Barang Pecah Belah Hasilkan Omzet Puluhan Juta Rupiah
Kehilangan seorang buah hati yang baru berusia satu tahun, membuat Atika Baswedan bersedih. Tak ingin berlarut-larut dalam kesedihan, membuat istri Sigit Sunaryono ini mencari kesibukan dengan berjualan aneka kue kering.
Kue kering yang ia buat sendiri itu pun, ia titipkan di toko milik sang kakak. “Saya buka toko di rumah jalan Nias 100 Surabaya. Toko itu juga dipakai untuk galeri barang-barang antik milik kakak saya,” ungkapnya.
Tak hanya itu, untuk mengisi waktu luangnya pada siang hari, sang kakak pun meminta dirinya untuk menghias koleksi barang antik dari kaca polos. “Dia minta agar barang dari kaca itu dihias atau dilukis, biar bisa dijual dengan harga yang lebih tinggi,” ujar Atika.
Atika pun langsung berguru selama dua minggu pada seorang temannya yang sudah menekuni glass painting. Sembari belajar, Atika pun mulai praktik menghias berbagai barang pecah belah dari galeri sang kakak. Mulai dari botol, kendi hingga toples kaca yang semula polos ia beri gambar-gambar dekoratif dengan berbagai warna yang indah.
Usai menekuni glass painting, dengan bermodalkan Rp. 5 juta dan dibantu dua orang karyawan, Atika pun berani membuka Carnadia Gallery. “Tahun berikutnya barulah saya berani membuka Carnadia Gallery. Modalnya cuma Rp 5 juta, dibantu dua karyawan,” ungkapnya.
Setelah nama Carnadia mulai dikenal, Atika mulai mengkombinasikan produknya dengan bahan-bahan baru yang ia beli dari toko. Dibantu tiga karyawan yang semuanya perempuan, sehari-hari Atika disibukkan dengan pekerjaan membuat desain gambar dan melakukan finishing touch pada toples, vas bunga, gelas lilin, dan berbagai bentuk botol yang semuanya terbuat dari kaca.
Ia pun melakukan kegiatan itu semua di kediamannya yang berlokasi di Perumahan Galaxi Bumi Permai Blok EA-12, Surabaya, sebagai workshop sekaligus showroom.
“Botol wine atau parfum itu semuanya bekas. Botol wine itu juga macam-macam, kalau tutupnya orisinal dari kaca harganya Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu per botol. Setelah diberi lukisan bisa laku Rp 400 ribu,” beber Atika.
Sampai sekarang Atika lebih suka mempromosikan karyanya lewat pameran ke pameran. Event yang rutin ia ikuti adalah Jakarta International Handicraft Trade Fair (Inacraft) yang berlangsung tiap tahun.
“Saya ikut Inacraft sejak tahun 2009. Dua tahun terakhir vakum karena kondisi kesehatan lagi kurang bagus,” akunya.
Dari pameran di ibukota itulah yang membuka pasar Carnadia ke mancanegara, yaitu China, India dan Jerman. Maklum, pengunjung Inacraft dari luar negeri lumayan banyak.
“Orang India suka beli kendi, kalau Bu Nina Soekarwo, istri Gubernur Jatim Soekarwo, pernah ambil beberapa vas bunga ukuran besar. Produk saya juga pernah dibawa pameran sama teman ke Thailand, laris juga. Tapi dia tidak berani bawa barang banyak, agak repot,” tuturnya.
Menjadi Mitra Binaan Semen Indonesia
Atika tak memungkiri, jika kesuksesan usahanya tak lepas dari Semen Indonesia yang memberinya pinjaman modal Rp 10 juta. Uang itu pun ia gunakan untuk membeli barang pecah belah produk impor yang harganya memang mahal.
Hingga kini, usaha Atika ini telah memiliki omzet hingga Rp 15 juta per bulan. Ke depannya, Atika ingin memiliki galeri khusus untuk memajang produk-produk Carnadia.
Selama ini dia menitipkan karyanya di sentra UKM di Middle East Ring Road (MERR) Surabaya, serta gerai milik Dinas Koperasi UMKM Jatim di Jalan Raya Bandara Juanda, Sidoarjo.
“Saya yakin prospek usaha kerajinan kaca lukis ini masih bagus, sebab pemainnya belum banyak. Yang penting bahannya harus unik dan bervariasi, begitu pula motif gambarnya,” kata Atika. (amm)
Advertisement