Barista Ukraina Jajal Kompetisi Kopi di Surabaya, Mimpi Rasanya
Sekilas dia bule biasa. Dandan juga seperti biasanya bule. Suantai. Kaos tipis, biar isis, celana pendek selutut. Dipadu dengan sepatu Nike tanpa kaos kaki. Terakhir, suka pakai topi dibalik. Seperti di foto itu tampilannya. Keren. Diam-diam gadis-gadis curi-curi mata padanya.
Asalnya juga tak terduga. Sekilas seperti muka Amerika. Tapi dipandang agak banyak seperti bule Ausie. Australia. Tapi kalau lihat bentuk hidung dan sudut matanya jelas bukan. Dan memang bukan!
Namanya ternyata Horai Dmitro. Nah, jelas sudah. Bukan Amerika, bukan pula Ausie. Apalagi silangan bule Bali dengan perempuan Indo.
Teman Indonesianya tak manggilnya Mr Horai. Atau Mr D. Tapi memanggilnya dengan Mitro. Dengan lidah yang medok. Dengan intonasi lidah Jawa. Ada sedikit yang membuli dengan ditambahi Su di depannya. Jadilah dia Sumitro. Huuihhh senangnya bukan main kalau dia dipanggil begini. Seperti nemu keluarga baru, keluarga Indonesia.
Sumitro, eh Horai Dmitro, datang ke Indonesia lalu berhenti di Kota Malang, Jawa Timur. Paspornya adalah Ukraina. Dulu dia menjadi bagian dari negara Uni Soviet. Di masa Gorbachev. Mikhail Sergeyevich Gorbachev lengkapnya. Setelah Soviet berkeping, Ukraina berdiri menjadi negara sendiri.
Sebulan terakhir Horai Dmitro berada di Malang. Melancong. Melancongnya khusus. Khususon. Mencari denyut perkopian di Indonesia. Mendatangi kantong-kantong kopi, lalu berhenti sementara di Kota Malang itu.
Saat di Malang itulah dia mendapati informasi ada kompetisi kopi di Surabaya. Oleh Ehayongopi. Diselenggarakan CodyMaxx. Sebuah event promotor kawakan berbasis di Surabaya. Kompetisi itu dengan metode aeropress. Menggunakan alat khusus, bernama aeropress. Alat yang kalau memakainya harus dibalik-balik, lalu dipres, ditekan dengan tangan, dan keluarlah kopi yang citarasanya mengesankan.
Kompetisi kopi aeropress metod ini cukup longgar persyaratannya. Tidak njlimet. Tidak ada rambu-rambu bule tidak boleh ikut. Maka jadilah Horai Dmitro mendaftar, diterima, dan menjadi bagian dari peserta kompetisi. Yang jumlahnya 72 orang itu. Dia satu-satunya peserta bule. Bule yang dicuri-curi pandang oleh para gadis.
Di Ukraina, Sumitro, eh Dmitro bercerita, dengan bahasa Inggris, tapi logatnya nggremeng seperti di film-film kalau ada aktor Rusia berdialog, bahwa dirinya adalah seorang barista. Dia mempunyai coffee shop sendiri di Ukraina. Kecil saja. Tidak besar. Saya lupa namanya, sulit pula mengeja bahasanya, tapi kalau diartikan artinya lebih kurang begini: "Mari Sini Ngopi".
"Saya banyak mengusai metode menyeduh kopi. Dengan banyak alat-alat kopi. Coffee machine. V60. Chemex. Shyphon. Mokapot. Aeropress. Yang saya paling suka adalah aeropress ini. Saya lihat instagram ada kompetisi, saya coba mendaftar, and jadilah ikut kompetisi aeropress ini," kata Horai Dmitro dengan Indonesia yang terbata-bata.
Di Ukraina, kata dia, ada juga kompetisi seperti ini. Macam-macam juga metodenya. Yang paling sering adalah latte art. Manual brewing jarang dilakukan. "Itu pun, di negara saya, setahun hanya ada tiga kali," kata Horai.
Indonesia banyak kompetisi kopi. Horai Dmitro sangat mengagumi ini. Semua kota nyaris memiliki acara kompetisi. Sering dan jumlahnya banyak. Malah banyak waktunya yang bersamaan. Hebatnya, selalu full peserta.
Babak penyisihan dilakukan. Horai harus tanding dengan tiga orang lawan. Lawannya saat itu Abid Zhikrin dari Makassar dan Diavita Septa Prihantanti, mahasiswa Surabaya. Hasil seduhan maksimal 11 menit. Kemudian dites oleh tiga orang juri.
Hasilnya? Sumitro Ukraina ini lolos. Karena lolos, hari ini, 29 Maret 2019, dia harus tanding ulang ke babak kedua. Kalau lolos lagi berarti ikut seminal dan final.
Horeeeee sorak membahana mewarnai kemenangan si Horai Dmitro di babak pertama. Bulenya menang! Tampaknya dia memang hebat seduhannya. Dia pun bersalaman. Senyumnya lebar. Lalu disalami banyak barista. Gadis-gadis yang tadi curi-curi pandang akhirnya pada punya kesempatan dan alasan untuk bersalaman. Haihhh Sumitro Ukraina ini pun jadi makin kesenangan.
Kalau nanti menang? Jadi champion? Apa yang mbok lakukan?
"Pastilah semua orang Ukraina akan aku ajak ke sini. Surganya kompetisi dan surganya kopi," kata dia sembari mengunyah peyek udang hadiah menang babak pertama yang entah dari siapa. Hee! Sudah punya penggemar rupanya. (widikamidi)