Bawa Selingkuhan + Istri, Gratis! Apa yang Bakal Terjadi?
Apa yang terjadi ketika hendak masuk warung kopi ada tulisan begini? Tersenyum biasa atau tersenyum kecut, tertawa riang atau tertawa pahit, tersinggung ringan atau tersinggung meradang?
Kemungkinan lain; tetap masuk warung kopi lalu duduk dan sembari bertanya apa maksud dari tulisan itu? Atau melangkah pergi karena jengah dengan tulisan itu dan merasa tak patut dipampang pertontonkan?
"Ini zaman now, bolehkan lucu-lucuan model begitu," kata Farid, mahasiswa, asal Jambangan Surabaya.
"Tak ada masalah, itu hanya gaya jualan saja. Bagian dari marketing. Boleh dong promo sebisanya untuk mengundang pengunjung," kata Setyo Purwaningsing, pegawai bank, asal Karangmenjangan, Surabaya.
"Yang bikin tulisan promosi ini pasti punya pengetahuan yang cukup terhadap wacana yang ada. Bahwa dalam ruang publik atau public spare memungkinkan seseorang akan mengajak siapa saja untuk kepentingan tertentu. Warung kopi tidak saja asik buat bercengkrama dengan istri, teman, sahabat, dan boleh jadi juga selingkuhan," kata Nurul Rahmawati, pakar Komunikasi dari Kampus UTM, Madura.
"Ini warung kopi dimana sih. Provokasi pemasaran yang tidak lucu. Ada banyak bahasa yang elegan untuk melakukan promosi. Ini bahasa vulgar yang tak pas dari sudut pandang budaya. Kalau saya masuk ke warung itu, sama halnya saya tidak berbudaya," kata R. Toto Sugiarto, penulis sekaligus pemerhati budaya, tinggal di Bausastran, Jogjakarta.
"Kami hanya mencoba menarik pengunjung dengan hal-hal kreatif. Mendulang omset untuk masa-masa sekarang bukan pekerjaan mudah. Kami harus sekreatif mungkin agar tidak gulung tikar dan mampu menggaji karyawan sesuai haknya," kata "orang dalam" yang tak mau disebut namanya dimana slogan promo itu terpasang.
Bagaimana dengan Anda? Lanjut ngopi atau diskusi. Eh iya, tkp warung ini ada di kota S dan di sebuah tempat yang juga bernama S. "Tak perlu penasaran dengan huruf itu, kecuali citarasa kopinya saja yang perlu diincip dan dinilai enak atau huenak seperti ekspektasi promosi yang mengundang tanya itu," kata saya. (*)