Barisan Celeng Ganjar
Celeng jadi binatang yang lagi trending sekarang. Inilah jenis babi hutan yang terkenal di kalangan masyarakat Jawa.
Spesies binatang yang digambarkan hanya bisa lari lurus. Tidak bisa zig zag alias belok-belok. Selalu fokus jika mengejar sesuatu.
Nama binatang itu menjadi trending gara-gara pernyataan Ketua Bapilu PDI Perjuangan Bambang Wuryanto. Yang juga populer dipanggil Bambang Pacul.
Tokoh partai berlambang banteng moncong putih itu juga Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah. Dikenal pendukung loyal Ketua DPR RI Puan Maharani.
Ia memberi label celeng untuk warga PDI Perjuangan yang deklarasi mendukung Ganjar Pranowo. Untuk menjadi calon Presiden RI dalam Pemilihan Presiden 2024 mendatang.
Ganjar kini Gubernur Jawa Tengah. Kader PDI Perjuangan tulen. Juga menjadi Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama). Masih muda dan dikenal luwes dalam memimpin.
Bambang Pacul ikut andil menjadikan Ganjar Gubernur Jateng. Dalam Pilgub pertama yang mengantarkan Ganjar menjadi orang pertama di provinsi itu.
Tapi, sejak Ganjar maju untuk periode keduanya, Bambang Pacul sudah berseberangan. Saya tidak tahu apa penyebabnya. Hanya Bambang Pacul dan Ganjar yang tahu.
Yang pasti, untuk calon presiden RI mendatang, Bambang Pacul menjadi pendukung Puan Maharani. Puteri dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Makanya, ia selalu terkesan mengganjal berbagai langkah Ganjar. Bahkan, ia tampak sensi setiap hal yang berkaitan dengan Gubernur Jateng itu.
Namun segala langkah Bambang Pacul menyerimpung Ganjar selalu mendapat perlawanan. Bukan oleh Ganjar. Tapi oleh kader-kader partai nasionalis itu sendiri.
Pun Ganjar cuek bebek. Bahkan tak menggagas dukungan banyak orang untuk menjadi Presiden RI mendatang. "Malah jadi sibuk klarifikasi sana sini," katanya sambil tertawa.
Kebetulan minggu lalu saya bertemu dia di rumahnya, Semarang. Berbarengan dengan Fadli, vokalis Padi Reborn, band asal Surabaya. Yang juga datang khusus menemui Ganjar.
Ikut memberi dukungan? Nggak. Malah selama satu jam, Fadli dan Ganjar lebih banyak bicara tetang burung dara alias merpati. Fadli sedang menggagas membuat komunitas peternak burung ini.
Biasanya politisi bersemangat kalau mendapat dukungan artis. Tapi, Ganjar sama sekali tak menyinggung dukung mendukung yang ramai di luar. Murni bahas ternak merpati yang harganya bisa miliaran rupiah.
Nah ada dua cara dalam melihat kontroversi barisan Celeng yang dilekatkan kepada para pendukung Ganjar ini? Pertama kontestasi politik di dalam PDI Perjuangan.
Beberapa kali mengikuti pilpres, PDI Perjuangan punya cara unik dalam konvensi calon presiden. Konvensi dengan juri tunggal: Megawati Soekarnoputri. Dialah yang menjadi penentu akhir siapa kader yang akan diusung memimpin negeri ini.
Saya mengenal Mbak Mega --demikian saya biasa memanggil beliau sampai sekarang-- sejak lama. Ketika belum menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan. Saat masih jadi simbol tokoh oposisi melawan pemerintahan otoriter Soeharto.
Sepanjang ini, putri Bung Karno itu lebih rasional dalam memilih pemimpin nasional maupun daerah. Ia tidak terpaku dengan seseorang. Ia lebih melihat kepentingan yang lebih besar.
Ia bisa mengabaikan kadernya yang telah lama mengabdi jika peluang menangnya kecil. Ia lebih memilih orang baru jika itu berprestasi dan bisa mendongkrak partainya. Ia juga bisa mengabaikan keluarganya sendiri.
Banyak contoh telah ia tunjukkan. Tampilnya Presiden Joko Widodo sebagai presiden yang diusung PDI Perjuangan, salah satunya. Demikian juga dengan banyak kepala daerah yang diusungnya.
Jadi apa yang menimpa Ganjar ini bisa disebut bagian konvensi unik calon presidan ala PDI Perjuangan. Jika Ganjar bisa lolos dengan berbagai serimpungan di internal partai, pasti makin meyakinkan Mbak Mega untuk memilihnya.
Ia selalu punya kebiasaan menguji kadernya untuk menghadapi badai dan rintangan. Jika seorang kader mampu menghadapinya, apalagi berhasil mengkonsulidasikan internal partai, maka akan dianggap sebagai kader tahan banting dan layak jadi pemimpin.
Kedua, PDI Perjuangan pasti juga tidak gegabah dalam mengusung calon presiden mendatang. Sebab, inilah pilpres yang krusial. Yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pilpres yang berbarengan dengan pemilihan umum legislatif.
Berdasarkan pengalaman pemilu sejak reformasi, kandidat presiden selalu segaris dengan perolehan suara partai. Pengusung pemenang presiden selalu diikuti oleh perolehan suara partai yang signifikan.
Partai akan hati-hati dalam menetapkan calon presidennya mendatang. Juga pasti berpikir seribu kali jika ingin mengusung calon yang elektabilitasnya rendah. Sebab, jika itu terjadi suaranya bisa ikut nyungsep di pemilu.
Saya yakin PDI Perjuangan, wabilkhusus Mbak Mega tak akan mau gambling dengan ini. Ia akan lebih mementingkan menyelamatkan partai yang dibangunnya ketimbang mengusung capres sembarangan.
Jelas kan!
By the way, bagaimana ya caranya agar perbendaharaan binatang dalam jagat politik kita tak berketerusan? Masak politik kita dipenuhi dengan idiom cebong, kampret, kadal gurun, celeng, dan seterusnya.
Saatnya meningkat dari peradaban politik kebinatangan menjadi politik kemanusiaan. Masak ora isa?