Banyuwangi Ternyata Miliki Cokelat Terbaik di Dunia
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas berharap sektor pariwisata bisa menjadi sarana dan momentum kebangkitan komoditas kakao di daerah berjuluk "The Sunrise van Java" itu.
Anas di Banyuwangi, Selasa 21 November 2017, mengatakan kakao Banyuwangi dikenal sebagai salah satu kakao terbaik dunia, yang selama ini rutin diekspor ke luar negeri untuk diolah menjadi beragam produk cokelat.
"Doesoen Kakao di wilayah Kecamatan Glenmore yang belum lama ini diresmikan Menteri BUMN Rini Soemarno bisa menjadi tujuan wisata baru. Ada edukasi cokelat di sana, ada pengalaman yang langsung ditawarkan ke pengunjung soal A sampai Z tentang kakao hingga menjadi cokelat," ujarnya.
Seperti diketahui, Menteri BUMN Rini Soemarno meresmikan Doesoen Kakao, sebuah tujuan wisata baru di Banyuwangi, pada Rabu (15/11) lalu. Doesoen (dusun) Kakao ini terletak di areal perkebunan kakao seluas 1.500 hektare. Dari sinilah kakao-kakao Banyuwangi diproduksi yang kemudian diolah menjadi cokelat yang dipasarkan di berbagai daerah dan negara.
"Di sini ternyata memiliki berbagai jenis coklat, bahkan ada cokelat edel, jenis terbaik di dunia. Ini sangat tepat untuk wadah pembelajaran dan jadi pusat pengembangan cokleat. Masyarakat bisa belajar tentang cokelat dan potensi cokelat ke depan," tutur Menteri Rini.
Cokelat Glenmore memang dikenal sebagai salah satu kualitas terbaik dunia, yakni jenis Edel. Bijinya berwarna putih, beda dari biji kakao pada umumnya yang berwarna keunguan. Kadar lemaknya rendah dan tidak mudah leleh. Rasa cokelatnya cenderung asam buah-buahan, dan 'after taste'-nya menghasilkan rasa madu.
Di tujuan wisata ini kata Anas, pengunjung bisa menikmati suasana sejuknya udara perkebunan kakao dan karet. Selain itu, pengunjung dapat berwisata kuliner menjajal menu makanan dan minuman yang serba terbuat dari cokelat, seperti pisang cokelat, minuman cokelat panas, permen cokelat, dan masih banyak lagi.
"Pengunjung juga diajak berkeliling dengan 'shuttle car', mempelajari mulai proses pembibitan kakao hingga panen, serta pengolahannya, karena wisata ini satu areal dengan pabrik pengolahan coklat. Jadi wisatawan bisa langsung menyaksikan semuanya," ujar Anas.
"Dusun Coklat ini akan menambah alternatif tujuan wisata bagi turis. Apalagi wilayah Glenmore Banyuwangi banyak didatangi wisatawan Belanda. Pastinya akan menambah daya tarik Glenmore, karena orang Eropa adalah penggemar coklat," kata dia.
Perkebunan Kendeng Lembu sendiri mampu memproduksi cokelat hingga 950 ton per tahun, dengan produktivitas 800 kilogram kakao per hektare. "Kebanyakan kami ekspor ke Jepang, Jerman, Prancis, Italia, Amerika, Malaysia, dan Singapura. Namun juga kami olah sendiri jadi permen cokelat untuk oleh-oleh wisata," ucap Manager Kebun Kendeng Lembu Titon Tantular.(wah)
Advertisement