Batal Gunakan Trem, Pemkot Surabaya Rencana Pakai ART
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya memastikan membatalkan penggunaan trem sebagai moda transportasi untuk memecah kemacetan di Surabaya.
Kepala Dinas Perhubungan (Kadishub) Kota Surabaya, Irvan Wahyudrajat menyampaikan, berdasar hasil rapat koordinasi dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan beberapa lembaga, ada satu moda baru yakni trem otonom atau Autonomus Rail Rapid Transit (ART).
Irvan menjelaskan, ART merupakan moda yang berbentuk seperti kereta LRT, namun tidak beroperasi di atas rel, melainkan beroperasi di atas jalan dengan menggunakan ban yang dipandu oleh lintasan (marka) yang disebut sebagai virtual track.
Pemilihan ART ini bukan tanpa alasan, faktor ekonomis membuat ART lebih dipilih daripada trem atau bahkan Lintas Rel Terpadu (LRT).
"Kita pilih moda paling murah (ART). Jadi yang diwacanakan setelah LRT dan trem mahal investasinya, jadi dijajaki ART lebih murah karena di jalan gak butuh rel dan bisa tenaga listrik," kata Irvan kepada Ngopibareng.id, Minggu 2 Mei 2021.
Ia mengatakan, investasi untuk satu unit trem beserta dengan jalur relnya bisa menghabiskan anggaran Rp2,6 triliun, berbanding jauh dengan harga satu unit ART yang harganya Rp600 miliar hingga Rp700 miliar.
Selain tidak perlu repot berpikir pemasangan rel, ART ini juga tidak membutuhkan operator yang banyak. Karena sejatinya kendaraan ini otomatis tanpa sopir karena diatur mengikuti marka yang ada. Namun karena masih baru, kemungkinan akan ditaruh operator di ART nantinya.
Paling penting, ART ini dapat menampung banyak penumpang sehingga bisa mengurangi kemacetan di Kota Pahlawan.
"Untuk uji coba kita masih nunggu aturan dari kementerian, Pak Menteri (Budi Karya Sumadi) sekarang sedang menyusun aturan tersebut. Kemungkinan dua tahun baru akan dilakukan uji coba," kata Irvan.
Dalam uji coba nanti ada tiga daerah yang ditunjuk oleh Kemenhub. Di antaranya Bali, Yogyakarta, dan Surabaya.
Advertisement