Barongsai Seni Tradisional Selalu Tampil di Tahun Baru Imlek
Perayaan menyambut Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili, Citraland Mall Jakarta menggelar pertunjukan Barongsai, perpaduan antara budaya Indonesia dengan Tionghoa yang digelar pada Sabtu dan Minggu, 10-11 Februari 2024 mendapat perhatian masyarakat dari anak-anak hingga orang dewasa.
Pengunjung yang memadati pelataran lantai dasar Citraland, sudah ada yang datang sejak siang meskipun pertunjukan baru dimulai pukul 17.00 dan pukul 19.00. Mereka sengaja datang lebih awal supaya mendapat tempat paling depan agar bisa melihat atraksi Barongsai dengan jelas. "Barongsai yang main di Citraland ini kelas dunia, trik-triknya pasti bagus, tidak apa menunggu lama, yang penting senang," ujar, seorang penonton yang membawa serta keluarganya.
Selama ini ia mengaku nonton Barongsai lewat Youtube. Sekitar 15 menit sebelum pertunjukan Barongsai dimulai, grup pemain membagikan amplop kosong kepada penonton. Berharap amplop itu diisi uang dan serahkan ketika pemain Barongsai menghampirinya.
Tambur dan perkusi pengiring Barongsai mulai ditabuh dengan keras, tanda pertunjukan segera dimulai. Tepuk tangan dan sorak penonton semakin ramai menyambut munculnya Barongsai merah yang melenggak lenggok menggemaskan.
Tepuk tanga dan sorak sorai melihat Barongsai beratraksi di tonggak. Ada yang miris, takut kalau kepleset dan jatuh. Pertunjukan yang cukup mendebarkan ini berlangsung sekitar 30 menit, tapi pengunjung tampak puas.
Beberapa saat kemudian muncul dua Barongsai putih dan kuning, mereka menyapa pengunjung sambil memungut amplop yang dibagikan jelang pertunjukan. Ada pengunjung mengungsi, ada juga yang langsung pergi melihat ada saweran.
Mengenal Barongsai
Barongsai merupakan salah satu pertunjukan yang sering muncul pada momen Tahun Baru Imlek. Pertunjukan ini menampilkan boneka singa naga yang diperagakan oleh beberapa orang. Meski cukup familier, ternyata belum banyak orang yang memahami barongsai dan sejarahnya.
Barongsai, merupakan seni tari tradisional Tiongkok, yang telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia. Dari buku 'Ringkasan Umum Kebudayaan Masyarakat Tionghoa di Indonesia' yang ditulis Olivia (2021), diceritakan kesenian Barongsai yang berusia ratusan tahun, pertama kali muncul di masa Dinasti Chin pada abad ketiga SM.
Dipercayai sebagai simbol keberuntungan dan kesuksesan, tarian ini sering dipentaskan dalam acara-acara penting seperti perayaan Tahun Baru Imlek atau pembukaan usaha baru. Selain menghibur, pertunjukan barongsai juga diyakini dapat mengusir energi negatif. Dengan kostum menyerupai singa, Barongsai terus memesona dan menyiratkan nilai-nilai positif dalam budaya Indonesia.
Nama Barongsai
Istilah 'barongsai' sendiri hanya dikenal di Indonesia. Sementara kesenian ini lebih dikenal dengan sebutan 'lion dance'. Istilah Barongsai muncul di Indonesia dan beberapa pecinan di Asia Tenggara. Di Tiongkok, tarian ini disebut 'shi,' yang artinya 'singa'.
Namun, di Indonesia, istilah "barongsai" merupakan hasil akulturasi dengan budaya pribumi, terutama Jawa, yang berasal dari kata 'barong'. Melalui perpaduan budaya Indonesia dan Tiongkok, lahirlah istilah "barongsai" yang dikenal masyarakat luas pada saat sekarang ini.
Barongsai atau naga singa, tidak hanya sebuah pertunjukan seni, tetapi juga mengandung nilai-nilai sejarah dalam budaya Tionghoa.
Menurut legenda, makhluk bernama "Nian" akan merusak tanaman dan hewan di desa setiap malam Tahun Baru. Untuk mengusirnya, penduduk desa membuat replika Nian dari bambu dan kain, disertai dengan alunan musik keras.
Mereka berhasil mengusir Nian, dan dari sinilah tarian barongsai menjadi tradisi dalam menyambut Tahun Baru Imlek. Sejarah militer juga menyumbang pada perkembangan barongsai. Pada era Dinasti Song, strategi pintar digunakan dalam peperangan.
Gubernur Jiao Zhou, Tan He, berhasil menakuti gajah musuh dengan menyamar sebagai singa menggunakan pakaian dan tali. Inilah titik awal tarian barongsai di dunia militer, yang kemudian meresap ke dalam kehidupan sehari-hari.
Legenda lain berasal dari Dinasti Tang, di mana seorang kaisar diselamatkan dari mimpi buruk oleh seekor singa. Kaitannya dengan keberuntungan membuat barongsai menjadi puncak perayaan tahun baru dan acara penting lainnya dalam budaya Tionghoa.
Dalam konteks revolusi pada zaman Dinasti Qing, Barongsai digunakan sebagai sarana komunikasi rahasia antara para pejuang revolusioner. Teriakan dan gerakan dalam tarian ini menjadi kode tersendiri yang menunjukkan bagaimana seni bela diri dan tarian bisa menjadi sarana efektif untuk menyampaikan pesan di tengah tekanan politik.
Seiring berjalannya waktu, barongsai tidak hanya menjadi simbol keberuntungan, tetapi juga menyiratkan keberanian, kecerdasan strategis, dan semangat perjuangan.
Dalam seni bela diri Tionghoa, terutama dalam gaya selatan seperti Choy Li Fut, barongsai dianggap sebagai metode pelatihan yang penting. Menuntut para penarinya, barongsai bagus untuk memiliki kekuatan fisik, ketangguhan, dan keuletan.
Salah seorang pemain barongsai yang memperlihatkan kehebatannya beratraksi di atas tonggak, mengatakan untuk bisa beratraksi seperti yang ia lakukan, bukan pekerjaan mudah, harus melalui latihan yang serius, memiliki keberanian serta didukung fisik yang kuat.
"Bermain Barongsai tonggak di atas ketinggian tiga sampai lima meter kalau sampai salah menapakkan kaki waktu meloncat dari tonggak yang satu ke tonggak yang lain, bisa berakibat fatal," kata Yan.
Pemuda berusia 30 tahun sudah 15 tahun menjadi pemain Barongsai dari yang bisa sampai Barongsai tonggak. "Saya senang dan tambah semangat kalau penonton memberi aplaus atau tepuk tangan melihat atraksi berbahaya yang ditampilkan" ujarnya.