Baru Prabowo dan Puan yang Memiliki Tiket untuk Capres 2024
Pengamat politik menilai bakal calon presiden yang nggege mongso. Menyederhanakan syarat untuk bisa menjadi calon presiden. Mereka berasumsi dengan modal popularitas dan merajai hasil survei sudah cukup.
Peneliti dan pengamat politik Universitas Indomesia M Qodari, mengatakan, bila hanya mengandalkan popularitas dan hasil survei belum cukup. Semua itu baru merupakan opini publik dan pekerjaan lembaga survei.
Demikian kata M Qodari dalam obrolonan soal Capres sambil ngopi bareng di Jakarta Sabtu 21 Mei 2022 malam. Dalam catatan Qodari untuk sementara ini terdapat delapan sosok yang ingin menjadi presiden pada Pilpres 2022.
Ada nama Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, Puan Maharani, Erick Tohir, Airlangga Hartarto, Muhaimin Iskandar, Andika Perkasa, La Nyalla Mattaliti dan ada beberapa orang lagi yang masih kasak-kusuk. Tapi di antara kandidat itu, baru Puan Maharani yang sudah mengantongi tiket dari partai politik untuk bisa maju menjadi calon presiden.
Undang Undang telah menetapkan, syarat menjadi calon presiden adalah diajukan oleh partai politik atau gabungan pertai politik yang menguasai minimal 20 persen kursi di parlemen, atau 25 persen suara sah hasil Pemilu 2019.
Tiket PDIP Hanya untuk Puan
PDI Perjuangan sebagai partai pemenang Pemilu 2019 telah memiliki modal 19,33 persen suara. Sehingga tidak terlalu sulit untuk menggenapi 20 persen supaya bisa mengajukan calon presiden.
Merujuk pada aturan tersebut di antara calon presiden yang cukup aman adalah yang diajukan PDI Perjuangan yakni Puan Maharani.
"Kalau Puan Maharani diajukan oleh PDI P (19,33 persen ) berpasangan dengan Prabowo Subianto, dari Gerindra ( 12,57 persen ) maka selain memiliki tiket, pasangan ini sekaligus mengantongi boarding pass, tinggal berangkat," kata Qodari di Jakarta, Mei 2022.
Tetapi kalau PDI-P ngotot Puan yang harus menjadi presiden, peta politik akan berubah, Prabowo pasti menolak dan banyak yang ingin menggantikan posisi Puan.
Kalau Puan dipaksakan menjadi Capres, Qodari mengatakan, mustahil bagi Puan bisa menangkan pertaruangan di Pilpres, meskipun didukung partai besar. Sebab hasil beberapa lembagai survei menunjukkan Puan saat ini posisinya masih di papan bawah, pada kisaran 2-4 persen. Sedang calon lain, Prabowo, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan belum posisinya belum bergeser dan semakin mantap di tiga besar.
Kata pengamat politik dan peniliti dari Universitas Indonesia ini, sekarang yang menjadi masalah Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan. Sama-sama punya potensi cukup besar untuk menjadi Capres, tapi belum memiliki tiket dari partai manapun.
Meskipun Gubernur Jawa Tengah itu kader PDI P, tapi jalan menuju Capres sudah 'digembok' oleh Puan Maharani, putri Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri.
"Koalisi Persatuan Indonesia yang digagas tiga pertai, Golkar, PPP dan PAN disebut sebut akan menjadi rumah baru bagi Ganjar Pranowo. Pertanyaannya apa Airlangga Hartarto legowo. Sebab dalam Munas telah ditapkan Capres Partai Golkar adalah Ketua Umumnya, Airlangga Hartarto," kata Qodari.
Kalau dilihat dari jumlah suara di Parlemen sudah memenuhi syarat, lebih dari 20 persen. Golkar ( 12,31 persen) ditambah PAN ( 6,84 P Persen) dan PPP (4,52 persen)
Sekarang tinggal Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Anies yang selama ini merajai berbagai lembaga survei dan namanya terus berkibar, sampai sekarang belum ada partai yang meminangnya.
"Ada wacana, Anies akan diusung oleh Nasdem. Tapi untuk bisa mengusung capres, Nasdem harus berkoalisi dengan pertai lain. Mengingat partai besutan Surya Paloh tersebut baru memiliki 9,05 persen. Masih butuh dua atau tiga partai lagi yang masih jomblo yakni PKB, PKS dan Demokrat. Repotnya kalau tiga partai ini semua ingin jadi RI-I. Kalaupun ada yang ngalah pasti ada itung itungannya," tutur Qodari.
"Kata Qodari dalam politik berbagai kemungkinam bisa terjadi, termasuk Jokowi akan maju lagi berpasangan dengan Prabowo," kata M Qodari.
Dia mengakui sekarang memang belum bisa karena bertabrakan dengan konstitusi. Pilpres kan 2024 semua bisa berubah. Yang sekarang berada di nomor 1, 2 dan tiga, bisa gagal katanya. Yang dulunya menolak amandemen masa jabatan presiden, di tengah jalan bisa berbalik mendukung.
"Kalau itu terjadi calon saya, Jokowi Prabowo bisa melanggang melawan bumbung kosong," kata M Qodari sambil tertawa.