Baru Naik Pesawat Terbang, Ini Pelepas Ketegangan
Gara-gara Lion Air kerap mengalami kecelakaan, akhirnya banyak orang pilih pesawat penerbangan yang lebih keren. Agar selama sampai tujuan. Pesawat Garuda tujuan Surabaya – Jakarta, suatu hari, bersiap take-off. Namun, tertunda gara-gara Saridin (Asal Bojonegoro yang baru pertama kali naik pesawat) dengan tiket ekonomi, tapi ngotot pingin duduk di kelas bisnis.
Alex (pemilik kursi bisnis): “Maaf, Pak. Ini kursi saya.”
Saridin: ”Sampean siapa ?”
Alex: ”Saya penumpang yang duduk di sini, Pak..!”
Saridin : ”Penumpang? Aku penumpang juga, sama-sama bayar! Sama-sama penumpang, tidak usah ngatur-ngatur".
Saridin pun pindah ke belakang. Pilot pun merasa takjub. Dia bertanya pada Pak Mattali, “Apa sih yg bapak bisikkan? Kok tiba-tiba dia sukaréla pindah kursi?”
Alex akhirnya lapor ke pramugari.
Pramugari : “Maaf pak Saridin… Bapak mestinya duduk di belakang.”
Saridin : “Sampean siapa?”
Pramugari : “Saya pramugari.”
Saridin : “Pramugari itu apa?
Pramugari : “Pramugari itu yang melayani penumpang.”
Saridin : “ Oh, babu? Saya kira siapa! Sudahlah tak usah rus-ngurus orang lain. Cuci piring saja di belakang. Pokoknya aku enak duduk di sini saja. Sampeyan mau apa ?!!”
Pramugari habis akal, dia memanggil pilot.
Pilot: “Maaf pak, mestinya bapak duduk di belakang..!!”
Saridin : “Sampean siapa ?”
Pilot : “Saya pilot pak.”
Saridin : “Pilot itu apa?”
Pilot : “ Pilot itu yang mengemudikan pesawat ini”.
Saridin : “ Oh sopir...? Saya kira siapa, bajunya seperti seragam LLAJ, pakai topi, eh… tahunya sopir. Pokoknya aku tak mau pindah. Sekarang sampean mau apa ?
Mattali orang asli Madura yang baru masuk pesawat mendengar rebut-ribut. Ia lalu bertanya pada pilot, kemudian dia manggut-manggut. Ia mencoba mendekati Saridin, sambil membisikkan sesuatu di telinganya.
Saridin tiba-tiba bangkit sambil mengomel-omel. “Dasar sopir gila. Babu tak punya otak. Untung ada Bapak Mattali ini yang kasih tahu sengkok (saya). Kalau ndak, aku ndak sampai Jakarta.
Saridin pun pindah ke belakang. Pilot pun merasa takjub. Dia bertanya pada Pak Mattali, “Apa sih yg bapak bisikkan? Kok tiba-tiba dia sukaréla pindah kursi?”
Mattali : “Saya tanya, bapak mau kemana? Dia jawab mau ke Jakarta. Saya bilang, ‘Anda salah duduk ... kalau mau ke Jakarta, duduknya harus di belakang... Yang di depan itu tujuannya ke Jember". (adi)