Banyuwangi Pilot Project Pencegahan & Pengendalian Hipertensi
Banyuwangi terpilih sebagai pilot project penerapan pencegahan dan pengendalian penyakit hipertensi. Kegiatan ini merupakan program dari Kementerian Kesehatan RI. Program ini akan dijalankan menggunakan konsep Pentahelix Collaborative Governance Model, yakni model penanganan yang melibatkan lintas elemen.
Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, dr Widji Lestariono mengatakan, Banyuwangi termasuk salah satu dari lima daerah yang ditunjuk untuk menjadi perintis pelaksanaan program ini. Kecamatan Cluring ditunjuk sebagai wilayah pelaksanaan pilot project ini.
“Nanti akan kami laksanakan di Cluring sesuai dengan standar yang telah ditetapkan oleh Kemenkes, yakni sesuai standar pelayanan minimal (SPM) bidang kesehatan,” katanya, Kamis, 14 Oktober 2021.
Staf Khusus Menteri Kesehatan Bidang Ketahanan Industri Obat Dan Alat Kesehatan, Laksono Trisnantoro menyatakan, Banyuwangi selama ini sudah dikenal dengan inovasi pelayanan publiknya. Pihaknya yakin program ini akan berjalan baik di Banyuwangi mengingat semangat inovasi yang telah dimiliki Banyuwangi selama ini.
“Bila ini berjalan dengan sukses, maka akan direplikasi oleh daerah lain di Indonesia,” kata saat pencanangan Model Inovasi Administrasi Publik Petahelix Collaborative Governance di Banyuwangi, Rabu, 13 Oktober 2021 lalu.
Laksono menyatakan, saat ini hipertensi menjadi penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Untuk itu Kementerian Kesehatan meminta daerah turut memberikan perhatian lebih pada permasalahan ini.
“Penanganannya harus sesuai dengan standard pelayanan minimal di bidang kesehatan,” ujarnya.
Program ini, lanjutnya, akan diawali dari tingkat RT. Pelacakan pasien akan dipusatkan pada warga di skala RT. Nantinya, setiap RT di wilayah yang ditunjuk akan memiliki alat pengukur tekanan darah.
“Sehingga mudah diakses oleh warga,” ujarnya.
Ada empat proses yang perlu dilakukan dalam penanganan hipertensi. Mulai dari pelacakan dan penemuan penderita, konsultasi dokter dan pengobatan, rehabilitasi penderita, hingga promotif preventif kepada warga. Dengan proses semacam ini, dibutuhkan penanganan yang komprehensif dan melibatkan banyak pihak.
“Mulai dari pemerintah, akademisi/profesi, sektor bisnis, ormas, dan media. Itulah yang kami sebut dengan pentahelix,” kata Analis Kebijakan Ahli Madya pada Pusat Analisis Determinan Kesehatan Sekretariat Jenderal Kemenkes dr. Mukti Eka Rahardian.
Advertisement