uang sering' kata Ida menirukan penyataan pelaku," terang Ida.
Diketahui, pelaku atau ayah korban bekerja sebagai tukang galon keliling dan istrinya bekerja sebagai buruh lipat kertas di sebuah pabrik. Ekonomi yang tak menentu sering membuat pelaku melakukan kekerasan.
"Suaminya itu mengonsumsi sabu, sering tidak terkontrol emosinya. Ekonomi tidak mencukupi karena awalnya jadi tukang galon keliling dan istrinya melipat kertas dari pabrik," jelasnya.
Ida menambahkan, kondisi bayi E kini sudah membaik dengan pemberian ASI dan dibantu susu formula. "Saat ini ibu dan anaknya dirawat di shelter," tandasnya.