Batik dan Tenun Pasuruan Mulai Dilirik Australia
Meski belum sebesar Pekalongan atau Madura, Australia mulai melirik batik dan tenun dari Pasuruan. Setidaknya itulah yang terlihat saat 100 IKM Batik dan Tenun di Kabupaten Pasuruan diundang untuk mengikuti Pelatihan Kewirausahaan Industri Fashion Berbasis Tenun dan Batik, di Taman Dayu, Pandaan, kemarin siang.
Ratusan pembatik dan penenun tersebut diundang oleh Pemerintah Australia melalui Universitas Ciputra. Dari Pemerintah Australia hadir Chris Barnes selaku Australian Consul-General of Australian Consulate.
Sedangkan dari Universitas Ciputra diwakili oleh Prof Dra Jenny Lukito selaku Wakil Rektor Bidang Akademik, dan dari Kabupaten Pasuruan langsung dipimpin oleh Ketua Dekranasda (Dewan Kerajinan Nasional Daerah) Kabupaten Pasuruan, Ny Lulis Irsyad Yusuf.
Dalam sambutannya, Ketua Dekranasda, Lulis Irsyad Yusuf mengatakan, potensi batik di Kabupaten Pasuruan mengalami perkembangan yang signifikan. Semakin lama jumlah pembatik tersebar di semua kecamatan se-Kabupaten Pasuruan. Akan tetapi untuk tenun, hanya ada di beberapa wilayah saja. Salah satunya di Desa Karangrejo, Kecamatan Purwosari.
"Dulu Karangrejo dikenal sebagai Kampung Tenun. Tapi lama kelamaan sudah berubah menjadi Kampung Keset dan Serbet (keset adalah alas lantai dan serbet adalah pembersih di dapur berupa kain). Sebab menjual keset dan serbet sangat mudah untuk mendapatkan pembelinya,” katanya.
Lulis optimis pelatihan wirausaha yang dilaksanakan selama 4 hari ini akan menjadi stimulan dan greget serta passion dari para pembatik dan penenun untuk membuat sebuah mahakarya yang bernilai fashion tinggi.
"Kami percaya bahwa pembatik dan penenun kita tinggal diarahkan dan diberi pasar saja. Kalau masalah kualitas, saya yakin mereka semua bisa belajar dengan cepat. Karena ini kesempatan yang langka untuk memaksimalkan potensi mereka," katanya.
Lebih lanjut, Lulis menegaskan, untuk lebih mendorong produktivitas industri batik dan tenun, maka tidak cukup hanya dengan mengandalkan program pemerintah. Melainkan peran komunitas desainer dalam menciptakan kreativitas desain. Baik itu menyangkut motif, pewarnaan maupun fungsi penggunaannya, agar mampu mengikuti tren pasar.
"Saya harapkan jejaring dan kerja sama antara perajin dengan komunitas desainer dalam upaya meningkatkan citra dan kualitas batik maupun tenun. Sehingga mampu menciptakan aneka produk batik dan tenun yang lebih fashionable," katanya.
Sementara itu, Jenny Lukito mengatakan, tujuan digelarnya pelatihan ini bertujuan untuk mendukung sustainability fashion dengan konsep three pillar of sustainability di areal social, lingkungan dan ekonomi. Artinya menciptakan fashion pakaian yang berasal dari alam (pewarnaan alam untuk batik dan alat menenun secara tradisional) serta serta mencari bakat baru untuk regenerasi para pengrajin yang jumlahnya mulai menurun.
"Jadi, Pelatihan yang diperuntukkan kepada IKM ini adalah untuk menggali potensi daerah. Memaksimalkan produk tenun dan batik yang ada di Kabupaten Pasuruan. Menghasilkan produk fashion yang ramah lingkungan, bukan mesin tapi ATBM atau alat tenun bukan mesin," katanya.
Kata Jenny, rencana selama 4 hari berturut-turut para pengrajin akan diajarkan membuat batik atau tenun yang fashionable. Artinya, bukan hanya bagus secara keaslian produknya, melainkan mengikuti tren jaman yang berubah setiap waktu.
"Kalau sudah fashionable, maka banyak orang yang akan tertarik untuk membelinya. Kami percaya pengrajin di Kabupaten Pasuruan bisa dan mau untuk maju. Kalau hasilnya bagus, maka batik dan tenun Kabupaten Pasuruan akan kita bantu pasarkan ke Australia," katanya. (sumber: www.pasuruankab.go.id)