Baru Tiga Hari Viral, Keraton Agung Sejagat Sudah Ditutup
Keraton Agung Sejagat yang viral di media sosial akan segera ditutup oleh Pemkab Purworejo. Hal tersebut dilakukan lantaran keberadaannya dinilai meresahkan dan terindikasi menyimpang.
"Pak Bupati kebetulan saat ini masih di Jakarta, sudah menyampaikan kepada kami, melalui kami dan ada masukan dari beberapa pihak bahwa kegiatan di keraton tersebut akan segera dihentikan sampai dengan nanti seluruh hal yang terkait itu dipenuhi.
Seandainya budaya maka aspeknya harus dipenuhi, misal lembaga keormasan maka yang terkait dengan itu juga harus dipenuhi," kata Asisten 3 Bidang Administrasi dan Kesra Setda Purworejo, Pram Prasetyo Achmad dalam rakor yang dihadiri Forkompinda, dikutip dari Antaranews.
Rakor pembahasan Keraton Agung Sejagat ini digelar di Ruang Bagelen, kompleks Setda Purworejo Jl Proklamasi No 2, Selasa 14 Januari 2020.
Pram pun menegaskan keberadaan keraton itu menimbulkan keresahan dan kerawanan. Selain itu, bangunan keraton juga disebut tidak memiliki izin.
"Karena ini sudah menimbulkan dampak baik keresahan dan kerawanan maka sekali lagi bupati memerintahkan kegiatan yang ada di Desa Pogung Jurutengah terkait dengan Keraton Agung Sejagat untuk dihentikan," lanjutnya.
Ditreskrimum Polda Jawa Tengah telah menangkap Raja Keraton Agung Sejagat, Sinuhun Totok Santosa Hadiningrat, dan istrinya Fanni Aminadia pada Selasa, 14 Januari 2020 sekitar 17.00 WIB.
Meski demikian, lokasi Keraton Agung Sejagat di Desa Pogung Jurutengah, RT 03/RW 01, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, bisa menjadi lokasi wisata baru.
Di Keraton Agung Sejagat, para wisatawan dadakan bisa menyaksikan batu prasasti, pendopo yang belum jadi sehingga tak punya atap, dan Sendang Kamulyan.
Beda dengan keraton atau kerajaan Jawa pada umumnya, pendopo Keraton Agung Sejagat malah mirip kuade atau dekorasi pernikahan yang bisa dibongkar pasang. Jika tak ada 'kursi kerajaan' dan dekorasi lainnya, maka pendopo ini hanya berupa empat tiang kayu tanpa atap.
Di sebelah utara pendopo, ada sebuah sendang (kolam) yang keberadaannya sangat disakralkan. Kolam itu berukuran 5x5 meter dilengkapi tangga.
Pada lokasi tersebut, juga ada sebuah batu prasasti bertuliskan huruf Jawa. Batu hitam besar itu juga ada cap dua telapak kaki. Prasasti ini disebut dengan Prasasti I Bumi Mataram.