Batu Ujian Suami-Isteri, Masa Pandemi Angka Perceraian Tinggi
Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah Fathurrahman Kamal mengatakan, penguatan spiritual di masa pandemi Covid-29 begitu penting agar membantu tubuh meningkatkan kualitas fisik.
"Penting untuk disadari,menjaga kesehatan adalah ketaatan kepada Allah dan merusak jiwa adalah kemaksiatan. Sebab kesehatan jasmani dan rohani adalah citra ideal seorang Muslim," tuturnya.
Memang, meski dalam prakteknya manusia modern tidak menyembah batu dan benda-benda mati, tetapi kehidupan mereka mengarah pada arah jahiliyah baru. Wabah Covid-19 telah mengubah kehidupan masyarakat. Muncul berbagai persoalan sosial yang diakibatkan pandemi ini.
Fathurrahman menegakan sebagai pesan kepada seluruh muballigh Muhammadiyah agar persoalan keumatan menjadi perhatian khusus bersama.
“Sebagai muballigh saya kira kita tidak hanya berkutat pada persoalan Covid-19 dalam konteks medis, karena keberadaan wabah ini sudah melahirkan berbagai macam perubahan perilaku sosial di masyarakat kita, misalnya, angka perceraian yang cenderung meningkat,” ungkap Fathurrahman, dalam keterangan Kamis, 24 Juni 2021.
Badai Penguji Kehidupan
Pandemi Covid-19 merupakan badai yang sempurna untuk menguji hubungan pasangan suami istri. Selama pandemi angka perceraian di Indonesia meningkat sebesar 5 persen. Angka Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) pun menunjukkan tanda-tanda adanya peningkatan. Menurut Fathurrahman, terjadinya perubahan perilaku sosial semacam ini harus menjadi perhatian khusus segenap muballigh Muhammadiyah.
“Ini harus menjadi perhatian para muballigh melalui jaringan masjid kita masing-masing bahwa sedang terjadi perubahan yang cukup serius di tengah-tengah masyarakat dan umat kita. Ini menjadi tantangan bagi kita,” tutur dosen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini.
Selain adanya perubahan perilaku sosial, Fathurrahman juga memandang selama pandemi Covid-19 ini adanya perubahan dalam aspek keagamaan. Ia menginginkan agar keberadaan masjid menjadi tempat recovery dan para muballigh Muhammadiyah tampil sebagai penyuluh spiritual bagi masyarakat. Tidak hanya fisik yang membutuhkan pertolongan medis, jiwa pun butuh pertolongan spiritual.
“Kalau rekan-rekan di kesehatan melaksanakan tugasnya maka kemudian masjid-masjid Muhammadiyah harus menjadi organ terdepan bagaimana kita me-recovery suasana batin spiritualitas umat kita ini,” kata Fathurrahman, yang sebelumnya tampil dalam acara diselenggarakan atas kerjasama MCCC & Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Kamis.
Penguatan spiritual ini begitu penting agar membantu tubuh meningkatkan kualitas fisik. Bagi Fathurrahman, penting untuk disadari bahwa menjaga kesehatan adalah ketaatan kepada Allah dan merusak jiwa adalah kemaksiatan. Sebab kesehatan jasmani dan rohani adalah citra ideal seorang Muslim.
Kontras Sikap-Tindakan Tokoh Politik
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, menilai suasananya terlihat kontras jika melihat kondisi bangsa di tengah pandemi yang masih meningkat. Bermunculannya politisi, aktivis dan tokoh politik yang melakukan berbagai macam kegiatan politis, termasuk pimpinan di daerah di tengah pandemi.
“Di satu pihak politik selalu dinamis untuk merebut simpatik rakyuat, juga untuk melakukan investasi dukungan yang sebenarnya itu wajar dari aktifitas politik, sejauh terbuka. Namun perlu mempertimbangakan situasi dan ada pertanggungjawaban. Menjadi bermasalah ketika hanya mengejar popularitas, mengejar kepentingan politik sendiri atau kelompok lalu mengabaikan atau tidak mementingkan kepentingan yang lebih luas di tengah kondisi pandemic,” tutur Haedar pada Selasa lalu.
Di tengah pandemi Covid-19 yang semakin meningkat, elit politik termasuk elit pemerintah daerah seharusnya berkonsentrasi dalam mengoptimalkan peran kegiatan bahkan sinergi satu sama lain untuk semakin meringankan beban pandemi, baik dari aspek kesehatan maupun dampak yang bersifat ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya yang terasa berat bagi rakyat kecil.
Etika Pertanggungjawaban Kebangsaan
“Semestinya politisi memiliki pertanggungjawaban etik, pertanggungjawaban kebangsaan agar lebih mengembangkan kegiatan, perhatian dan jalinan kerjasama untuk menyelesaikan pandemi ini,” jelas Haedar.
Kalau sudah waktunya Pilkada, Pilpres, Pemilu maka akan ada proses serta tahapan yang semua bisa menjalaninya dengan seksama sehingga ada proses yang saling bertanggungjawab sekaligus juga menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang dapat meringankan beban bangsa dan pandemi.
“Percayalah dengan usaha semua pihak termasuk elit politik dan tokoh daerah yang mengkapitalisasi kegiatan untuk memecahkan masalah bangsa maka akan menjadi kearifan politk bagi segenap elit politik dan elit pemerintah daerah sehingga semuanya bisa bersama meringankan beban bangsa dan negara,” tutup Haedar.