Tahun 2019, Sejumlah Komoditas Pangan di Jatim Surplus
Beberapa komoditas pangan seperti beras, jagung, bawang merah, dan kedelai di Jawa Timur pada tahun 2019 mengalami surplus.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Hadi Sulistyo mengatakan khusus untuk beras di Jawa Timur setiap tahun mengalami surplus, sehingga mampu memberikan kontribusi terhadap kebutuhan padi nasional sebesar 18,6 persen.
"Tahun ini produksi beras kita mencapai 6,5 juta ton, sementara kebutuhan beras kita 4,3 juta ton. Jadi, kita surplus 2,2 juta ton," katanya, Jumat, 27 Desember 2019.
Di samping beras, lanjut Hadi, produksi jagung juga mengalami surplus. Produksi jagung tahun 2019 mencapai 6,9 jutan ton ppk, sementara kebutuhan jagung hanya sekitar 122 ribu ton.
"Untuk jagung surplus 4,3 juta ton ppk. Kebanyakan jagung ini untuk pakan ternak. Kalau konsumsi cuma 5 persen,” katanya.
Untuk bawang merah, surplus 348,655 ton, dengan produksi 449,455 ton dan kebutuhan konsumsi sebanyak 100.800 ton.
Begitu juga cabai merah besar, produksi di Jatim mencapai 100.037 ton. Untuk konsumsinya sebesar 64.788 ton. Sehingga cabai merah surplus 35.249 ton.
Sedang cabe rawit, total produksinya mencapai 479.834 ton, dengan konsumsi 66.696 ton, dan mengalami surplus 413.138 ton.
Mantan Kepala Bidang Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna Bapemas ini menambahkan, meskipun beberapa komoditas di Jatim surplus, namun kedelai dan bawang putih justru mengalami defisit. Hal ini disebabkan, dua komoditas tersebut merupakan tanaman subtropis.
"Biaya produksi kedelai sangat mahal, serta serangan hama penyakitnya lebih besar. Makannya kita selalu import kedelai. Kita defisit 326 ribu ton. Kalau produksi kedelai kita 121 ribu ton, konsumsinya 447 ribu," kata Hadi.
Sementara bawang putih, juga mengalami defisit sebesar 56,931 ton. Karena produksi bawang putih tahun ini hanya mencapai 5,949 ton, padahal konsumsinya mencapai 62,880 ton.
Rencahnya produksi bawang putih ini menurut Hadi, karena mahalnya biaya pengolahan. Selain itu, tanaman bawang putih ini lebih cocok ditanam di dataran tinggi.
Kendati demikian, Jatim akan terus mengupayakan dalam mengembangkan komoditas bawang putih.
"Artinya kita tidak langsung berhenti menanam kedelai dan bawang putih, tetap petani kita bantu untuk benihnya,” katanya.